Terbit: 26 February 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Telinga tidak hanya menyediakan kemampuan untuk mendengar, tetapi membantu keseimbangan tubuh ketika bergerak. Oleh karena itu, penyakit telinga akan membuat seseorang kesulitan dalam pendengaran, memberi rasa sakit bersama dengan rasa pusing yang memicu sakit kepala.

Penyakit Telinga – Jenis, Pengobatan & Pencegahan

Telinga memiliki banyak bagian berbeda termasuk kanar pendengaran eksternal (ear canal), telinga tengah dan telinga dalam, di mana syaraf mengirimkan sinyal suara dan perasaan yang berkaitan dengan keseimbangan ke otak dan semua bagian ini berpotensi mengalami penyakit pada telinga.

Macam-Macam Penyakit pada Telinga Manusia & Pengobatannya

Semua bagian telinga berisiko pada trauma dan infeksi yang bisa menimbulkan kerusakan kecil atau besar pada telinga. Macam-macam penyakit telinga seperti apa saja yang harus kita diwaspadai? Berikut ini adalah berbagai gangguan penyakit telinga yang perlu diperhatikan:

1. Penyakit telinga yang disebabkan penyumbatan kotoran kuping

Penyakit pada telinga bagian luar memiliki kelenjar yang menghasilkan minyak. Minyak ini berguna untuk mencegah air dan kotoran masuk ke dalam telinga. Biasanya, minyak bersama kotoran menggumpal dan akan mengering. Selanjutnya, kotoran telinga ini akan keluar dengan sendirinya. Namun, kadangkala kotoran telinga mengumpul terlalu banyak dan menyumbat telinga.

Anda bisa mengompres telinga untuk melunakkan kotoran telinga, meminum obat dekongestan, dan menggunakan obat tetes. Jika kondisi telinga sulit diobati dengan cara tersebut, segera konsultasikan dengan dokter.

2. Penyakit pada telinga akibat pencemaran suara

Penyakit yang sering menyerang telinga ini disebabkan oleh suara yang keras. Suara yang terlalu keras dapat menyebabkan kerusakan telinga bagian dalam. Akibatnya, kemungkinan mengalami gangguan pada telinga, dan bahkan pendengaran hilang.

Rusaknya telinga akibat suara yang terlalu keras dapat dicegah dengan tidak mendengarkan dan menghindari sumber pencemaran suara. Anda juga menggunakan alat penutup telinga yang dapat mengurangi intensitas suara.

3. Gangguan penyakit telinga: Tuli Konduksi

Tuli konduksi, telinga tidak dapat mendengar karena gangguan pada penghantaran getaran suara. Penyebab gangguan pada telinga ini antara lain:

  • Penyumbatan saluran telinga oleh minyak serumen
  • Penebalan atau pecahnya membran timpani
  • Pengapuran pada tulang pendengaran
  • Kekakuan hubungan stapes pada tingkap oval
  • Tuli saraf yaitu tuli yang disebabkan adanya kerusakan saraf auditori (saraf pendengaran).

Mengatasi tuli konduksi bisa dengan mengeluarkan kotoran yang mengeras dalam telinga. Carannya menggunakan minyak dan cairan ke dalam telinga untuk melunakkan kotoran telinga. Bila dilakukan sendiri, berhati-hatilah saat mengeluarkannya.

4. Vertigo

Vertigo adalah penyakit atau kondisi di mana telinga bagian dalam mengalami gangguan sehingga terasa pusing dan ruang di sekeliling penderita terasa berputar, akibatnya penderta merasa berputar atau melayang. Kelainan pada telinga ini sangat berbahaya jika menyerang secara tiba-tiba.

Kebanyakan para penderita vertigo terserang kondisi ini saat sedang stres dan kelelahan. jadi penderita vertigo sensitif dengan yang namanya stres dan capai.

Jika keseimbangan saraf ini terganggu maka akan menyebabkan beberapa komplikasi. Tidak hanya vertigo yang menyebabkan penyakit pada telinga namun bisa juga hipertensi, jantung koroner, bahkan stroke.

Penyebab penyakit vertigo adalah terganggunya saraf yang menghubungkan antara mata dengan otak, dan pergerakan mata secara abnormal (sering menggerakan mata dengan berlebihan). Gejala yang dirasakan sering merasa pusing, sering terserang pusing disertai perasaan melayang walau dalam keadaan mata tertutup sekalipun.

Pilihan lain untuk memperbaiki gejala vertigo adalah dengan mendapatkan suntikan obat di telinga bagian tengah. Jenis obat yang digunakan antara lain:

  • Gentamisin
    Dokter akan menyuntikkan antibiotik ke telinga bagian dalam dan selama prosedur ini Anda akan diberi anestesi lokal. Jenis obat ini dipercaya dapat mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan dari serangan vertigo. Namun, setelah melakukan hal ini, kemampuan pendengaran Anda akan terganggu.
  • Steroid, seperti deksametason
    Dokter juga akan memberikan anestesi lokal kepada Anda sebelum menyuntikkan jenis obat ini. Bila dibandingkan dengan gentamisin, jenis obat ini kurang efektif. Namun, risiko efek samping dari obat ini lebih rendah dibandingkan dengan gentamisin.

Namun, bila vertigo tidak kunjung membaik dan semakin parah, operasi mungkin menjadi satu-satunya pilihan untuk mengobatinya. Jenis pembedahan dibagi menjadi beberapa macam, antara prosedur kantung endolymphatic.

Jenis pembedahan ini dapat mengatur kadar cairan telinga bagian dalam. Selain itu, produksi cairan dapat berkurang, penyepan cairan lebih meningkat, dan vertigo pun dapat diatasi. Namun, ketika Anda melakukan hal ini, dokter akan menghilangkan sebagian kecil tulang yang berada di atas kantung endolymphatic.

5. Terasa ada tekanan dalam telinga

Orang yang mengidap penyakit meniere akan merasa ada tekanan pada telinga bagian dalam, gejala-gejala tersebut dapat timbul dengan tingkat keparahan, frekuensi, dan durasi yang berbeda-beda, terutama pada awal penyakit.

Misalnya, Anda mungkin akan mengalami vertigo yang lebih parah daripada gejala lain atau Anda lebih sering mengalami tinnitus (telinga berdenging) daripada gejala lainnya. Namun, bisa juga gejala-gejala tersebut terjadi dalam waktu yang bersamaan.

6. Bisul

Bisul atau furunkel yang tumbuh di saluran telinga. Penyebab penyakit telinga ini biasanya oleh infeksi bakteri. Infeksi ini biasanya dimulai karena luka pada kulit. Gejala yang timbul adalah benjolan kecil yang menyakitkan dan terasa gatal. Benjolan tersebut kemungkinan pecah, menyebabkan keluarnya cairan.

Bisul biasanya sembuh sendiri. Jika tidak, antibiotik dapat diresepkan bersama dengan obat penghilang rasa sakit. Dokter juga dapat mengeringkan abses untuk menghilangkan rasa sakit.

7. Tinnitus

Jenis penyakit telinga ini umumnya ditandai dengan denging di telinga, meskipun suaranya juga bisa berupa desis, mendengung, menderu, atau mengklik. Gejala tinnitus biasanya berupa suara yang tidak bisa dijelaskan di satu atau kedua telinga yang mungkin keras atau lembut. Suaranya mungkin bernada tinggi pada beberapa orang dan bernada rendah untuk orang lain.

Tinnitus biasanya sembuh dengan sendirinya. Namun, kasus yang membandel harus didiagnosis dengan dokter spesialis THT untuk menentukan penyebabnya sehingga pengobatan dapat ditentukan. Perawatan umum termasuk terapi suara, TRT (terapi pelatihan ulang tinitus) dan mengatasi stres.

8. Barotrauma

Barotrauma adalah cedera yang disebabkan oleh perubahan tekanan air atau udara. Penyebab penyakit telinga ini biasanya dialami karena perubahan ketinggian yang tiba-tiba, seperti yang terjadi ketika di pesawat terbang, selam scuba, atau mendaki gunung. Gejala barotrauma dapat dimulai dengan bunyi letupan di telinga, diikuti oleh rasa sakit, pusing dan beberapa gangguan pendengaran.

Penanganan penyakit ini bisa dengan menguap, mengunyah, atau menelan akan membantu meringankan tekanan. Dalam beberapa kasus, dekongestan bisa diresepkan.

9. Presbycusis

Presbycusis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan gangguan pendengaran sebagai akibat dari penuaan. Gangguan telinga ini biasanya terjadi pada individu berusia 65 dan lebih tua.

Gejalanya ditandai mengalami kehilangan pendengaran yang bertahap, biasanya dimulai dengan suara bernada tinggi, seperti kicau burung, telepon berdering, suara wanita dan anak-anak, dan lainnya. Kondisi ini seperti tinnitus, dan kesulitan mendengar orang lain berbicara.

Ketika sudah mengalami kehilangan pendengaran, dokter mungkin merekomendasikan pemakaian alat bantu dengar. Jika gangguan pendengaran ringan dan disebabkan oleh suara keras, dokter dapat merekomendasikan meminimalkan paparan suara keras dan memakai peralatan pelindung.

10. Cholesteatoma

Cholesteatoma ditandai oleh pertumbuhan abnormal kulit di telinga tengah. Biasanya disebabkan oleh infeksi kronis. Gejala berupa pertumbuhan kantong kecil dan kista di telinga bagian dalam, menyebabkan gangguan pendengaran. Dalam kasus yang parah, kelumpuhan otot-otot wajah dan pusing dapat terjadi, tetapi jarang.

Setiap infeksi yang timbul diobati dengan antibiotik. Kolesteatoma yang besar atau terinfeksi dapat diangkat melalui pembedahan.

Cara Mencegah Penyakit Telinga

Berikut ini langkah yang bisa Anda lakukan untuk mencegah gangguan pada telinga, di antaranya:

  • Batasi paparan diri terhadap suara keras. Seperti bising kendaraan, berbagai suara mesin seperti pemotong rumput, konser, dan sumber suara lainnya.
  • Pakailah alat pelindung pendengaran, seperti penyumbat telinga (earplugs) jika di sekitar Anda terdengar suara keras yang cukup lama.
  • Awasi dan atur volume suara di dalam rumah, seperti saat menonton televisi, mendengarkan musik, mesin alat rumah tangga dan alat lainnya menimbulkan suara keras.
  • Lindungi diri dari cedera kepala traumatis, seprti terbentur. Jadi gunakanlah pelindung kepala saat mengendarai seperda, sepeda motor, skateboard, skuter, atau aktivitas lainnya yang berisiko.
  • Bersihkan kotoran telinga menggunakan alat yang aman, dan hindari penggunaan cotton bud karena akan mendorong kotoran ke bagian dalam telinga, bahkan berisiko mengalami gendang telinga bocor.
  • Bila perlu kunjungi dokter secara teratur untuk memastikan telingan Anda sehat.

Jika Anda mengalami salah satu gejala di atas, lebih baik Anda langsung berkonsultasi ke dokter. Sebab, gejala-gejala tersebut mungkin dapat menimbulkan komplikasi, seperti gangguan berbicara, hilangnya kesadaran, kehilangan penglihatan, atau bahkan menimbulkan penyakit lain yang lebih serius, seperti stroke, tumor otak, penyakit jantung, penyakit kardiovaskular, dan menyebabkan hilangnya kemampuan mendengar.

Itulah macam-macam penyakit telinga dan pencegahannya, yang kerap menyerang indera pendengaran. Selalu rawat kuping Anda untuk menghindari munculnya penyakit telinga ya, Teman Sehat!


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi