Terbit: 23 June 2020
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Adrian Setiaji

Alopecia areata adalah rambut rontok secara tiba-tiba yang ditandai dengan rambut kepala pitak atau titik-titik kebotakan seperti motif polkadot. Ketahui selengkapnya tentang gejala, penyebab, pengobatan, dan pencegahan di bawah ini!

Alopecia Areata: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, Pencegahan, dll

Apa Itu Alopecia Areata?

Alopecia areata adalah kerontokan rambut tidak merata yang diakibatkan oleh penyakit autoimun. Autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang tubuh sendiri, termasuk pada folikel rambut yang membuatnya rontok.

Dalam sebagian penderita biasanya mengalami rambut rontok dengan pitak kecil atau sekitar seperempat kepala. Tetapi bagi kebanyakan orang, kerontokan rambut tidak lebih dari beberapa bercak, meskipun dalam beberapa kasus bisa lebih parah.

Terkadang penyakit ini dapat menyebabkan kebotakan rambut pada kulit kepala (alopecia totalis) atau dalam kasus ekstrem, terjadi di seluruh tubuh (alopecia universalis). Kondisi ini dapat terjadi pada siapa pun, meskipun sebagian besar terjadi sebelum usia 30 tahun.

Gejala Alopecia Areata

Penyakit ini biasanya menyebabkan rambut rontok secara tiba-tiba, yaitu dalam beberapa hari atau beberapa minggu.

Gejala yang paling mudah dikenali dari alopecia areata adalah:

  • Rambut rontok seperti pitak di satu atau beberapa tempat di kepala. Dalam kondisi yang lebih parah, kerontokan rambut terjadi seluruh kulit kepala atau seluruh tubuh, termasuk alis, bulu mata, janggut, rambut ketiak, dan rambut kemaluan.
  • Rasa gatal atau sensasi terbakar di area rambut rontok.
  • Bekas rambut rontok menyebabkan kulit berwarna peach.
  • Terkadang ada rambut pendek berwarna atau putih di area kebotakan.

Dalam alopecia areata, folikel rambut tidak hancur dan rambut dapat tumbuh kembali jika peradangan folikel mereda. Kerontokan rambut sering kali akan kembali tumbuh tanpa pengobatan apa pun.

Sekitar 30 persen penderitanya menemukan bahwa kondisinya menyebar ke bagian tubuh lain yang ditumbuhi rambut atau menjadi siklus kerontokan dan pertumbuhan kembali rambut secara terus-menerus.

Penyakit ini juga dapat terjadi pada kuku dan terkadang perubahan ini adalah tanda pertama bahwa penyakit ini berkembang.

Gejala alopecia areata pada kuku, di antaranya:

  • Kuku berlekuk
  • Bintik-bintik dan garis putih
  • Kuku terasa kasar
  • Kuku kusam
  • Kuku menipis dan mudah terbelah

Kapan Harus ke Dokter?

Segera periksakan ke dokter jika mengalami gejala berikut ini untuk mendapatkan perawatan yang tepat:

  • Tiba-tiba mengalami pitak atau titik botak di kepala.
  • Ketebalan rambut kepala menipis disertai satu atau beberapa titik botak di kepala.
  • Kerontokan rambut di alis, bulu mata, janggut, rambut ketiak, atau rambut kemaluan.

Penyebab Alopecia Areata

Alopecia areata adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan sistem kekebalan tubuh yang merusak folikel rambut, tempat tumbuhnya rambut. Kelainan ini mengarah pada autoimunitas, sistem kekebalan tubuh yang cenderung menyerang tubuhnya sendiri. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh tertentu.

Belum diketahui secara pasti mengapa sistem kekebalan tubuh menyerang folikel rambut dan mengakibatkan kerontokan rambut.

Namun, penyakit ini terkadang terkait dengan kondisi autoimun lainnya termasuk:

  • Penyakit tiroid
  • Vitiligo
  • Penyakit lupus
  • Rheumatoid arthritis
  • Kolitis ulseratif

Faktor Risiko Alopecia Areata

Alopecia areata adalah penyakit yang lebih sering terjadi pada orang di bawah usia 30 tahun. Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini termasuk:

  • Memiliki keluarga dengan riwayat kebotakan atau rambut rontok.
  • Memiliki kecenderungan penyakit kulit alergi atau reaksi alergi.
  • Memiliki kelainan autoimun lain, seperti systemic lupus erythematosus (SLE) atau tiroiditis Hashimoto
  • Stres

Diagnosis Alopecia Areata

Dokter dapat memastikan penyakit dengan melihat tingkat kerontokan rambut dan memeriksa beberapa sampel rambut di bawah mikroskop.

