Terbit: 11 February 2019 | Diperbarui: 26 April 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Duphaston adalah obat terapi estrogen untuk mengatasi nyeri menstruasi, keguguran, sindrom PMS, endometriosis, dan beberapa kondisi lain terkait hormon kewanitaan. Ketahui Duphaston obat apa, komposisi, indikasi, aturan pakai, efek samping, dan harga obat ini dalam pembahasan ini.

Duphaston: Komposisi, Indikasi, Dosis, Aturan Pakai, Harga, dll

Rangkuman Informasi Umum Obat Duphaston

Berikut ini adalah informasi umum obat Duphaston, yaitu:

Nama Obat Duphaston 
Kandungan Obat Dydrogesterone
Kelas Obat Estrogen, Progesteron & Obat Sintetis Terkait
Kategori Obat resep
Manfaat Obat Mengatasi keguguran berulang, infertilitas karena insufisiensi luteal, endometriosis, nyeri haid, dan indikasi lain terkait hormon kewanitaan tertentu. 
Kontraindikasi
  • Hipersensitivitas pada komposisi obat.
  • Perdarahan abnormal pada vagina dengan penyebab tidak jelas. 
  • Tromboflebitis atau tromboemboli. 
  • Sedang mengalami atau ada riwayat penyakit serebrovaskuler atau penyakit arteri koroner. 
  • Memiliki penyakit hati. 
  • Riwayat ikterus kolestatik atau pruritus selama hamil.
  • Riwayat herpes pada kehamilan.
  • Mengalami sindrom Dubin-Johnson & sindrom Rotor.
  • Memiliki penyakit anemia sel sabit. 
  • Riwayat herpes saat kehamilan. 
  • Mengalami tumor jinak atau ganas sebelum terapi kontrasepsi oral. 
  • Memiliki karsinoma payudara atau organ genital. 
Sediaan Obat Tablet
Harga Obat Rp22.100/tablet

Harga obat mungkin berbeda di setiap apotik.

Duphaston Obat Apa?

Duphaston adalah obat yang bisa mengatasi beberapa masalah medis yang terkait dengan hormon kewanitaan yaitu hormon progesteron dan hormon estrogen.

Obat ini mengandung bahan aktif Dydrogesterone yang juga digunakan untuk mengobati infertilitas karena insufisiensi luteal, terapi sulih estrogen, defisiensi progesteron, nyeri menstruasi, perdarahan uterus disfungsional, terancam keguguran, sindrom pramenstruasi, dan beberapa kondisi lain terkait hormon kewanitaan.

Obat ini tersedia dalam bentuk tablet yang dijual dalam kemasan boks di mana setiap satu boks berisi 20 tablet. Pasien harus menggunakan obat ini dengan resep dokter.

Merek Dagang Duphaston

Duphaston adalah merek dagang obat dari manufaktur Abbott Products. Obat generiknya adalah Dydrogesterone. Obat dengan kandungan bahan aktif yang sama mungkin tersedia  dalam merek dagang lain yang belum tercantum pada informasi ini.

Indikasi Duphaston

Berikut ini beberapa manfaat obat Dydrogesterone:

  • Keguguran berulang.
  • Infertilitas karena insufisiensi luteal.
  • Dismenore atau nyeri payudara.
  • Endometriosis.
  • Terancam keguguran.
  • Perlindungan endometrium selama terapi penggantian hormon menopause.
  • Perdarahan uterus disfungsional.
  • Amenore sekunder.
  • Siklus haid tidak teratur.
  • Sindrom pramenstruasi (PMS).
  • Terapi sulih estrogen.
  • Amenorea sekunder.
  • Kemungkinan aborsi.

Dikenal sebagai obat penguat kandungan Duphaston, obat ini memang digunakan untuk wanita hamil yang berisiko keguguran. Obat ini juga digunakan untuk wanita dengan masalah kekurangan hormon progesteron terkait dengan siklus haid. Mungkin juga digunakan untuk indikasi lain sesuai dengan saran dokter.

Peringatan Penggunaan Obat Duphaston

Sebelum menggunakan obat ini, perhatikan beberapa peringatan berikut ini:

  • Obat ini tidak boleh untuk pasien dengan porfiria, herpes gestasional, otosklerosis, pruritus berat, dan riwayat depresi.
  • Jangan gunakan obat ini bila Anda memiliki gangguan hati.
  • Tidak boleh untuk wanita hamil dan ibu menyusui.
  • Jangan menggunakan obat ini bila Anda diduga atau sudah didiagnosis bergantung pada progestogen, seperti meningioma.
  • Mengalami pendarahan pada vagina dengan penyebab yang tidak diketahui.
  • Jangan gunakan bersama estrogen lain, terutama saat estrogen digunakan untuk mencegah hiperplasia endometrium.
  • Adanya gangguan tromboflebitis atau tromboemboli pada pasien yang juga memiliki kontraindikasi terhadap Dydrogesterone.
  • Perempuan yang memiliki gangguan fungsi hepar, riwayat penyakit serebrovaskular atau arteri koroner, riwayat herpes kehamilan, riwayat jaundice kolestatik, sindrom Dubin-Johnson, syndrome Rotor, dan anemia sickle-cell tidak bisa memakai obat Dydrogesterone.
  • Tidak untuk wanita kurang dari usia 18 tahun.
  • Jangan gunakan obat ini bila memiliki tumor hati baik jinak maupun ganas akibat penggunaan kontrasepsi oral.
  • Pasien harus memantau nilai fungsi hati dan pemeriksaan payudara saat menggunakan obat ini.

Interaksi Obat Duphaston

Interaksi obat adalah reaksi yang mungkin terjadi bila seseorang mengonsumsi dua obat atau lebih di waktu yang sama, di mana memiliki risiko untuk melemahkan atau meningkatkan fungsi obat. Kondisi tersebut dapat memicu efek samping obat.

Risiko interaksi obat Dydrogesterone dengan obat lain, termasuk meningkatkan metabolisme obat bila digunakan bersama penginduksi CYP3A4 (misalnya karbamazepin, fenobarbital, rifampisin, dan efavirenz). Obat ini juga dapat berinteraksi dengan makanan seperti sage, St John’s wort, atau ginkgo biloba.

Sebaiknya beri tahu dokter bila Anda mungkin sedang konsumsi obat lainnya, termasuk obat resep, obat bebas, obat herbal, vitamin, atau suplemen lainnya untuk mengurangi risiko interaksi obat.

Efek Samping Duphaston

Penggunaan obat duphaston yang tidak sesuai dengan dosis seperti overdosis dapat menimbulkan beberapa efek samping. Selain itu, efek samping duphaston juga bisa timbul jika pasien memiliki kontraindikasi namun tetap memakainya.

Efek samping Dydrogesterone bisa menyebabkan tanda-tanda reaksi alergi pada pasien yang memiliki hipersensitivitas pada bahan aktif yaitu didrogesteron. Beberapa tanda-tanda reaksi alergi tersebut seperti gatal-gatal, ruam kulit, sesak napas, dan sakit kepala.

Apabila Anda mengalami gejala tersebut setelah mengonsumsi obat Dydrogesterone maka hentikanlah pemakaian Duphaston dan segeralah mencari bantuan medis terdekat. Ini bertujuan agar Anda mendapatkan penanganan yang tepat dengan segera.

Efek samping obat lainnya yang dapat ditimbulkan adalah adanya gangguan menstruasi. Dydrogesterone bisa berefek pada munculnya gejala yang mirip dengan sindrom pramenstruasi.

Beberapa gejala yang mirip dengan sindrom pramenstruasi di antaranya seperti kembung, kekurangan cairan, payudara lunak atau lembut, berat badan bertambah, mual, sakit kepala, pusing, insomnia, mengantuk, depresi, reaksi kulit, urtikaria, pruritus, kulit kemerahan, jerawat.

Obat duphaston juga memiliki efek samping seperti hirsutisme dan alopesia. Efek samping berupa reaksi anafilaktik dan penyakit kuning juga mungkin terjadi.

Jadi, berkonsultasilah dengan dokter untuk memastikan adanya indikasi dan kontraindikasi agar terhindar dari efek samping yang telah disebutkan. Di samping itu, Anda harus menggunakan Dydrogesterone sesuai dengan dosis agar tidak mendapat efek sampingnya.

Dosis Obat Duphaston

Dosis duphaston pada terapi sulih estrogen adalah sebanyak 10 mg per hari. Penggunaannya selama 10-12 hari per bulan. Dosis tersebut bisa ditambahkan menjadi 20 mg/hari selama 10-12 hari apabila terjadi withdrawal bleeding yang mengganggu.

Pada terapi estrogen siklis, dosisnya adalah 10 mg/hari selama 12-14 hari terakhir dari terapi estrogen. Wanita yang mengalami sindrom pramenstruasi memerlukan dosis obat duphaston sebanyak 2x sehari pada hari 12-26.

Wanita yang mengalami dismenore atau nyeri haid memerlukan dosis 10 mg sebanyak 2x sehari. Konsumsi mulai hari ke 5 sampai hari ke 25. Dosis obat duphaston pada kasus endometriosis adalah 10 mg 2x sehari dari hari ke 5 hingga hari ke-25 atau terus-menerus.

Pada kasus amenore sekunder, dosis duphaston adalah sebanyak 2x sehari pada hari ke 11-25. Apabila pasien mengalami pendarahan rahim abnormal karena ketidakseimbangan hormone maka dosisnya adalah 10-20 mg sebanyak 1-2x sehari selama 5-10 hari.

Dalam rangka mencegah pendarahan lebih berat maka dosisnya menjadi 10-20 mg 1-2x sehari pada hari ke 11-25 dari siklus. Kasus untuk kemungkinan aborsi adalah 40 mg sekaligus lalu 10 mg setiap delapan jam hingga gejalanya hilang.

Obat duphaston perlu diberikan sebanyak 2 kali sehari dari hari ke-11 hingga hari ke-25 pada siklus haid pada pasien dengan masalah infertilitas karena insufisiensi luteal. Dosis tersebut harus dilanjutkan setidaknya enam kali berturut-turut.

Manfaat obat duphaston bisa Anda dapatkan jika menggunakan obat duphaston sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Dosis duphaston berbeda-beda tergantung pada masalah medis yang dialami oleh pasien.

Aturan Pakai Duphaston

Gunakan obat ini sesuai dengan resep dokter. Pasien dapat mengonsumsi obat ini bersama atau tanpa makanan. Konsumsi obat di jam yang sama agar mudah mengingatnya.

Bila Anda lupa minum obat, segera minum saat mengingatnya. Bila saat mengingatnya sudah masuk ke waktu dosis obat berikutnya, lupakan dosis yang terlewatkan dan konsumsi dosis selanjutnya. Jangan minum dua dosis obat sekaligus untuk menggantikan dosis yang terlewat.

Petunjuk Penyimpanan Obat

Cek tanggal kedaluwarsa obat sebelum menggunakannya. Simpan obat di tempat yang sejuk, wadah yang kering, dan jauh dari paparan sinar matahari langsung. Jauhkan dari jangkauan anak-anak atau hewan peliharaan. Jangan sampai obat terkena air atau basah karena akan mengubah tekstur dan merusak kandungan obat.

Itulah pembahasan tentang Duphaston obat apa. Duphaston adalah obat untuk terapi hormon kewanitaan. Hubungi dokter bila sakit berlanjut. Semoga informasi ini bermanfaat!

paket obat isolasi mandiri doktersehat

 

  1. PIONAS-BPOM: Duphaston. http://pionas.pom.go.id/obat-baru/duphaston. (Diakses pada 11 Februari 2019).
  2. PIONAS-BPOM: Progestogen. http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-6-sistem-endokrin/64-hormon-kelamin/641-hormon-perempuan/6412-progestogen. (Diakses pada 11 Februari 2019).
  3. MIMS. 2021. Dydrogesterone. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/dydrogesterone?mtype=generic. (Diakses pada 1 Juli 2021).
  4. MIMS. 2021. Duphaston dydrogesterone. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/duphaston?type=brief&lang=id. (Diakses pada 1 Juli 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi