Terbit: 28 January 2020
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Jika selama ini Anda lebih mengenal anoreksia sebagai gangguan makan, maka Anda juga harus tahu bahwa ada jenis gangguan makan lainnya yakni bulimia nervosa yang tidak laha berbahaya. Simak penjelasannya berikut ini!

Bulimia Nervosa: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

Apa Itu Bulimia Nervosa?

Bulimia nervosa adalah gangguan makan (eating disorder) di mana para pengidapnya akan makan secara berlebihan, untuk kemudian makanan tersebut dikeluarkan kembali baik dengan cara dimuntahkan, olahraga terlalu keras, atau mengonsumsi obat diuretik.

Kebiasaan ini dapat dikatakan suatu gangguan mental dan bisa sangat berbahaya (berpotensi mengancam keselamatan jiwa) jika tidak segera ditangani. Pasalnya, pengidap bulimia nervosa juga memiliki kecenderungan tidak percaya diri yang tak jarang berujung pada kondisi depresi. Kondisi ini lebih banyak dialami oleh kaum wanita, dari usia remaja hingga paruh baya.

Penyebab Bulimia Nervosa

Hingga saat ini, belum dapat diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab bulimia nervosa. Kendati demikian, sejumlah praktisi medis berpendapat bahwa gangguan mental yang satu ini memiliki keterkaitan dengan sejumlah faktor yaitu:

  • Kepribadian
  • Emosi
  • Pola pikir
  • Pengaruh lingkungan

Kendati masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, para praktisi medis tersebut juga menyebut bahwa ada kemungkinan faktor keturunan (genetik) berperan dalam menyebabkan seseorang mengidap gangguan bulimia.

Ciri dan Gejala Bulimia Nervosa

Ada beberapa ciri atau gejala yang mana bila salah satu atau beberapa di antaranya Anda alami, bisa jadi ini menandakan bahwa Anda mengidap bulimia nervosa. Gejala tersebut meliputi:

  • Makan secara berlebihan
  • Merasa bersalah setelah makan, sehingga mencari cara untuk mengeluarkan makanan tersebut (dimuntahkan, olahraga ekstra, minum obat diuretik, dsb.)
  • Sering ke toilet setelah makan
  • Tidak puas atau percaya diri dengan berat badan yang dimiliki (sekalipun berat badan masih tergolong normal)
  • Perasaan takut akan berat badan yang mengalami kenaikan
  • Tidak dapat mengendalikan diri
  • Suasana hati tidak menentu
  • Merasa depresi
  • Gigi bermasalah
  • Tenggorokan sakit
  • Pembesaran kelenjar getah bening di area leher
  • Mual
  • Ulu hati terasa terbakar (heartburn)
  • Siklus haid tidak teratur
  • Tubuh terasa lemah

Sebaiknya segera periksakan diri ke dokter apabila akhir-akhir ini Anda kerap merasakan gejala-gejala di atas guna dilakukan penanganan medis lebih lanjut agar kondisi tidak bertambah buruk.

Komplikasi Bulimia Nervosa

Jika dibiarkan terus menerus, bulimia dapat menyebabkan komplikasi seperti berikut ini:

  • Gangguan fungsi jantung
  • Gagal ginjal
  • Kerusakan gigi
  • Masalah pada gusi
  • Ulseratif
  • Sembelit
  • Dehidrasi
  • Defisiensi nutrisi
  • Ketidakseimbangan elektrolit
  • Penurunan gairah seksual
  • Kecenderungan bunuh diri

Diagnosis Bulimia Nervosa

Guna memastikan apakah seseorang mengidap bulimia nervosa atau tidak, dokter perlu melakukan sejumlah pemeriksaan yang terdiri dari:

1. Anamnesis

Pertama-tama, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan pada pasien seputar keluhan yang dirasakan.

  • Sudah berapa lama kondisi ini berlangsung?
  • Gejala psikologis apa saja yang dirasakan?
  • Berapa kali makan dalam sehari?
  • Apakah ada faktor lingkungan yang memengaruhi?
  • Apakah ada anggota keluarga dengan riwayat keluhan yang sama?

2. Pemeriksaan Fisik

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan terhadap fisik pasien guna mencari tahu apakah ada tanda-tanda yang menjurus ke arah gangguan makan ini, seperti berat badan, kondisi mata, gigi, dan sebagainya.

Selain itu, prosedur standar yang meliputi pemeriksaan tekanan darah dan tinggi badan juga biasanya tetap dilakukan.

3. DSM-5

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders atau disingkat DSM-5 adalah metode pemeriksaan pada pasien pengidap gangguan mental seperti bulimia ini. Ada 6 (enam) indikator yang akan digunakan selama pemeriksaan, yaitu:

  • Kebiasaan makan berlebihan yang terus berulang
  • Kebiasaan ‘membuang’ makanan yang sudah ditelan (muntah, minum obat diuretik, dsb.)
  • Kecenderungan tidak percaya diri dengan bentuk dan ukuran tubuh
  • Tidak memiliki riwayat anoreksia nervosa

Melalui indikator-indikator tersebut, dokter selanjutnya akan menentukan tingkat keparahan bulimia yang diidap oleh pasien. Tingkat keparahan tersebut diklasifikasikan sebagai berikut:

  • Ringan: 1-3 episode per minggu
  • Sedang: 4-7 episode per minggu
  • Parah: 8-13 episode per minggu
  • Ekstrem: 14 (atau lebih) episode per minggu

4. Pemeriksaan Penunjang

Apabila bulimia yang Anda alami tergolong ke dalam kategori parah atau bahkan ekstrem, dokter mungkin juga akan melakukan prosedur pemeriksaan penunjang.

Prosedur pemeriksaan penunjang dilakukan dengan tujuan mencari tahu apakah bulimia sudah sampai menyebabkan kerusakan pada sejumlah organ vital di dalam tubuh seperti otak dan jantung.

Pengobatan Bulimia Nervosa

Lantas, bagaimana cara mengobati kondisi ini? Ada sejumlah metode pengobatan yang umum dilakukan, yaitu:

1. Terapi Obat-Obatan

Cara menangani bulimia yang pertama adalah dengan terapi obat-obatan.

Jenis obat yang diberikan pada penderita gangguan makan tersebut utamanya adalah fluoxetine. Fluoxetine adalah obat dari golongan antidepresan yang penggunaannya bertujuan untuk meredakan gejala depresi dan rasa cemas. Dokter akan terus memantau perkembangan pasien selama menggunakan obat ini.

Akan tetapi, obat fluoxetine tidak dapat diberikan pada mereka yang masih berusia di bawah 18 tahun.

2. Psikoterapi

Metode pengobatan selanjutnya adalah psikoterapi yang kemudian terbagi menjadi 2 (dua) tahapan, yaitu:

  • Terapi interpersonal, adalah terapi yang bertujuan untuk membantu pasien dalam berinteraksi dan berpikir dalam menyelesaikan masalah
  • Terapi kognitif, adalah terapi yang bertujuan untuk mengubah pola pikir pasien. Dalam hal ini, pola pikir yang diubah adalah persepsi tentang pola makan, pun ukuran dan bentuk tubuh ideal. Dokter juga akan berusaha membuat pasien untuk senantiasa berpikiran positif, alih-alih negatif

3. Edukasi Gizi

Pengidap eating disorder yang satu ini juga akan diberikan edukasi mengenai pola konsumsi makanan yang benar, meliputi:

  • Frekuensi makan ideal dalam satu hari
  • Jenis makanan yang baik untuk dikonsumsi
  • Metode diet yang tepat sesuai kondisi dan kebutuhan

Jika Anda menerapkan semua ini dengan benar, dalam artian mengikuti setiap saran dokter, niscaya gangguan mental nan mengganggu tersebut dapat dihilangkan.

Pencegahan Bulimia Nervosa

Bentuk dan ukuran tubuh ideal tak lain merupakan bentuk konstruksi sosial yang sudah menjadi pakem masyarakat selama bertahun-tahun. Hal ini tak lepas dari peran berbagai medium, salah satunya iklan-iklan di media elektronik maupun cetak.

Venny, sebagaimana dikutip oleh Murwani dalam esainya yang berjudul “Konstruksi ‘Bentuk Tubuh Perempuan’ Dalam Iklan Televisi” (2010: 10-11) menyebutkan jika penggambaran media tentang sosok tubuh ideal wanita yang dianggap “sempurna” seperti tubuh langsing telah membentuk persepsi sosial bahwa kesempurnaan seorang wanita dilihat dari bentuk fisik, alih-alih prestasinya.

Alhasil, para wanita berlomba-lomba untuk membuat ‘ilusi’ pada tubuhnya sendiri guna mendapatkan kesempurnaan tersebut. Bulimia nervosa pun menjadi salah satu dampak negatifnya.

Oleh karena itu, dukungan moral dari dokter, keluarga, maupun orang-orang terdekat adalah langkah terbaik—setidaknya untuk saat ini—dalam mencegah seseorang terjerumus ke dalam gangguan makan tersebut.

 

  1. Anonim. Bulimia Nervosa. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/bulimia/symptoms-causes/syc-20353615 (Diakses pada 28 Januari 2020)
  2. Anonim. Bulimia Nervosa. https://www.webmd.com/mental-health/eating-disorders/bulimia-nervosa/mental-health-bulimia-nervosa#1 (Diakses pada 28 Januari 2020)
  3. Gabbey, AE. 2016. Bulimia Nervosa. https://www.healthline.com/health/bulimia-nervosa (Diakses pada 28 Januari 2020)
  4. Murwani, E. 2010. Konstruksi ‘Bentuk Tubuh Perempuan’ Dala Iklan Televisi. Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 11, No. 1 (Diakses pada 28 Januari 2020)
  5. Pietrangelo, A dan Kristeen, C. 2017. The Effeects of Bulimia on Your Body. https://www.healthline.com/health/bulimia/effects-on-body#5 (Diakses pada 28 Januari 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi