Terbit: 3 June 2020
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Eko Budidharmaja

Terapi okupasi biasanya diperlukan bagi orang-orang yang mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena memiliki rasa sakit, cedera, kelumpuhan, atau cacat. Baca terus untuk mendapatkan informasi lengkap tentang definisi terapi ini hingga manfaatnya!

Terapi Okupasi: Definisi, Manfaat, Siapa Saja yang Membutuhkan

Apa Itu Terapi Okupasi?

Terapi okupasi adalah jenis perawatan kesehatan untuk membantu mengatasi masalah yang mengganggu kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas penting seperti, merawat diri sendiri, makan, menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, bekerja, sekolah, atau mengambil bagian dalam kegiatan lainnya.

Terapi okupasi mengajarkan bagaimana cara beradaptasi untuk dapat membantu melakukan segala jenis tugas di sekolah, tempat kerja, atau di rumah. Terapi ini juga mengajarkan bagaimana belajar cara menggunakan alat bantu jika dibutuhkan, sehingga menjadi mandiri.

Tahapan Layanan Terapi Okupasi

Terapi okupasi adalah perawatan yang biasanya dapat diberikan bagi siapapun, tapi harus ditinjau berdasarkan usia, kebutuhan, dan lingkungan. Berikut beberapa tahapan dalam melakukan terapi okupasi:

  • Evaluasi individual. Tahap ini di mana pasien, keluarga pasien, dan seorang terapis akan menentukan tujuan untuk mendapatkan terapi okupasi.
  • Perencanaan intervensi. Guna meningkatkan kembali kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan mencapai tujuan, seorang terapis akan menentukan jenis terapi yang dibutuhkan pasien.
  • Evaluasi. Tahap ini memastikan bahwa tujuan tercapai atau menunjukkan perubahan setelah melakukan terapi. Evaluasi juga dapat memperbaiki kekurangan terapi sesuai kebutuhan.

Manfaat Terapi Okupasi

Terapi okupasi adalah perawatan yang telah terbukti menjadi salah satu pilihan paling bermanfaat bagi mereka yang ingin mendapatkan kembali kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Berikut ini beberapa manfaat terapi okupasi:

1. Membantu Kondisi Medis di Rumah

Pasien yang sudah lama mendapatkan perawatan di rumah sakit dapat mengalami kesulitan menyesuaikan kembali dengan kegiatan sehari-hari.

Bed rest yang lama dapat menyebabkan pasien kesulitan dengan keseimbangan dan postur tubuh karena pengecilan otot, yang mengakibatkan cedera berulang. Terapis okupasi akan bekerja sama dengan pasien untuk melatih kembali kekuatan otot, koordinasi, dan keseimbangan dengan latihan dan pilihan penyesuaian.

2. Mendapatkan Kemampuan Kembali

Jenis cedera dan penyakit dapat menyebabkan orang kehilangan kemampuan melakukan kegiatan normal seperti berjalan, duduk, memakai baju, atau makan secara mandiri. Jenis terapi okupasi terbukti bermanfaat bagi orang yang baru pulih dari stroke dan menurunkan risiko komplikasi.

3. Membantu Meningkatkan Ingatan

Terapi okupasi dapat membantu kehilangan ingatan yang bisanya disebabkan usia lanjut, atau dalam kasus lain, cedera, penyakit, atau kurang gizi dapat menjadi penyebabnya. Terapi ini terdiri dari latihan otak dan cara yang membantu meningkatkan ingatan dan perhatian.

Beberapa alat bantu memori umum, di antaranya:

  • Menempatkan barang sehari-hari.
  • Menggunakan buku audio alih-alih membaca buku secara manual.
  • Menandai tanggal di kalender untuk informasi penting.
  • Menggunakan alat untuk membantu kehidupan sehari-hari.

4. Mendapatkan Pekerjaan Kembali

Salah satu penyebab utama depresi bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik (handicap) adalah ketidakmampuan untuk kembali bekerja atau menemukan pekerjaan yang bermakna. Orang-orang dalam kondisi ini mungkin memerlukan terapi okupasi untuk dapat membantu beraktivitas kembali.

5. Memperbaiki Jadwal Tidur dan Bangun

Chronic fatigue syndrome (CFS) atau sindrom kelelahan kronis adalah suatu kondisi yang membuat seseorang merasa lelah sepanjang hari dan sulit untuk bangun dari tidur. Kondisi ini sering kali karena efek samping penyakit seperti multiple sclerosis, lupus, dan kanker, serta efek dari istirahat total atau obat resep.

Dikarenakan tidak ada obat atau perawatan untuk CFS, dokter biasanya menyarankan untuk berolahraga, mengobati penyebab, dan menggunakan cognitive behavioral therapy (CBT) atau terapi perilaku kognitif, bersama dengan terapi okupasi untuk membantu memperbaiki jadwal tidur dan bangun.

Siapa Saja Orang yang Membutuhkan Terapi Okupasi?

Terapi ini dibutuhkan bagi mereka yang memiliki keterbatasan dalam beraktivitas sehari-hari, di antaranya:

  • Penderita autisme. Seorang anak dengan autisme memerlukan bantuan untuk mengatasi perubahan dalam rutinitas. Terapi okupasi mungkin dapat membantu meningkatkan keterampilan motorik halus dan motorik kasar, pengaturan diri, pemrosesan sensorik, dan keterampilan komunikasi.
  • Penderita ADHD. Terapi ini bisa membantu remaja dengan ADHD dalam meningkatkan perhatian, memori, kontrol impuls, perencanaan, manajemen waktu, dan keterampilan sosial.
  • Penderita kecemasan dan depresi. Orang dewasa dengan kondisi ini dapat diatasi dengan terapi untuk mendapatkan keterampilan mengontrol, melatih kebiasaan lebih sehat, dan belajar mengelola gejala kecemasan.
  • Penderita stroke. Orang tua yang mengalami stroke dapat dapat diatasi dengan terapi ini untuk meningkatkan kekuatan, daya tahan, rentang gerak, dan belajar menggunakan peralatan.
  • Penderita arthritis. Peradangan, kaku, dan nyeri di bagian tubuh tertentu biasanya dialami lansia atau bahkan bisa orang yang masih muda.
  • Penderita Dyspraxia. Gangguan kemampuan motorik yang ditandai gangguan koordinasi saraf otak, mata, dan otot anggota gerak untuk melakukan aktivitas seperti berlari, menunjuk, melompat, dan aktivitas lainnya. Kondisi ini bisa parah jika tidak dilatih secara rutin.
  • Penderita Down Syndrome. Adalah gangguan genetika yang menyebabkan kesulitas dalam belajar. Gangguan yang biasa terjadi pada anak-anak ini memerlukan terapi okupasi.
  • Penderita Cerebral palsy. Penyakit ini juga memerlukan terapi karena penderitanya mengalami gangguan gerakan atau koordinasi tubuh.

Di Mana Bisa Melakukan Terapi Okupasi?

Jika mempertimbangkan untuk mendapatkan terapi ini, Anda bisa dilakukan di banyak tempat, di antaranya:

  • Rumah sakit
  • Pusat rehabilitasi
  • Klinik rawat jalan
  • Rumah pasien (home visit)

Selain mengunjungi tempat tersebut, berikut cara menemukan seorang terapis okupasi:

  • Minta dokter merujuk Anda ke spesialis.
  • Berkonsultasi dengan perawat sekolah atau penasihat bimbingan yang mungkin dapat merekomendasikan seseorang berdasarkan kebutuhan akademik atau sosial anak.
  • Hubungi rumah sakit terdekat atau pusat rehabilitasi untuk rujukan.

 

  1. Anonim. 2020. Occupational Therapy. https://kidshealth.org/en/parents/occupational-therapy.html. (Diakses pada 3 Juni 2020)
  2. Anonim. 2019. What Is Occupational Therapy?. https://www.webmd.com/pain-management/occupational-rehab#2-5. (Diakses pada 3 Juni 2020)
  3. Anonim. Tanpa Tahun. What is Occupational Therapy?. https://www.aota.org/Conference-Events/OTMonth/what-is-OT.aspx. (Diakses pada 3 Juni 2020)
  4. Anonim. Tanpa Tahun. Occupational Therapy. http://www.sundogtherapy.com/occupational-therapy/. (Diakses pada 3 Juni 2020)
  5. Lyon, Sarah . 2020. What to Expect During an OT Evaluation. https://www.verywellhealth.com/what-to-expect-during-an-ot-evaluation-2509998. (Diakses pada 3 Juni 2020)
  6. Stephenson, Bobby. 2014. 5 Benefits of Occupational Therapy. https://blog.rehabselect.net/5-benefits-of-occupational-therapy. (Diakses pada 3 Juni 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi