Terbit: 25 February 2019 | Diperbarui: 6 October 2022
Ditulis oleh: Mutia Isni Rahayu | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Laparoskopi adalah salah satu prosedur bedah minimal invasif yang dilakukan sebagai langkah untuk pemeriksaan maupun pengobatan. Penggunaan alat bernama laparoskop memungkinkan dokter untuk melihat ke dalam tubuh pasien tanpa harus menggunakan sayatan yang teralu lebar di tubuh. Berikut adalah berbagai hal yang perlu dikethaui tentang prosedur laparoskopi.

Laparoskopi (Bedah Minim Sayatan): Manfaat, Prosedur, Keunggulan, dan Risiko

Apa Itu Laparoskopi?

Laparoscopy atau laparoskopi adalah prosedur diagnostik bedah untuk memeriksa organ di dalam perut. Laparoskopi dikenal sebagai prosedur bedah minimal invasif yang juga berisiko rendah karena hanya membutuhkan sayatan kecil pada perut.

Prosedur laparoskopi menggunakan alat yang disebut dengan laparoskop untuk melihat ke dalam perut. Laparoskop merupakan tabung panjang dan tipis yang dilengkapi dengan kamera dengan intensitas dan resolusi tinggi pada bagian depannya.

Laparoskop akan dimasukkan ke dalam perut melalui sayatan kecil. Setelah itu, alat ini akan merekam kondisi di dalam perut yang ditempilkan dalam sebuah monitor video. Umumnya pada prosedur ini, dokter juga akan mengambil sampel biopsi untuk diteliti.

Manfaat Laparoskopi

Manfaat laparoscopy adalah untuk diagnosis dan juga sebagai tindakan pengobatan. Berikut adalah manfaat laparoskopi untuk diagnosis dan juga untuk pengobatan:

Laparoskopi untuk diagnosis

Laparoskopi dengan tujuan untuk mendiagnosis biasanya dilakukan jika metode non-invasif tidak berhasil dilakukan untuk mendiagnosis penyakit. Contoh metode non-invasif adalah seperti pemeriksaan fisik dan tes pencitraan seperti rongent, USG, CT scan, MRI. Beberapa jenis penyakit yang dapat didiagnosis dengan laparoskopi adalah sebagai berikut:

  • Penyakit radang panggul atau PID (pelvic inflammatory disease), infeksi bakteri pada saluran genital bagian atas wanita, termasuk rahim, tuba fallopi, dan ovarium.
  • Endometriosis, kondisi di mana ditemukannya endometrium (potongan kecil lapisan rahim) ditemukan di luar rahim.
  • Kista overium, adanya kista atau kantung berisi cairan yang berkembang di ovarium.
  • Kehamilan ektopik atau kehamilan yang berkembang di luar rahim.
  • Fibroid, tumbuhnya tumor non-kanker yang di dalam atau di sekitar rahim.
  • Testis tidak turun, kondisi masa kecil umum di mana anak laki-laki dilahirkan tanpa satu atau kedua testis dalam skrotum mereka.
  • Radang usus buntu, pembengkakan pada usus buntu yang menimbulkan rasa sakit.
  • Kondisi nyeri panggur atau perut yang belum diketahui penyababnya.
  • Mendiagnosis jenis kanker tertentu, termasuk kanker hati, pankreas, ovarium, saluran empedu, dan kantong empedu, dengan cara mengambil sampel melalui biopsi.

Laparoskopi untuk pengobatan

Operasi laparoskopi juga dapat digunakan sebagai langkah pengobatan untuk berbagai macam kondisi seperti berikut ini:

  • Mengangkat usus buntu yang meradang, dilakukan dalam kasus usus buntu berisiko tinggi pecah.
  • Mengangkat katung empedu, sering digunakan sebagai langkah pengobatan batu empedu.
  • Mengambil sebagian usus, digunakan untuk mengatasi kondisi pencernaan tertentu seperti divertikulitis atau penyakit Crohn yang sudah tidak bereksi pada obat-obatan.
  • Mengatasi hernia.
  • Mengatasi tukak lambung yang mengalami pendarahan.
  • Mengangkat organ yang terkena kanker seperti ovarium, prostat, hati, usus besar, ginjal, atau kandung kemih.
  • Mengatasi kehamilan ektopik, dilakukan untuk mengeluarkan embrio untuk mencegah kerusakan pada tuba fallopi.
  • Mengangkat fibroid.
  • Histerektomi atau pengangkatan rahim, terkadang dibutuhkan pada kondisi seperti penyakit radang panggul, endimetriosis, menstruasi berat dan menyakitkan.
  • Operasi penurunan berat badan.

Bagaimana Operasi Laparoskopi Dilakukan?

Prosedur laparoskopi dimulai dengan berbagai persiapan. Pasien juga diharuskan untuk tetap mengontrol kesehatannya selama masa pemulihan.

Persiapan operasi laparoskopi

Persiapan operasi bergantung pada jenis laparoskopi yang akan dilakukan. Berikut adalah beberapa persiapan dari operasi laparoskopi:

  • Pasien dilarang untuk mengonsumsi apapun selama 6-12 jam sebelum prosedur
  • Jika pasien mengonsumsi obat pengencer darah atau antikoagulan, dokter akan menyuruh untuk berhenti meninumnya selama beberapa hari sebelum prosedur.
  • Perokok akan dilarang untuk merokok menjelang operasi.
  • Pemeriksaan seperti tes darah, tes urin, elektrokardiogram, rontgen, dan tes pencitraan mungkin dilakukan sebelumnya untuk membantu dokter mengetahui gambaran kondisi pasien.

Prosedur operasi aparoskopi

Prosedur operasi laparoskopi dapat dilakukan di rumah sakit maupun pusat bedah. Beberapa prosedur laparoskopi merupakan prosedur rawat jalan, sehingga pasien tidak membutuhkan rawat inap setelah prosedur laparoskopi. Namun hal ini tentu saja juga bergantung pada tujuan laparoskopi dilakukan.

Anda akan mendapatkan anestesi umum atau bius total sebelum anestesi dimulai, artinya Anda akan tertidur selama proses ini berlangsung. Obat khusus akan dimasukkan melalui vena untuk mencapai bius total. Selain anestesi umum, terkadang anestesi lokal juga dapat dilakukan dalam prosedur laparoskopi.

Selanjutnya dokter akan membuat sayatan di bawah pusar dan diikter akan memasukkan tabung kecil yang disebut kanula. Alat ini digunakan untuk mengembangkan perut Anda menggunakan gas karbon dioksida. Tujuan penggunaan gas ini adalah agar organ perut dapat terlihat lebih jelas.

Jika perut sudah mengembung, laparoskop akan dimasukkan ke dalam perut melalui sayatan. Gambar kondisi di dalam perut yang terekam oleh laparoskop akan terlihat secara langsung pada layar.

Umumnya lebar sayatan yang dibuat adalah sebesar 1 hingga 2 sentimeter. Sedangkan jumlah sayatan umumnya berkisar antara 1-4 sayatan, bergantung pada kebutuhan operasi laparoskopi yang dilakukan.

Setelah selesai, laparoskopi akan dipelaskan, kemudia sayatan akan ditutup dengan jahitan dan plester bedah. Perban akan dipalikasikan untuk menutup luka bekas sayatan.

Pemulihan Setelah Laparoskopi

Waktu pemulihan setelah laparoskopi bagi setiap orang berbeda-beda bergantung kondisi fisik secara keseluruhan, jenis anestesi yang digunakan, dan reaksi tubuh terhadap laparoskopi yang dilakukan. setelah prosedur selesai dilakukan, kondisi Anda akan dimonitor selama beberapa jam.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sebagian kasus laparoskopi tidak membutuhkan rawat inap, namun sebagian lainnya juga diharuskan untuk menginap di rumah sakit selama satu malam atau lebih.

Beberapa haru setelah laparoskopi dilakukan, rasa sakit pada bagian bekas sayatan mungkin akan terasa. Dokter akan memberikan resep obat penghilang rasa sakit dan umumnya kondisi ini akan membaik dalam beberapa hari.

Nyeri bahu juga mungkin terjadi akibat penggunaan gas karbon dioksida yang berdampak pada diafragma dan saraf bahu. Kondisi ini juga akan membaik dalam beberapa hari. Umumnya dalam waktu seminggu seseorang sudah dapat beraktivitas seperti biasa.

Dua minggu setelah laparoskopi, Anda harus kembali ke dokter untuk mematikan tindakan selanjutnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah operasi laparoskopi adalah memulai aktivitas ringan secepat Anda bisa untuk mengindari pembekuan darah, tidur lebih banyak dari biasanya, dan menggunakan pakaian longgar.

Keunggulan dan Risiko Laparoskopi

Jika dibandingkan dengan bedah tradisional, laparoskopi memiliki beberapa keunggulan. Meskipun begitu, sama halnya seperti prosedur kesehatan lainnya, laparoskopi juga memiliki risiko munculnya efek samping.

Keunggulan Laparoskopi

Prosedur laparoscopy adalah prosedur yang dianggap lebih unggul dibandingkan pembedahan tradisonal. Berikut adalah beberapa keunggulan dari laparoskopi:

  • Bekas luka operasi lebih kecil.
  • Masa pemulihan lebih cepat dan dapat keluar dari rumah sakit lebih cepat.
  • Bekas luka lebih cepat sembuh dan lebih sedikit rasa sakit.
  • Dapat kembali beraktivitas dengan normal.
  • Jaringan parut yang terbentuk lebih sedikit.

Efek Samping Laparoskopi

Meskipun laparoskopi lebih unggul, tentu tetap terdapat beberapa efek samping atau risiko dari prosedur satu ini. Risiko laparoskopi yang paling umum adalah seperti infeksi, pendarahan, dan kerusakan organ. Efek samping lain yang mungkin terjadi adalah seperti:

  • Demam atau menggigil
  • Sakit perut yang intens
  • Kemerahan, pembengkakan, dan pendarahan pada lokasi sayatan
  • Mual dan muntah terus-menerus
  • Batuk terus-menerus
  • Sesak napas
  • Retensi urin
  • Pusing
  • Kerusakan organ

Risiko lain yang lebih jarang terjadi adalah seperti:

  • Komplikasi dari bius total
  • Radang dinding perut
  • Bekuan darah yang berjalan ke panggul, kaki, dan paru-paru.

Jika mengalami salah satu efek samping yang terjadi di atas, segera konsultasikan pada dokter Anda.

 

Sumber:

  1. Laparoscopy – https://www.healthline.com/health/laparoscopy diakses 25 Februari 2019
  2. What Is Laparoscopic Surgery? – https://www.webmd.com/digestive-disorders/laparoscopic-surgery#1 diakses 25 Februari 2019
  3. Laparoscopy (keyhole surgery) – https://www.nhs.uk/conditions/laparoscopy/ diakses 25 Februari 2019

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi