Terbit: 21 July 2021
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Antikolinergik adalah obat yang memblokir neurotransmiter (asetilkolin) di sistem saraf pusat dan perifer. Manfaat obat antikolinergik untuk mengobati berbagai macam kondisi yang terkait dengan aktivasi sistem saraf parasimpatis. Ketahui efek samping hingga aturan penggunaan obat selengkapnya berikut ini.

Antikolinergik: Fungsi, Jenis, Efek Samping, Aturan Pakai, dll

Apa Itu Antikolinergik?

Antikolinergik adalah jenis obat yang menghalangi aksi neurotransmiter, senyawa kimiawi dalam tubuh yang juga disebut asetilkolin. Asetilkolin bertanggung jawab untuk mentransfer sinyal antara sel-sel tertentu yang memengaruhi fungsi tubuh tertentu.

Obat yang memblokir asetilkolin ini menyebabkan gerakan otot tidak sadar di paru-paru, saluran pencernaan, saluran kemih, dan area tubuh lainnya. Karena obat ini dapat memengaruhi berbagai fungsi pada tubuh, hal tersebut membuatnya dipercaya membantu mengatasi berbagai masalah kesehatan.

Fungsi Antikolinergik

Obat ini dapat membantu mengatasi berbagai masalah kesehatan, antara lain:

  • Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
  • Masalah kemih dan inkontinensia yang terlalu aktif.
  • Gangguan pada saluran pencernaan, seperti diare.
  • Keracunan karena insektisida dan jamur beracun.
  • Gejala penyakit Parkinson, seperti gerakan otot tak sadar yang tidak normal.
  • Asma.
  • Pusing.
  • Mabuk perjalanan.

Dokter mungkin juga meresepkan obat ini sebagai relaksan otot. Selain itu, obat-obatan ini juga berguna selama operasi karena membantu relaksasi, menjaga detak jantung tetap normal, dan menurunkan produksi air liur.

Daftar Obat Antikolinergik

Berikut adalah beberapa contoh obat antikolinergik,  antara lain:

  • Atropine.
  • Belladonna alkaloids.
  • Benztropine mesylate.
  • Clidinium.
  • Cyclopentolate.
  • Darifenacin.
  • Dicyclomine.
  • Fesoterodine.
  • Flavoxate.
  • Glycopyrrolate.
  • Homatropine hydrobromide.
  • Hyoscyamine.
  • Ipratropium.
  • Orphenadrine.
  • Oxybutynin.
  • Propantheline.
  • Scopolamine.
  • Methscopolamine.
  • Solifenacin.
  • Tiotropium.
  • Tolterodine.
  • Trihexyphenidyl.
  • Trospium.

Masing-masing obat bekerja untuk mengobati kondisi tertentu. Dokter akan memilih obat terbaik yang sesuai dengan kondisi Anda.

Efek Samping Antikolinergik

Dengan resep yang sesuai, obat ini aman Anda gunakan. Meski begitu, beberapa orang ada yang mengalami efek samping. Potensi efek samping tergantung pada riwayat kesehatan individu, dosis, dan jenis obat yang pasien gunakan.

Kemungkinan efek antikolinergik yang bisa terjadi, antara lain:

  • Kebingungan.
  • Halusinasi.
  • Masalah memori.
  • Mulut kering.
  • Pandangan yang kabur.
  • Sembelit.
  • Mengantuk.
  • Penurunan tingkat kesadaran.
  • Kesulitan buang air kecil.
  • Delirium.
  • Keringat berkurang.
  • Air liur berkurang.

Beberapa efek samping di atas juga bisa merupakan indikasi overdosis. Keadaan ini dikenal sebagai toksisitas antikolinergik, keadaan yang memerlukan perhatian medis dengan segera

Risiko Demensia

Perlu Anda ketahui juga, beberapa penelitian menghubungkan penggunaan obat ini jangka panjang pada orang tua dengan peningkatan risiko demensia. Oleh karena itu, obat ini sebaiknya tidak boleh pada seseorang dengan demensia, gangguan kognitif, atau delirium.

Jenis obat yang paling umum untuk lansia dalam penelitian adalah:

  • Tricyclic antidepressant (seperti amitriptyline).
  • First generation antihistamine (seperti chlorpheniramine  dan diphenhydramine).
  • Overactive bladder antimuscarinics (seperti oxybutynin).

Selain itu, obat ini juga tidak boleh Anda gunakan jika Anda memiliki kondisi seperti:

  • Benign prostate hyperplasia (BPH).
  • Glaukoma sudut tertutup.
  • Myasthenia gravis.
  • Penyakit Alzheimer.
  • Penyumbatan usus.
  • Penyumbatan saluran kemih.

Kriteria Beers

Sebagaimana dicatat dalam Kriteria Beers 2019, telah ditetapkan bahwa banyak obat dengan sifat antikolinergik harus dihindari pada lansia bila memungkinkan. Kriteria ini secara khusus membahas obat-obatan yang biasanya diresepkan pada populasi umum, namun menimbulkan efek yang tidak diinginkan pada pasien lansia.

Penting untuk menghindari penggunaan kombinasi dua atau lebih obat, yang keduanya memiliki efek antikolinergik. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan risiko efek obat yang merugikan.

Konsumsi obat ini dengan opioid juga dapat meningkatkan risiko kebingungan, penurunan kesadaran, halusinasi, sembelit parah, atau impaksi feses.

Perlu diketahui juga, beberapa obat tidur yang dijual bebas mengandung diphenhydramine, antihistamin antikolinergik yang kuat. Jika memungkinkan, Anda harus menghindari untuk mengonsumsinya.

 

Aturan Mengonsumsi Antikolinergik

Seperti obat resep pada umumnya, Anda tidak boleh menghentikan konsumsi obat tanpa terlebih dahulu konsultasi dengan dokter. Sedangkan American Geriatrics Society merekomendasikan untuk menghindari penggunaan obat ini pada lansia. Usia lansia lebih mungkin mengalami efek samping lebih rentan daripada orang yang lebih muda. Selain itu, tindakan pencegahan tertentu juga perlu dilakukan saat mengonsumsi obat ini. di antaranya:

  • Overheating

Penting untuk mencegah tubuh dari kepanasan dengan tetap terhidrasi saat menggunakan obat ini, terutama jika salah satu efek samping yang Anda alami adalah penurunan keringat. Saat tubuh mengalami penurunan keringat, suhu tubuh dapat naik sehingga Anda lebih mungkin mengalami heat stroke.

  • Overdosis

Mengambil kombinasi beberapa obat ini dapat menyebabkan overdosis. Overdosis bisa berakibat fatal. Tanda-tanda overdosis termasuk kebingungan, halusinasi, detak jantung yang cepat, demam, dan pusing.

  • Kondisi Medis Lainnya

Seseorang dengan kondisi medis tertentu tidak disarankan untuk menggunakan antikolinergik. Bicarakan dengan dokter jika Anda memiliki kondisi medis lain sebelum mengonsumsi obat ini.

  • Penggunaan Bersama Obat Lain

Seseorang yang sudah menggunakan obat lain tidak boleh menggunakan antikolinergik. Diskusikan dengan dokter atau apoteker mengenai interaksi potensial dengan obat lain jika Anda mengonsumsi antikolinergik.

  • Konsumsi Beberapa Antikolinergik

Menggunakan beberapa obat dengan efek antikolinergik dapat mengakibatkan risiko komplikasi dan toksisitas yang lebih besar sebagai akibat dari efek samping kolektif. Jika Anda menggunakan obat bebas dengan efek ini, sebaiknya bicarakan dengan dokter tentang potensi interaksi obat.

Kondisi yang Bertentangan

Mengapa banyak obat antikolinergik harus dihindari pada mereka yang sudah lanjut usia? Sifat kimia obat ini dapat menyebabkan beragam efek samping, beberapa di antaranya bisa serius.

Pada lansia, sistem saraf pusat dan otak sangat sensitif terhadap efek samping obat ini karena jumlah neuron atau reseptor kolinergik di otak yang lebih sedikit.

Selain itu, pada usia ini organ hati dan ginjal kurang memiliki kemampuan untuk memecah dan mengeluarkan obat, serta lebih mudah memengaruhi kondisi otak. Semua faktor ini berkontribusi pada efek samping antikolinergik yang lebih besar pada lansia.

Berbagai kondisi yang sebaiknya tidak boleh mengonsumsi obat ini, antara lain:

  • Myasthenia gravis.
  • Hipertiroidisme.
  • Glaukoma.
  • Pembesaran prostat.
  • Hipertensi.
  • Penyumbatan saluran kemih.
  • Peningkatan denyut jantung (takikardia).
  • Gagal jantung.
  • Mulut kering parah.
  • Hernia hiatus.
  • Sembelit parah.
  • Penyakit liver.
  • Sindrom Down.

Beri tahu dokter jika Anda memiliki salah satu dari kondisi di atas. Hanya menggunakan golongan obat antikolinergik dengan saran dan resep dokter.

paket obat isolasi mandiri doktersehat

 

  1. Anonim. 2021. Anticholinergic Drugs to Avoid in the Elderly. https://www.drugs.com/article/anticholinergic-drugs-elderly.html. (Diakses pada 21 Juli 2021).
  2. Cafasso, Jacquelyn. 2019. Anticholinergics. https://www.healthline.com/health/anticholinergics. (Diakses pada 21 Juli 2021).
  3. Gál, Kat. 2018. Anticholinergic drugs: What to know. https://www.medicalnewstoday.com/articles/323514. (Diakses pada 21 Juli 2021).
  4. Ohwovoriole, Toketemu. 2020. What Are Anticholinergics?. https://www.verywellmind.com/anticholinergics-uses-types-and-side-effects-5085186. (Diakses pada 21 Juli 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi