Terbit: 25 June 2020
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Adrian Setiaji

Buta warna adalah masalah penglihatan yang menyebabkan kesulitan membedakan warna tertentu. Kondisi ini juga menyulitkan dalam melakukan aktivitas seperti melihat warna rambu lalu lintas. Ketahui gejala, penyebab, cara mengatasi, dan pencegahan di bawah ini!

Buta Warna: Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi, Pencegahan, dll

Apa Itu Buta Warna?

Buta warna adalah kondisi yang terjadi ketika masalah pada pigmen penginderaan warna pada mata menyebabkan kesulitan atau ketidakmampuan membedakan warna.

Kebanyakan penderitanya tidak mampu membedakan antara merah dan hijau. Meski jarang, penderitanya juga tidak dapat membedakan kuning dan biru.

Kondisi penyakit ini berkisar dari ringan hingga berat. Jika benar-benar buta warna atau yang dikenal sebagai achromatopsia, penderita hanya bisa melihat warna abu-abu atau hitam dan putih. Namun, kondisi ini sangat jarang.

Gejala Buta Warna

Gejalanya berkisar dari ringan hingga berat. Mayoritas orang memiliki gejala ringan sehingga tidak menyadari bahwa memiliki penyakit ini.

Berikut ini beberapa gejala buta warna berdasarkan jenisnya:

1. Merah-Hijau

Jenis yang paling umum ini membuat penderitanya sulit membedakan antara warna merah dan hijau. Gejalanya terbagi beberapa jenis, di antaranya:

  • Deuteranomaly. Warna hijau terlihat lebih merah.
  • Protanomaly. Warna merah terlihat lebih hijau dan kurang cerah.
  • Protanopia dan deuteranopia. Tidak dapat membedakan antara merah dan hijau.

2. Biru-Kuning

Jenis yang tergolong jarang terjadi ini membuat penderitanya sulit membedakan antara warna biru dan hijau, dan antara kuning dan merah. Gejalanya terbagi  dua jenis, termasuk:

  • Tritanomaly. Kesulitan membedakan antara warna biru dan hijau, serta antara warna kuning dan merah.
  • Tritanopia. Tidak dapat membedakan antara warna biru dan hijau, ungu dan merah, serta kuning dan merah muda. Jenis ini juga membuat warna terlihat kurang cerah.

3. Buta Warna Total

Jika buta warna sepenuhnya, seseorang tidak dapat melihat warna sama sekali atau disebut monokromasi (sangat jarang). Tergantung pada jenisnya, penderitanya mungkin juga mengalami kesulitan melihat secara jelas dan mungkin lebih sensitif terhadap cahaya.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Jika Anda atau anak mengalami gejala yang telah disebutkan di atas, segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendiagnosis jenisnya atau masalah penglihatan yang lebih serius lainnya. Dokter spesialis mata atau optalmologis akan memberikan penanganan atau perawatan yang sesuai dengan jenisnya.

Penyebab Buta Warna

Mata memiliki sel-sel saraf atau disebut kerucut yang memungkinkan retina (lapisan jaringan yang peka cahaya di belakang mata) untuk mendeteksi warna.

Tiga jenis kerucut yang berbeda dapat menyerap berbagai panjang gelombang cahaya, dan masing-masing jenis bereaksi terhadap warna merah, hijau, atau biru. Kerucut mengirim informasi ke otak untuk membedakan jenis warna.

Jika satu atau lebih kerucut di retina mengalami kerusakan atau tidak ada, mata akan kesulitan melihat warna dengan baik.

Faktor Risiko Buta Warna

Selain penyebab buta warna di atas, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini. Salah satunya pria berisiko lebih tinggi sejak lahir daripada wanita. Diperkirakan 1 dari 10 pria memiliki beberapa jenis buta warna.

Selain jenis kelamin, berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena buta warna:

1. Keturunan

Orang yang mengalami penyakit ini diwariskan dari orang tuanya. Biasanya diturunkan dari ibu ke anak dan tidak menyebabkan kebutaan atau kehilangan penglihatan lainnya.

2. Penyakit

Siapa pun dapat mengalami kelainan pada mata yang satu ini akibat penyakit atau cedera pada retina, di antaranya:

  • Glaukoma
  • Katarak
  • Degenerasi makula
  • Retinopati diabetik
  • Diabetes
  • Penyakit Parkinson
  • Penyakit Alzheimer
  • Sklerosis ganda
  • Leukemia
  • Anemia sel sabit

3. Obat-obatan

Obat-obatan tertentu dapat memberikan efek samping yang meningkatkan risiko kesulitan mengenal warna, termasuk obat antipsikotik, chlorpromazine, dan thioridazine.

Antibiotik etambutol untuk mengobati tuberkulosis juga dapat menyebabkan masalah saraf optik dan kesulitan melihat beberapa warna.

4. Usia

Tidak bisa membedakan jenis warna juga bisa disebabkan oleh faktor penuaan. Kondisi ini dapat terjadi secara bertahap seiring bertambahnya usia.

5. Bahan Kimia

Bahan kimia tertentu dapat meningkatkan risiko buta warna. Bahan kimia beracun seperti styrene, yang ada di beberapa plastik, dapat meningkatkan risiko hilangnya kemampuan mata untuk melihat warna.

Diagnosis Buta Warna

Melihat warna pada setiap orang berbeda-beda. Penyakit ini tidak dapat diketahui apakah seseorang melihat warna merah, hijau, dan warna lain dengan cara yang sama seperti pada orang dengan mata yang sehat. Namun, dokter mata dapat melakukan tes buta warna dengan pemeriksaan pada mata.

Tes menggunakan gambar khusus yang disebut pelat pseudoisochromatic. Gambar-gambar ini terbuat dari titik-titik berwarna yang memiliki angka atau simbol yang terdapat di dalamnya. Angka atau simbol ini hanya dapat dilihat oleh orang dengan penglihatan normal.

Sedangkan pada penderitanya, angka atau simbol mungkin tidak terlihat atau mungkin angka terlihat berbeda.

Oleh karena itu, penting bagi anak-anak untuk menjalani tes buta warna sebelum mulai sekolah karena banyak materi pendidikan anak usia dini untuk mengenali berbagai jenis warna.

Cara Mengatasi Buta Warna

Kesulitan mengenali warna dapat menghambat aktivitas sehari-hari, terutama yang membutuhkan perbedaan warna. Misalnya membaca rambu lalu lintas atau memilih pakaian. Penyakit ini belum ada obatnya, untuk itu atasi dengan penyesuaian dalam rutinitas sehari-hari.

Berikut adalah beberapa cara mengatasi buta warna dalam aktivitas sehari-hari:

1. Mengubah Pencahayaan dalam Rumah

Melihat warna tidak berfungsi dalam kondisi gelap, apalagi pada penderitanya. Oleh karena itu, jika kesulitan melihat ruang dalam rumah atau di tempat kerja pada siang hari, pertimbangkan menggunakan lampu di siang hari agar tampak terang.

2. Menghafal Kebutuhan Tertentu

Penyakit ini juga dapat menyulitkan aktivitas seperti mengemudi. Cara mengatasi buta warna bisa dengan menghafal posisi dan tampilan warna lampu rambu lalu lintas agar tetap aman di jalan.

3. Menggunakan Label

Tidak mengenali warna tertentu dapat menyulitkan untuk memilih pakaian atau berpakaian untuk acara-acara tertentu. Cobalah beri label pada pakaian atau barang lainnya untuk membantu mempermudah tugas sehari-hari.

4. Mengandalkan Indera Lainnya

Mata adalah salah satu dari panca indera. Jika mengalami masalah kesehatan mata, kita masih bisa menggunakan indera lainnya seperti mendeteksi bau, rasa, sentuhan, dan pendengaran untuk mengetahui warna.

Misalnya menggunakan indera penciuman untuk mencium aroma makanan yang berwarna, seperti makanan atau buah-buahan.

5. Memanfaatkan Pilihan Akses

Banyak elektronik menawarkan pilihan akses yang dapat membantu penyandang cacat menavigasi dengan lebih mudah. Mengubah pilihan pada ponsel atau televisi dapat membantu mempermudah menggunakannya, bahkan pada penderitanya.

6. Menggunakan Kacamata Khusus

Anda bisa menggunakan kacamata buta warna sebagai salah satu cara mengatasi buta warna. Misalnya, menggunakan kacamata EnChroma yang dapat mengembalikan penglihatan warna sebagian, sehingga dapat mempermudah tugas sehari-hari.

Meski langkah-langkah di atas cukup membantu, sebaiknya periksakan ke dokter untuk mendapatkan pilihan perawatan sesuai dengan jenis yang diderita.

Pencegahan Buta Warna

Sebagian besar penyakit ini diturunkan dari orang tua sehingga tidak sulit dicegah. Namun, mendeteksi kondisi mata secara dini pada anak-anak dapat membantu memahami jenis dan tingkat keparahannya.

Hal tersebut akan memungkinkan untuk menjalani langkah-langkah yang sesuai untuk mengendalikan segala efek buruk dan mengurangi kesulitan belajar nantinya.

Skrining penglihatan juga harus dilakukan secara rutin, jika minum obat tertentu terkait dengan masalah penglihatan.

 

  1. Anonim. 2019. At a glance: Color Blindness. https://www.nei.nih.gov/learn-about-eye-health/eye-conditions-and-diseases/color-blindness#:~:text=Most%20of%20the%20time%2C%20color,have%20problems%20with%20everyday%20activities. (Diakses pada 25 Juni 2020)
  2. Anonim. 2019. Types of Color Blindness. https://www.nei.nih.gov/learn-about-eye-health/eye-conditions-and-diseases/color-blindness/types-color-blindness. (Diakses pada 25 Juni 2020)
  3. Krista O’Connell. 2019. What You Need to Know About Color Blindness. https://www.healthline.com/health/color-blindness#causes. (Diakses pada 25 Juni 2020)
  4. Lockett, Eleesha . 2020. What Do Colorblind People See?. https://www.healthline.com/health/eye-health/what-do-colorblind-people-see. (Diakses pada 25 Juni 2020)
  5. Turbert, David. 2019. Color Blindness. https://www.aao.org/eye-health/diseases/color-blindness-symptoms. (Diakses pada 25 Juni 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi