Terbit: 25 September 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

DokterSehat.Com- Autis adalah jenis gangguan perkembangan pada anak yang memengaruhi bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Hal ini juga akan memengaruhi perkembangan anak berkebutuhan khusus, baik secara fisik maupun mental.

Autisme – Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Autisme bisa terjadi pada siapapun tanpa ada perbedaan status sosial, ekonomi, pendidikan, golongan etnis, maupun bangsa. Insiden autisme meningkat bila ada gangguan pada masa kehamilan dan persalinan. Kejadian autisme semakin meningkat pesat seiring waktu dengan faktor risiko yang luas dan multifaktoral. Autisme adalah sindrom tingkah laku dengan prevalensi yang dilaporkan; 10 per 10 ribu dan perkiraan 4:1 laki-laki dibandingkan perempuan.

Penyebab Autis

Penyebab autisme masih merupakan perdebatan dan masih menjadi suatu penelitian yang terus menerus diperbaharui. Selain itu, adanya perbedaan dari masing-masing penelitian menyebabkan penyebab autisme sampai saat ini masih belum jelas

  • Pengaruh psikogenik sebagai penyebab autisme: Orangtua yang emosional, kaku, dan obssesif, yang mengasuh anak mereka dalam suatu ruang yang secara emosional kurang hangat bahkan dingin
  • Usia orangtua ketika menikah >35 tahun
  • Kelahiran Anak pertama atau anak ke-4
  • Adanya infeksi selama kehamilan
  • Bayi tidak menangis saat lahir
  • Adanya gangguan pernapasan pada anak ketika lahir
  • Anemia pada janin
  • Kebiasaan merokok pada ibu atau paparan asap rokok ketika ibu hamil
  • Adanya keluarga yang juga mengalami autisme.

Ciri-Ciri Anak Autis

Interaksi sosial pada anak autisme dibagi dalam tiga kelompok, berikut ini gejala autisme yang timbul pada anak:

  • Menyendiri (aloof): Banyak terlihat pada anak-anak yang menarik diri, acuh tak acuh, dan akan kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunjukkan perilaku serta perhatian yang terbatas (tidak hangat).
  • Pasif: Dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain jika pola permainannya disesuaikan dengan dirinya.
  • Aktif tapi aneh: Secara spontan akan mendekati anak lain, namun interaksi ini sering kali tidak sesuai dan sering hanya sepihak.

Hambatan sosial pada anak autisme akan berubah sesuai dengan perkembangan usia. Biasanya, dengan bertambahnya usia maka hambatan tampak semakin berkurang.

Hambatan Anak Autis saat Bermain

Hambatan kualitatif dalam komunikasi verbal dan nonverbal saat bermain. Keterlambatan dan abnormalitas dalam berbahasa serta berbicara merupakan keluhan yang sering, diajukan para orangtua, sekitar 50 persen mengalami hal ini:

  • Bergumam yang biasanya muncul sebelum dapat mengucapkan kata-kata, mungkin tidak tampak pada autisme.
  • Mereka sering tidak memahami ucapan yang ditujukan pada mereka.
  • Biasanya mereka tidak menunjukkan atau memakai gerakan tubuh untuk menyampaikan keiginannya, tetapi dengan mengambil tangan orangtuanya untuk mengambil objek yang dimaksud.
  • Mengalami kesukaran dalam memahami arti kata-kata serta kesukaran dalam menggunakan bahasa dalam konteks yang sesuai dan benar.
  • Bahwa satu kata mempunyai banyak arti mungkin sulit untuk dapat dimengerti oleh mereka.
  • Anak autisme sering mengulang kata-kata yang baru saja mereka dengar atau yang pernah mereka dengar sebelumnya tanpa maksud untuk berkomunikasi.
  • Bila bertanya sering menggunakan kata ganti orang dengan berbalik, seperti ”saya” menjadi “kamu” dan menyebut diri sendiri sebagai “kamu.”
  • Mereka sering berbicara pada diri sendiri dan mengulang potongan kata atau lagu dari televisi dan mengucapkannya di muka orang lain dalam suasana yang tidak sesuai.
  • Penggunaan yang aneh atau dalam arti kiasan, seperti seorang anak berkata “sembilan” setiap ia melihat kereta.
  • Anak-anak autis juga mengalami kesukaran dalam berkomunikasi walaupun mereka dapat berbicara dengan baik, karena tidak tahu kapan giliran mereka berbicara, memilih topik pembicaraan atau melihat kepada lawan bicaranya.
  • Mereka akan terus mengulang-ulang pertanyaan meskipun mereka telah mengetahui jawabannya atau memperpanjang pembicaraan tentang topik yang mereka sukai tanpa memperdulikan lawan bicaranya.
  • Bicaranya sering monoton, kaku, dan memjemukan.
  • Mereka juga sukar mengatur volume bicaranya.
  • Kesukaran dalam mengekspresikan perasaan atau emosinya melalui nada suara
  • Komunikasi non-verbal juga mengalami gangguan.

Aktivitas dan Minat Anak Autisme yang Terbatas

  • Abnormalitas dalam bermain terlihat pada anak autisme, seperti pada kebanyakan stereotip, diulang-ulang, dan tidak kreatif. Beberapa anak tidak mengguanakan mainannya dengan sesuai, juga kemampuannya untuk menggantikan suatu benda dengan benda lain yang sejenis sering tidak sesuai.
  • Anak autisme menolak adanya perubahan lingkungan dan rutinitas baru.
  • Mereka juga sering memaksa orangtua untuk mengulang suatu kata atau potongan kata.
  • Dalam hal minat: Terbatas, sering aneh, dan diulang-ulang. Misalnya mereka sering membuang waktu berjam-jam hanya untuk memainkan saklar lampu, memutar-mutar botol, atau mengingat-ingat rute kereta api.
  • Mereka mungkin sulit dipisahkan dari suatu benda yang tidak lazim dan menolak meninggalkan rumah tanpa benda tersebut, misalnya seorang anak laki-laki yang selalu membawa penghisap debu kemanapun dia pergi.
  • Stereotip tampak pada hampir semua anak autisme, termasuk melompat turun naik, memainkan jari-jari tangannnya di depan mata, menggoyang-goyang tubuhnya atau menyeringai.
  • Mereka juga menyukai objek yang berputar, seperti mengamati putaran kipas angin atau mesin cuci.

Pengobatan Autisme

Tujuan terapi pada gangguan autisme adalah untuk mengurangi masalah perilaku serta meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya, terutama dalam penggunaan bahasa. Tujuan ini dapat tercapai dengan baik melalui suatu program terapi yang menyeluruh dan bersifat individual, di mana pendidikan khusus dan terapi wicara merupakan komponen yang penting.

Suatu tim kerja terpadu yang terdiri dari tenaga pendidik, tenaga medis (psikiater dan dokter anak), psikolog, ahli terapi wicara, pekerja sosial dan perawat, sangat diperlukan agar dapat mendeteksi dini, serta memberi penanganan yang sesuai dan tepat waktu. Semakin dini terdeteksi dan mendapat penanganan yang tepat, akan dapat tercapai hasil yang optimal.

Dalam mempelajari bahasa, anak lebih mudah mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi bila fokus berbicara mengenai hal-hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Pada beberapa anak dapat dicoba dengan melatih bahasa isyarat. Demikian pula dalam melatih keterampilan sosial, hubungan timbal balik, memahami aturan-aturan sosial, memusatkan perhatian bila berada dalam suatu kelompok, dan kemampuan mengerjakan cara-cara yang diajarkan oleh pembimbingnya, merupakan masalah-masalah yang kemungkinan dapat berhasil dicapai dalam program untuk remaja dan dewasa muda.

Dalam suatu penelitian dikatakan, dengan terapi yang intensif selama 1-2 tahun, anak yang masih muda ini dapat berhasil meningkatkan intelligence quotient (IQ) dan fungsi adaptasinya lebih tinggi dibanding kelompok anak yang tidak memperoleh terapi yang intensif. Pada akhir dari terapi, sekitar 42 persen dapat masuk ke sekolah umum. Agresivitas yang cukup banyak ditemukan pada anak berkebutuhan khusus, memerlukan penanganan yang spesifik, yakni:

Anak:

  • Ajari keterampilan berkomunikasi (non-verbal)
  • Tingkatkan keterampilan sosial (dengan peragaan)

Medis:

  • Konsultasi endokrinologi – Untuk mengatasi agresivitas seksual
  • Konsultasi neurologi Untuk menyingkirkan adanya kejang lobus temporalis dan sindrom hipotalamik
  • Lingkungan – Lingkungan harus aman, teratur dan responsif

Sekolah:

  • Periksa prestasi akademik yang diharapkan
  • Catat reaksi dari teman-teman
  • Coba kurangi tuntutan dan perubahan
  • Konsultasi dengan para ahli.

Rumah:

  • Bagaimana penerimaan keluarga terhadap anak (orangtua dan saudara-saudaranya)
  • Catat tuntutan-tuntutan terhadap anak dan coba kurangi setiap perubahan rutinitas
  • Pembatasan ruang adalah penting
  • Konsultais dengan para ahli.

Bangkitkan rasa percaya diri pada anak:

  1. Bantu anak untuk melatih kontrol diri: Setop, lihat, dan dengar
  2. Praktikkan latihan relaksasi: Napas dalam atau mendengar musik
  3. Ajari mendeteksi bahaya.

Kembangkan berbagai keterampilan sebagai pengganti agresivitas, seperti keterampilan sosial, berkomunikasi, kerjasama, menggunakan waktu senggang, dan berekreasi. Kurangi perubahan rutinitas yang mendadak. Hendaknya keluarga mempunyai rencana terhadap apa yang diharapkan dari anak di rumah.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi