Asfiksia Neonatorum adalah penyakit pada bayi baru lahir. Kondisi ini berkaitan dengan sistem pernapasan yang mengakibatkan bayi kekurangan oksigen dan bisa berakibat fatal. Ketahui penyebab, gejala, hingga cara mengatasinya!
Apa itu Asfiksia Neonatorum?
Asfiksia Neonatorum yang disebut juga dengan Perinatal Asphyxia atau Birth Asphyxia adalah suatu kondisi terjadinya gangguan aliran darah atau pertukaran oksigen dalam tubuh bayi. Kondisi ini dapat terjadi pada periode sebelum, selama, atau setelah proses persalinan dan menyebabkan gagal nafas secara spontan.
Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada sistem respirasi, sistem kardiovaskuler, bahkan apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan kerusakan sel otak. Dikarenakan otak, jantung, dan paru – paru merupakan organ yang sel – sel nya dapat mati dalam hitungan menit apabila tidak mendapatkan asupan oksigen. Asfiksia Neonatorum masih menjadi penyebab kematian terbanyak pada bayi baru lahir.
Penyebab Asfiksia Neonatorum
Secara garis besar, berikut ini faktor risiko yang dapat menyebabkan Asfiksia Neonatorum terdiri dari:
-
Faktor Maternal
Pada beberapa kondisi Ibu seperti penderita Diabetes melitus, hipertensi, preeclampsia, hipotensi, anemia, dan penderita infeksi hal ini dapat mencetuskan terjadinya asfiksia pada bayi.
-
Faktor Plasental
Kondisi plasenta dapat memengaruhi tingkat insidensi terjadinya asfiksia, seperti abrupsio plasenta perdarahan fetomaternal, prolaps tali pusat, dan terjadinya infeksi serta inflamasi.
-
Faktor Fetal
Faktor pada bayi juga berpengaruh dalam terjadinya asfiksia neonatorum. Di antaranya adalah anomali atau kelainan pada jalan napas bayi, penyakit neurologis, infeksi, efek dari obat, dan penyakit kardiopulmoner pada bayi.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, asfiksia neonatorum dapat disebabkan oleh keadaan berikut pada bayi:
-
Penyakit Membran Hialin
Penyakit Membran Hialin adalah penyakit yang menyebabkan asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir dikarenakan paru-paru bayi yang belum berkembang dengan sempurna dalam kandungan, sehingga belum mampu menerima oksigen dengan baik. Normalnya, paru-paru akan sempurna pada usia kehamilan 34-35 minggu. Oleh karena itu, penyakit ini biasa terjadi pada bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 34-35 minggu.
-
Transient Tachypnea of Newborn (TTTN)
Transient Tachypnea of Newborn atau disingkat menjadi TTTN ditandai oleh nafas bayi baru lahir yang cepat akibat cairan ketuban yang mengisi paru bayi.
Pada kondisi normal, paru bayi akan terendam cairan ketuban pada saat dalam kandungan. Saat persalinan normal, paru-paru bayi akan “terperas” melalui jalan lahir yang sempit, sehingga paru bayi dapat mengembang sempurna setelah keluar dari jalan lahir.
Kondisi ini menyebabkan kondisi TTTN ini lebih sering terjadi pada bayi yang dilahirkan secara caesar karena tidak adanya akses kepada paru untuk melewati jalan lahir yang sempit dan “diperas” nya cairan ketuban yang mengisi paru bayi.
-
Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi paru yang dapat menyerang siapa saja termasuk bayi baru lahir. Pada pneumonia terjadi infeksi yang disebabkan oleh bakteri/virus/jamur yang dapat mempengaruhi sistem pernafasan bayi sehingga paru bayi tidak dapat melakukan pertukaran oksigen dengan sempurna.
-
Sindrom Aspirasi Mekonium
Keadaan ini terjadi akibat feses bayi baru lahir (mekonium) yang terhirup ke saluran pernapasan bayi (termasuk paru – paru) sehingga menyebabkan bayi sulit bernafas dengan baik. Normalnya, mekonium dikeluarkan bayi dalam waktu 24 jam setelah persalinan.
Gejala Asfiksia Neonatorum
Berikut merupakan gejala yang perlu diperlihatkan pada bayi yang menderita asfiksia neonatorum:
- Kulit dan bibir bayi tampak kebiruan atau pucat (sianosis)
- Denyut jantung yang sangat cepat atau sangat lambat
- Bayi tampak lunglai
- Bayi terdengar merintih
- Otot-otot dada bayi terlihat bergerak untuk membantu pernapasan bayi
- Cuping hidung bayi terlihat bergerak untuk membantu bernapas
- Anggota gerak bayi tampak kaku dan lemas
- Bayi tidak merespon terhadap stimulasi
- Kejang apabila asfiksia sudah parah
Diagnosis Asfiksia Neonatorum
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP) dan American College of Obstetrics and Gynaecologists (ACOG) kriteria yang dapat digunakan untuk mendiagnosis Asfiksia Neonatorum adalah:
-
Skor APGAR Rendah (0 – 3) selama <5 menit
Pada bayi baru lahir, biasanya bidan atau dokter spesialis akan menilai APGAR score. APGAR score terdiri dari 5 komponen, yaitu Appearance (tampakan bayi biru atau tidak), Pulse (menilai denyut nadi bayi), Grimace (menilai respon bayi ketika diberi rangsangan), Activity (menilai kontraksi dari otot bayi), dan Respiration (menilai bunyi napas bayi, penggunaan otot napas, dan jumlah napas bayi).
Setiap komponen tersebut memiliki skor 0,1, atau 2. Ketika dijumlahkan nilai dari tiap komponen tersebut dan jumlah skor total di bawah 7, maka kita patut curiga bahwa bayi mengalami asfiksia neonatorum dan perlu ditangani lebih lanjut.
-
pH Darah <7.00
Kriteria ini agak sulit untuk ditetapkan karena harus mengecek pH (tingkat keasaman) darah yang sampelnya diambil dari a. umbilicalis (pembuluh darah pada tali pusat bayi) dan memakan biaya agak mahal.
-
Gangguan Neurologis
Beberapa gangguan neurologis yang dapat terjadi adalah bayi kejang, penurunan kesadaran, dan tidak merespons ke rangsangan.
-
Gangguan Multiorgan
Kekurangan oksigen berkepanjangan pada bayi asfiksi dapat menyebabkan gangguan pada otak, paru-paru, ginjal, sistem pencernaan, dan sistem keseimbangan elektrolit.
Cara Mengatasi Asfiksia Neonatorum
Apabila ditemukan tanda-tanda di atas pada bayi, makan kita dapat segera mencurigai bahwa bayi menderita asfiksia neonatorum. Selanjutnya, dapat melakukan hal-hal berikut:
- Jaga saturasi oksigen pada bayi >85%
- Jika sudah baik, maka tidak perlu tambahan nafas dan tambahan oksigen
- Dilakukan resusitasi neonatus pada bayi oleh bidan atau dokter spesialis terkait.
- Jika ada kesulitan bernafas makan dapat diberikan bantuan nafas berupa CPAP (Continous Positive Airway Pressure) atau ventilator.
Apabila penyebab asfiksia neonatorum sudah teridentifikasi, biasanya akan diberikan terapi spesifik sesuai penyebabnya. Beberapa di antaranya seperti:
- Memberikan zat surfaktan pada bayi penderita penyakit membran hialin
- Menyedot feses pada bayi penderita sindrom aspirasi mekonium dengan suction
- Memberikan antibiotik kepada bayi baru lahir yang menderita pneumonia
Kemudian untuk asfiksia karena Transient Tachypnea of Newborn (TTTN) diberikan tambahan oksigen untuk mendukung pernafasannya dan biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam kurun waktu beberapa hari.
Pencegahan Asfiksia Neonatorum
Secara garis besar pencegahan asfiksia neonatorum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
-
Pencegahan Primer
Pencegahan ini dapat dilakukan oleh ibu hamil untuk meningkatkan status nutrisi ibu dan janin, melakukan skrining prenatal terutama pada kehamilan resiko tinggi, dan memilih dokter atau bidan yang kompeten untuk membantu persalinan.
-
Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder yaitu resusitasi yang efektif terhadap bayi baru lahir sehingga mencegah terjadinya asfiksia neonatorum.
-
Pencegahan Tersier
Pencegahan ini berhubungan dengan manajemen dan terapi yang dilakukan oleh tenaga medis untuk mencegah komplikasi berkelanjutan pada bayi post asfiksia neonatorum.
- Brucknerová I, Ujházy E. Asphyxia in newborn-Risk, prevention and identification of a hypoxic event. Neuroendocrinol Lett. 2014;35:201–10.
- Encyclopedia of Children’s Health. Asphyxia Neonatorum. http://www.healthofchildren.com/A/Asphyxia-Neonatorum.html.
- Rainaldi MA, Perlman JM. Pathophysiology of Birth Asphyxia. Clin Perinatol [Internet]. 2016;43(3):409–22. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.clp.2016.04.002
- UCSF Benioff Children’s Hospital. Birth Asphyxia. https://www.ucsfbenioffchildrens.org/conditions/birth_asphyxia/