Terbit: 13 April 2020
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Spironolactone obat apa? Spironolactone adalah obat untuk tekanan darah tinggi. Ketahui penjelasan lengkap mulai dari manfaat, dosis yang dianjurkan, aturan pakai, efek samping, dan kontraindikasi dari obat ini!

Spironolactone: Manfaat, Dosis, dan Efek Samping

Rangkuman Informasi Obat Spironolactone

 Nama Obat  Spironolactone
 Golongan  Antagonis aldosterone, diuretik hemat kalium
 Kategori  Obat resep
 Manfaat Obat  Mengobati gagal jantung, tekanan darah tinggi (hipertensi), hipokalemia, edema dan sindrom nefrotik.
 Kontraindikasi  Penyakit ginjal, gangguan kesehatan pada hati alergi terhadap spironolactone, hiperkalemia, atau jika Anda tidak dapat buang air kecil.
 Sediaan Obat  Tablet
 Merek Dagang  Aldactone, Spirola, Carpiaton, Spirolactone, Letonal, Spironolactone, Pospiron.

Apa Itu Obat Spironolactone?

Spironolactone adalah obat yang dikenal juga sebagai ‘water pil‘ atau diuretik hemat kalium yang berguna untuk mengobati tekananan darah tinggi dan gagal jantung. Menurunkan tekanan darah tinggi membantu mencegah stroke, serangan jantung, dan masalah ginjal.

Obat ini juga digunakan untuk mengobati kadar kalium rendah dan kondisi di mana tubuh membuat terlalu banyak bahan kimia alami (aldosteron). Aldosteron adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenalin untuk membantu mengatur keseimbangan garam dan air dalam tubuh Anda.

Indikasi Spironolactone

Pemberian obat bisa dilakukan pada penderita gagal jantung kongestif, sindrom nefrotik, dan hiperaldosteronisme primer, pasien memiliki keluhan berupa edema, asites dan asites maligna.

Obat bisa diberikan kepada pasien yang mengalami tekanan darah tinggi dan hipokalemia yaitu suatu kondisi di mana tubuh memiliki kadar kalium yang rendah. Apabila terdapat pasien yang didiagnosis memiliki terlalu banyak aldosteron di dalam tubuh, maka obat bisa diberikan.

Selain itu, obat ini  juga digunakan apabila pasien mengalami hiperaldosteronisme primer atau sindrom Conn. Obat biasa diberikan kepada pasien sebelum dilakukan pembedahan. Pasien dengan sindrom Bartter juga boleh mengonsumsi obat dalam jangka waktu panjang dengan tetap berada di dalam pengawasan dokter.

Kontraindikasi Spironolactone

Spironolactone memiliki beberapa kontraindikasi yang membuat pasien dengan kontraindikasi tersebut tidak bisa menggunakannya. Pasien yang menderita penyakit Addison dan hiperkalemia tidak bisa mengonsumsinya.

Kontraindikasi terhadap obat ini juga dimiliki oleh pasien yang tidak dapat buang air kecil. Jadi, pastikan bahwa Anda dapat melakukan buang air kecil sebelum mengonsumsinya.

Bagi Anda dengan karakteristik dan kondisi medis tertentu sebaiknya perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelumnya. Hal ini berlaku bagi pasien dengan gangguan ginjal dan hati serta pasien yang sudah lanjut usia.

Bentuk Sediaan Spironolactone

Obat yang ada di pasaran memiliki satu bentuk sediaan, yaitu tablet yang memiliki dua jenis yaitu 25 mg dan 100 mg.

Manfaat Spironolactone

Pada beberapa kasus, obat ini bisa digunakan untuk mengobati pasien yang memiliki kandungan aldosteron berlebih di dalam tubuhnya dan memiliki kadar potasium yang rendah. Kandungan aldosteron dalam jumlah tinggi dalam darah dan kadar potassium yang rendah tidak baik untuk kesehatan tubuh.

Spironolactone yang dikombinasikan dengan obat jenis diuretika memiliki manfaat untuk mengurangi hilangnya kalium yang keluar melalui urine. Manfaat jangka panjang bisa untuk mengatasi sindrom Bartter.

Dosis Spironolactone

Anda akan mendapatkan manfaat spironolactone apabila meminum dalam dosis yang tepat. Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan dosis akan membuat kehilangan manfaatnya dan juga bisa menimbulkan efek samping tertentu. Oleh karena itu, minumlah obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

1. Dosis untuk Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

  • Dosis dewasa (usia 18-64 tahun). Dosis awal yang umum adalah 25-100 mg diminum setiap hari. Ini diberikan sebagai dosis tunggal atau dibagi menjadi dua dosis.
  • Dosis anak (usia 0-17 tahun). Obat ini tidak disetujui untuk digunakan pada anak di bawah 18 tahun
  • Dosis lansia (usia 65 tahun ke atas). Tidak ada rekomendasi khusus untuk dosis mereka yang sudah lanjut usia. Lansia memproses obat lebih lambat. Lansia mungkin memerlukan dosis yang lebih rendah atau jadwal dosis yang berbeda.

2. Dosis untuk Pembengkakan (Edema) Akibat Sindrom Nefrotik dan Penyakit Hati

  • Dosis dewasa. Dosis awal yang umum adalah 100 mg diminum setiap hari. Obat ini diberikan sebagai dosis tunggal atau dibagi menjadi dua dosis. Beberapa orang mungkin mengonsumsi sedikitnya 25 mg per hari atau sebanyak 200 mg per hari.
  • Dosis anak. Obat ini tidak disetujui untuk digunakan pada anak di bawah 18 tahun.
  • Dosis lansia. Tidak ada rekomendasi khusus untuk dosis mereka yang sudah lanjut usia.

3. Dosis untuk Gagal Jantung

  • Dosis dewasa. Dosis awal yang umum adalah 25 mg diminum sekali sehari. Dokter Anda dapat menambah atau mengurangi dosis berdasarkan bagaimana Anda merespons obat tersebut. Beberapa orang mungkin mengambil 50 mg sekali sehari.
  • Dosis anak. Obat ini tidak disetujui untuk digunakan pada anak di bawah 18 tahun.
  • Dosis senior. Tidak ada rekomendasi khusus untuk dosis mereka yang sudah lanjut usia.

4. Dosis untuk Hiperisme Primer

  • Dosis dewasa. Dosisnya biasanya 100 hingga 400 miligram (mg) per hari untuk persiapan operasi.
  • Dosis anak. Penggunaan dan dosis harus ditentukan oleh dokter.

Jika Anda melewatkan satu dosis obat ini, minumlah sesegera mungkin. Namun, jika sudah waktunya untuk dosis berikutnya, lewati dosis yang terlewat dan kembali ke jadwal dosis reguler. Jangan mencoba untuk menggandakan dosis.

Penting untuk diketahui, karena obat memengaruhi setiap orang secara berbeda-beda. Selalu konsultasi dengan dokter atau apoteker tentang dosis yang tepat untuk Anda.

Efek Samping Spironolactone

Efek samping spironolactone berupa gatal-gatal, sesak napas, sakit kepala, mual, muntah, dan bengkak pada mata merupakan efek samping akibat hipersensitivitas atau alergi terhadap kandungan yang ada di dalamnya. Efek samping lainnya yaitu berupa mual ringan, diare, nyeri payudara, kantuk ringan, pusing, dan kram kaki.

Pada beberapa kasus, obat ini bisa menyebabkan impotensi, letargi, kebingungan, gangguan pada saluran cerna, ketidakteraturan siklus haid, hiponatremia, hepatotoksisitas, dan gangguan darah. Segera hubungi dokter saat Anda mengalami hal ini.

 

  1. Anonim. Spironolactone. https://www.webmd.com/drugs/2/drug-6288/spironolactone-oral/details. (Diakses pada 13 September 2019).
  2. BPOM RI. SPIRONOLAKTON. http://pionas.pom.go.id/monografi/spironolakton. (Diakses pada 13 September 2019).
  3. IBM Micromedex. 2020. Spironolactone (Oral Route). https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/spironolactone-oral-route/description/drg-20071534. (Diakses pada 13 September 2019).
  4. Sinha, Sanjai. 2020. Spironolactone. https://www.drugs.com/spironolactone.html. (Diakses pada 13 September 2019).
  5. University of Illinois-Chicago, Drug Information Group. 2018. Spironolactone, Oral Tablet. https://www.healthline.com/health/spironolactone-oral-tablet#take-as-directed. (Diakses pada 13 September 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi