Asites adalah penumpukan cairan di rongga perut. Penumpukan cairan ini menyebabkan pembengkakan yang biasanya berkembang dalam beberapa minggu, meski begitu kondisi ini juga bisa terjadi dalam beberapa hari. Simak penjelasan lengkap mengenai penyakit asites di bawah ini.
Apa Itu Asites?
Jika terdapat cairan lebih dari 25 ml menumpuk di dalam rongga perut hal itu dapat disebut asites. Penyakit asites biasanya terjadi ketika organ hati tidak berfungsi dengan optimal. Saat organ tersebut tidak berfungsi, cairan mengisi ruang antara lapisan dan organ.
Jika tidak segera diatasi, cairan ini juga dapat bergerak ke dada dan berada di sekitar paru-paru, kondisi yang membuat seseorang mengalami kesulitan bernapas.
Gejala Asites
Penyakit ini dapat menyebabkan kembung, sakit perut, dan sakit punggung. Retensi cairan ini juga menyebabkan tekanan pada organ internal lain, kondisi inilah yang sering membuat seseorang merasa tidak nyaman ketika bergerak.
Pada beberapa kasus, asites bisa menyakitkan dan biasanya menyebabkan seseorang merasa:
- Mual
- Perut terasa penuh
- Kelelahan
- Sesak napas
- Sering buang air kecil dan konstipasi
Perlu diketahui, gejala asites dapat muncul lambat atau tiba-tiba tergantung pada penyebab penumpukan cairan.
Kapan Waktu yang Tepat untuk ke Dokter?
Meski gejala tidak selalu menandakan keadaan darurat, konsultasi dengan dokter diperlukan jika Anda mengalami beberapa hal berikut:
- Kenaikan berat badan mendadak
- Kesulitan bernapas saat berbaring
- Menurunnya nafsu makan
- Perut terasa sakit
- Perut kembung
- Mual dan muntah
- Heartburn
Penyebab Asites
Banyak penyakit yang mendasari dapat menyebabkan asites, termasuk TBC, penyakit ginjal, pankreatitis, dan tiroid yang kurang aktif. Namun, penyebab utama penyakit ini adalah gagal jantung, sirosis, dan kanker. Sementara itu, asites dapat berkembang jika kanker memengaruhi:
- Peritoneum
- Hati
- Sistem limfatik
- Ovarium
- Payudara
- Usus
- Perut
- Pankreas
- Paru-paru
- Rahim
Faktor Risiko
Faktor risiko yang paling umum menyebabkan seseorang terkena asites adalah hepatitis B, hepatitis C, dan penyalahgunaan alkohol jangka panjang. Kondisi lain yang dapat meningkatkan risiko Anda untuk mengalami asites termasuk:
- Kanker ovarium, pankreas, hati, atau endometrium
- Gagal jantung atau ginjal
- Pankreatitis
- TBC
- Hipotiroidisme
Diagnosis Asites
Metode diagnosis pertama yang biasanya dilakukan adalah pemeriksaan perut. Seorang dokter akan melihat perut pasien ketika berbaring dan berdiri. Bentuk perut biasanya akan menunjukkan apakah ada penumpukan cairan atau tidak.
Penilaian juga dapat dilakukan dengan mengukur ketebalan perut secara teratur dan dengan memantau berat badan. Pengukuran ini sangat membantu karena fluktuasi berat akibat perubahan dalam cairan perut jauh lebih cepat daripada fluktuasi berat yang terkait dengan lemak tubuh.
Setelah penumpukan cairan dikonfirmasi, tes lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menentukan penyebabnya. Beberapa tes tersebut, di antaranya:
-
Tes Darah
Tes ini biasanya dapat menilai fungsi hati dan ginjal. Jika sirosis dikonfirmasi, tes lebih lanjut akan diperlukan untuk mengklarifikasi penyebabnya dan akan mencakup tes antibodi untuk hepatitis B atau C.
-
Analisis Sampel Cairan
Sampel cairan dari rongga perut dapat menunjukkan sel kanker atau infeksi. Dokter akan mengeluarkan cairan dari perut dengan jarum suntik dan mengirimkannya ke laboratorium untuk dianalisis.
-
Ultrasonografi
Prosedur ini bermanfaat untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasari terjadinya asites. Cara ini dapat menunjukkan apakah seseorang menderita kanker atau jika kanker telah menyebar ke hati.
Sementara itu, jika pemeriksaan USG tidak mengungkapkan penyebab asites, maka dokter bisa menyarankan untuk melakukan MRI (magnetic resonance imaging). Selain itu, metode pencitraan dengan sinar-X juga dapat mengonfirmasi penumpukan cairan di paru-paru atau kanker yang telah menyebar ke paru-paru.
Pengobatan Asites
Jika penyakit ini disebabkan oleh sirosis, pantangan makanan penyakit asites adalah yang sesuatu yang mengandung garam. Membatasi asupan natrium (garam) kurang dari 2 gram per hari banyak direkomendasikan untuk seseorang yang mengalami kondisi ini.
Pada sebagian besar kasus, pendekatan ini perlu dikombinasikan dengan penggunaan diuretik karena pembatasan garam saja umumnya bukan cara yang efektif untuk mengobati asites. Konsultasi dengan ahli gizi dalam hal pembatasan garam harian diperlukan untuk membantu takaran yang tepat.
Berikut adalah beberapa pengobatan lain yang bisa dilakukan, di antaranya:
-
Diuretik
Diuretik biasanya digunakan untuk mengobati penyakit ini karena efektif untuk mengatasi kondisi. Obat yang juga dikenal dengan sebutan pil air ini digunakan untuk mendorong pembuangan garam dan air dari dalam tubuh agar tekanan pembuluh darah di sekitar hati berkurang. Saat menggunakan diuretik, dokter biasanya akan memantau kimia darah.
Saat mengonsumsi obat ini, Anda mungkin perlu mengurangi penggunaan alkohol dan asupan garam.
-
Parasentesis
Parasentesis adalah prosedur untuk mengurangi kelebihan cairan di rongga perut menggunakan jarum tipis dan panjang yang dimasukkan melalui kulit. Perawatan ini paling umum digunakan ketika asites parah, berulang, atau diuretik tidak berfungsi dalam kasus stadium akhir.
-
Operasi
Dalam kasus yang ekstrem, selang permanen yang disebut shunt ditanamkan ke dalam tubuh. Selang itu berguna untuk mengalihkan aliran darah di sekitar hati. Selain itu, dokter juga bisa merekomendasikan transplantasi hati jika asites tidak merespons pengobatan.
Komplikasi Asites
Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang disebabkan oleh penyakit asites, antara lain:
- Sulit makan atau minum
- Sulit bernapas
- Infeksi perut
- Hernia umbilikalis atau inguinalis
- Sindrom hepatorenal (jarang terjadi)
Pencegahan Asites
Pencegahan penyakit ini sebagian besar dilakukan dengan mengurangi faktor risiko dan berbagai kondisi yang menyebabkan penyakit asites. Langkah-langkah tertentu yang membantu untuk menghindari sirosis dan kanker juga dapat mencegah penyakit ini, antara lain:
- Berhenti minum alkohol
- Pertahankan berat badan yang ideal
- Berolahraga secara teratur
- Berhenti merokok
- Membatasi asupan garam
- Mendapatkan vaksin hepatitis B
- Melakukan hubungan seks yang aman untuk mengurangi peluang terkena hepatitis
- Anonim. Ascites. https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/ascites. (Diakses pada 19 Mei 2020).
- Ingleson, Kanna. 2017. What to know about ascites. https://www.medicalnewstoday.com/articles/318775. (Diakses pada 19 Mei 2020).
- Nabili, Siamak N. Ascites. https://www.medicinenet.com/ascites/article.htm. (Diakses pada 19 Mei 2020).
- Wint, Carmella. Elizabeth Boskey. 2019. Ascites Causes and Risk Factors. https://www.healthline.com/health/ascites#risk-factors. (Diakses pada 19 Mei 2020).