Dokter mungkin juga akan melakukan biopsi kulit kepala untuk mengesampingkan kondisi lain yang menyebabkan kerontokan rambut, termasuk infeksi jamur seperti tinea capitis. Selama biopsi kulit kepala, dokter mengambil sepotong kecil kulit kepala untuk selanjutnya dianalisis.

Tes darah mungkin akan dilakukan jika dokter menduga ada kondisi autoimun lainnya. Tes darah spesifik yang dilakukan tergantung pada kelainan tertentu yang dicurigai dokter.

Namun, dokter mungkin akan menguji keberadaan satu atau lebih kelainan antibodi. Jika antibodi ini ditemukan dalam darah, berarti memiliki kelainan autoimun.

Tes darah lain yang dapat membantu mengesampingkan kondisi lain, di antaranya:

  • Protein C-reaktif dan laju sedimentasi eritrosit.
  • Kadar zat besi.
  • Uji antibodi antinuklear.
  • Hormon tiroid.
  • Testosteron bebas atau total.
  • Hormon perangsang dan luteinisasi folikel.

Pengobatan Alopecia Areata

Sampai saat ini tidak ada obat alopecia areata, tetapi ada perawatan yang mungkin bisa memperlambat kerontokan rambut di kemudian hari atau membantu rambut tumbuh lebih cepat.

Penyakit ini sulit diprediksi atau mungkin memerlukan sejumlah percobaan sampai menemukan obat yang cocok untuk kerontokan rambut jenis ini. Bahkan bagi sebagian orang, kerontokan rambut mungkin masih memburuk, meski dengan perawatan.

Berikut adalah beberapa perawatan alopecia areata secara alami dan medis:

1. Pengobatan Alami

Penderita penyakit ini dapat memilih pengobatan alami berupa terapi alternatif dan obat herbal, di antaranya:

  • Aromaterapi.
  • Akupunktur.
  • Pijat kulit kepala.
  • Makan makanan yang mengandung probiotik.
  • Minum minuman lidah buaya dan gel topikal.
  • Bawang merah atau putih tumbuk, teh hijau, madu, atau santan digosokkan ke kulit kepala.
  • Mengoleskan minyak esensial seperti tea tree oil, rosemary, lavender, daun mint, atau minyak almond.
  • Minyak lainnya, seperti kelapa, jarak, zaitun, dan jojoba.
  • Makan daging dan sayuran.
  • Suplemen herbal, seperti ginseng, teh hijau, kembang sepatu Cina, dan saw palmetto.

2. Pengobatan secara Medis

Jika obat alopecia areata yang alami di atas tidak efektif, berikut ini beberapa pengobatan medis yang mungkin dapat mengatasi kerontokan rambut:

2.1. Obat Topikal

Penderita penyakit ini bisa mengoleskan obat ke kulit kepala untuk membantu merangsang pertumbuhan rambut. Berikut sejumlah obat oles yang tersedia, baik dengan atau tanpa resep dokter:

  • Minoxidil (Rogaine). Obat ini dapat dioleskan dua kali sehari ke kulit kepala, alis, dan jenggot. Minoxidil relatif aman, tetapi membutuhkan waktu satu tahun untuk mendapatkan hasilnya.
  • Kortikosteroid: Obat yang bekerja dengan mengurangi peradangan pada folikel rambut. Kortikosteroid tersedia dalam bentuk krim, salep, lotion, atau busa yang dioleskan ke kulit kepala.
  • Anthralin (Dritho-Scalp). Obat ini mengiritasi kulit untuk membantu pertumbuhan rambut.
  • Imunoterapi topikal. Pengobatan dengan teknik di mana bahan kimia seperti diphencyprone diterapkan pada kulit untuk memicu ruam alergi. Ruam ini dapat menyebabkan pertumbuhan rambut baru dalam waktu enam bulan.

2.2. Suntikan

Pengobatan yang bisa menjadi obat alopecia areata adalah suntikan steroid. Obat ini adalah pilihan umum untuk alopesia areata yang ringan dan untuk membantu rambut tumbuh kembali pada titik-titik botak. Jarum menyuntikkan steroid ke kulit bekas kebotakan.

Perawatan ini harus diulangi setiap satu atau dua bulan untuk menumbuhkan kembali rambut. Namun, ini tidak dapat mencegah rambut rontok baru.

Suntikan kortikosteroid juga dapat diberikan ke kulit kepala atau area lainnya untuk meredakan peradangan.

2.3. Obat Oral

Tablet kortison terkadang digunakan sebagai obat alopecia areata yang meluas. Namun, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu karena obat ini mungkin menimbulkan efek samping.

Pilihan obat lain yang bisa dicoba adalah imunosupresan oral, seperti metotreksat dan siklosporin. Obat ini bekerja dengan menghambat respons sistem kekebalan tubuh.

Tetapi imunosupresan tidak dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama karena risiko efek samping, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), kerusakan hati dan ginjal, dan peningkatan risiko infeksi serius, dan jenis kanker yang disebut limfoma.

2.4. Terapi Cahaya

Pengobatan yang satu ini juga disebut fotokemoterapi atau fototerapi. Terapi ini adalah jenis perawatan radiasi yang menggunakan kombinasi obat oral yang disebut psoralens dan sinar ultraviolet (UV).

2.5. Operasi

Jika obat-obatan di atas belum juga efektif, prosedur operasi dapat menjadi pilihan. Beberapa operasi di antaranya:

  • Terapi laser. Terapi untuk mengobati titik-titik kebotakan di kepala.
  • Transplantasi rambut. Prosedur ini mengambil rambut dari bagian belakang dan samping kepala, kemudian mencangkoknya di area yang botak. Transplantasi rambut melibatkan banyak prosedur.
  • Tato medis. Pigmen berwarna dapat disuntikkan pada alis.

Komplikasi Alopecia Areata

Apakah alopecia areata berbahaya?

Penyakit ini mungkin bersifat sementara atau persisten. Namun, penyakit yang lebih parah dan persisten dapat meningkatkan kemungkinan penyakit ini menyebabkan dampak psikososial, seperti depresi dan kecemasan karena terganggu oleh penampilan rambutnya yang botak.

Pencegahan Alopecia Areata

Mengingat penyakit ini disebabkan autoimun yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti, sehingga kerontokan rambut ini tidak dapat dicegah. Gangguan autoimun mungkin merupakan hasil dari beberapa faktor.

Faktor ini termasuk riwayat keluarga, kondisi autoimun lainnya, dan bahkan kondisi kulit. Tetapi tidak semua orang dengan salah satu dari beberapa faktor ini akan mengembangkannya. Inilah alasan mengapa belum diketahui bagaimana cara mencegahnya.

 

  1. Anonim. Tanpa Tahun. Alopecia Areata. https://www.winchesterhospital.org/health-library/article?id=12065. (Diaksess pada 23 Juni 2020)
  2. Anonim. 2019. Alopecia Areata. https://www.health.harvard.edu/a_to_z/alopecia-areata-a-to-z. (Diaksess pada 23 Juni 2020)
  3. Anonim. Tanpa Tahun. Alopecia Areata. https://www.nationwidechildrens.org/conditions/alopecia-areata. (Diaksess pada 23 Juni 2020)
  4. Cafasso, Jacquelyn dan Kimberly H. 2019. Everything You Need to Know About Alopecia Areata. https://www.healthline.com/health/alopecia-areata#diagnosis. (Diaksess pada 23 Juni 2020)
  5. McIntosh, James. 2017. What’s to know about alopecia areata?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/70956#diagnosis. (Diaksess pada 23 Juni 2020)
  6. Oakley, Amanda. 2015. Alopecia areata. https://dermnetnz.org/topics/alopecia-areata/#:~:text=Complications%20of%20alopecia%20areata&text=More%20severe%20and%20persistent%20disease,disease%2C%20and%20other%20autoimmune%20conditions. (Diaksess pada 23 Juni 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi