Alergi sperma adalah salah satu masalah yang bisa dihadapi oleh wanita. Apakah kondisi ini berdampak signifikan terhadap program hamil? Simak informasi lengkap mengenai gejala, penyebab, hingga langkah apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya.
Apa itu Alergi Sperma?
Alergi sperma atau alergi air mani (semen) adalah alergi terhadap protein yang terdapat di dalam semen. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut sebagai hipersensitivitas plasma mani atau human seminal plasma hipersensitivity (HSP)
Beberapa wanita memiliki reaksi alergi terhadap air mani pasangannya saat pertama kali berhubungan seks, tapi bisa juga terjadi tiba-tiba dengan pasangan lama.
Selain itu, alergi pada sperma juga bisa muncul setelah masa tidak berhubungan seksual, seperti setelah melahirkan. Kondisi ini juga mungkin terjadi setelah berhubungan seks dengan satu pasangan tetapi tidak dengan yang lain.
Gejala Alergi Sperma
Beberapa gejala yang umum terjadi jika Anda alergi terhadap sperma:
- Kemerahan
- Kulit terasa seperti terbakar
- Kulit membengkak
- Gatal-gatal
Bagi wanita, gejala biasanya muncul di vulva atau di dalam saluran vagina. Bagi pria, gejala dapat terjadi pada batang atau area kulit di atas alat kelamin. Meskipun demikian, gejala dapat muncul di mana saja yang bersentuhan dengan air mani, termasuk:
- Tangan.
- Mulut.
- Dada.
- Dubur.
Reaksi alergi terhadap air mani sering terlokalisasi, tetapi beberapa orang mungkin mengalami gejala lain. Misalnya, pria yang alergi terhadap air mani sendiri mungkin mengalami kelelahan yang parah, demam, dan kondisi seperti flu sesaat setelah ejakulasi.
Secara keseluruhan, gejala biasanya mulai dalam 20 hingga 30 menit setelah terpapar. Gejala tersebut bisa bertahan dari beberapa jam hingga beberapa hari, tergantung dari tingkat keparahannya.
Dalam kasus yang parah, anafilaksis mungkin terjadi. Gejala anafilaksis biasanya muncul dalam beberapa menit setelah terpapar dan membutuhkan perhatian medis segera.
Gejala anafilaksis meliputi:
- Sulit bernapas.
- Mengi.
- Lidah atau tenggorokan bengkak.
- Nadi cepat dan lemah.
- Pusing atau pingsan.
- Mual.
- Muntah.
- Diare.
Baca Juga: Spermatokel: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan
Kapan Harus Periksa ke Dokter?
Segera periksakan diri ke dokter apabila mengalami gejala-gejala yang mengarah pada kondisi seperti di atas. Terlebih jika gejala sudah sampai mengalami reaksi anafilaksis.
Gejala anafilaksis membutuhkan pertolongan medis sesegera mungkin agar kondisi tidak bertambah buruk yang mana hal ini bisa saja membahayakan tubuh.
Penyebab Alergi Sperma
Alergi air mani terjadi saat pengidap terpapar protein yang terkandung dalam sperma. Sementara itu, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa obat-obatan tertentu atau alergen makanan yang ditemukan dalam sperma dapat memicu gejala.
Akan tetapi, belum jelas apa yang menyebabkan tubuh mengalami hipersensitivitas terhadap protein sperma tersebut.
Meskipun alergi air mani dapat berkembang kapan saja, banyak wanita melaporkan bahwa gejala dimulai pada awal usia 30-an. Penelitian menemukan bahwa banyak wanita dengan gangguan tersebut juga mengalami vaginitis berulang.
Diagnosis Alergi Sperma
Jika Anda mengalami gejala yang tidak biasa setelah bersentuhan dengan cairan mani, penting untuk membicarakan hal ini dengan dokter. Sampaikan pada dokter mengenai gejala yang Anda alami, dan jelaskan kapan gejala itu terjadi.
Dokter biasanya akan melakukan sejumlah tes pemeriksaan sebagaimana tes untuk reaksi alergi pada umumnya, yaitu meliputi:
-
Skin Prick Test (Tes Tusuk Jarum)
Skin prick test adalah tes dengan menusukkan sebuah jarum kecil atau lanset pada daerah lengan, kemudian dokter akan meneteskan ekstrak alergen—dalam hal ini sampel air mani—pada area tusukan tersebut.
Biasanya, tusukan dilakukan beberapa kali di tempat yang berbeda. Apabila muncul kemerahan dan ruam pada kulit, hasil tes terkonfirmasi positif.
-
Patch Test (Tes Tempel Plester)
Patch test adalah tes reaksi alergi yang dengan cara menempelkan plester berisi ekstrak alergen. Pasien diminta untuk menggunakan plester tersebut selama 48 jam dan tidak boleh terkena air atau aktivitas yang menyebabkan keringat berlebih.
Setelah itu, dokter akan mencabut plester tersebut. Kulit yang ruam dan kemerahan menunjukkan pasien positif menderita alergi.
-
IgE Total
Saat bereaksi dengan alergen, tubuh akan mengeluarkan Imunoglobulin E yang dapat dinilai untuk mengetahui adanya reaksi alergi atau tidak. Pemeriksaan IgE ini akan menggunakan sampel darah sebagai bahan analisis.
Sayangnya, penelitian tentang alergi sperma memang masih kurang. Hal ini lantas membuat diagnosis menjadi sulit. Bahkan, sering kali dokter salah mengira alergi air mani sebagai:
- Infeksi menular seksual seperti klamidia atau herpes.
- Vaginitis kronis.
- Infeksi jamur.
- Vaginosis bakteri.
Baca Juga: Menggunakan Sperma untuk Masker Wajah, Bermanfaatkah?
Pengobatan Alergi Sperma
Perawatan untuk kondisi ini bertujuan untuk meminimalkan atau mencegah gejala. Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan memakai kondom setiap kali berhubungan seks. Beberapa penanganan yang bisa dilakukan, di antaranya:
1. Desensitisasi
Jika Anda memilih untuk tidak memakai kondom, bicarakan dengan dokter Anda tentang pilihan untuk desensitisasi. Untuk melakukan ini, ahli alergi atau imunologi akan menempatkan larutan air mani yang diencerkan di dalam vagina atau ke penis setiap 20 menit sekali atau lebih.
Proses ini akan berlanjut sampai Anda dapat menahan air mani yang tidak diencerkan tanpa mengalami gejala.
Setelah desensitisasi awal, eksposur yang konsisten diperlukan untuk menjaga toleransi Anda. Misalnya, orang yang alergi air mani pasangannya harus berhubungan badan setiap 48 jam.
2. Pengobatan
Dokter mungkin juga menyarankan agar Anda menggunakan antihistamin yang dijual bebas sebelum melakukan aktivitas seksual apa pun. Cara ini dapat membantu meminimalkan gejala, terutama jika Anda atau pasangan memilih untuk tidak menggunakan kondom untuk mencegah paparan.
Jika gejala Anda parah, dokter mungkin menyarankan untuk membawa EpiPen. Anda harus menyuntikkan obat ini pada tanda pertama gejala parah, dan kemudian segera mencari pertolongan medis.
Baca Juga: 15 Penyebab Sperma Sedikit yang Wajib Diketahui Pria
Apa Dampak Alergi Sperma Terhadap Fertilitas?
Salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan pasangan yang sedang merencanakan kehamilan adalah; alergi sperma apakah bisa hamil?
Alergi sperma mungkin dapat membuat wanita sulit hamil. Meskipun alergi tidak berdampak pada kesuburan, gejalanya dapat mengganggu kemampuan pengidapnya untuk berhubungan seks.
Dalam kasus ringan, Anda mungkin bisa minum obat atau menggunakan desensitisasi untuk membantu meringankan gejala. Tetapi jika Anda ingin hamil dan hubungan seksual bukanlah pilihan, dokter mungkin merekomendasikan inseminasi intrauterine (IUI) atau fertilisasi in vitro (IVF).
Dalam kedua kasus tersebut, sperma pasangan akan dibersihkan dari protein sebelum disuntikkan, hal ini berguna untuk membantu mencegah reaksi alergi. Tingkat keberhasilan IUI dan IVF bervariasi, jadi bicarakan dengan dokter Anda tentang apa yang terbaik.
Dengan IVF, rata-rata wanita memiliki peluang 20 hingga 35 persen untuk hamil setelah satu siklus. Sementara dengan IUI, ada peluang konsepsi 5 hingga 15 persen setelah satu siklus.
- Anonim. Semen Allergy: A Cause of Infertility? https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/infertility/expert-answers/semen-allergy/faq-20058370. (Diakses 6 Januari 2021)
- Scaccia, A. 2018. How to Identify and Treat a Semen Allergy. https://www.healthline.com/health/healthy-sex/semen-allergy. (Diakses 6 Januari 2021)
- Taylor, M. 2020. Can a Sperm Allergy or Semen Allergy Affect Getting Pregnant? https://www.whattoexpect.com/getting-pregnant/prepping-for-pregnancy/sperm-semen-allergy-fertility/. (Diakses 6 Januari 2021)