Terbit: 24 September 2019 | Diperbarui: 29 September 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Meski sudah berkali-kali diperingatkan oleh pakar kesehatan, dalam realitanya masih banyak perokok yang menyepelekan bahaya dari kebiasaan ini. Bahkan, meskipun mereka sudah mengalami gejala batuk-batuk, kegiatan merokok tetap saja dilakukan. Padahal, batuk-batuk bisa jadi sudah menandakan adanya masalah kesehatan yang seriuss.

Bahaya, Jangan Sepelekan Batuk yang Disebabkan oleh Merokok!

Bahaya Batuk yang Disebabkan Kebiasaan Merokok

Pakar kesehatan dari National Health System, Inggris, menyebut banyak perokok yang menyepelekan gejala batuk-batuk. Padahal, bisa jadi hal ini terkait dengan penyakit paru obstruktif kronik atau COPD. Penyakit ini memiliki gejala berupa menyempitnya saluran pernapasan sehingga memicu sesak napas dan napas yang terengah-engah meski baru melakukan aktivitas yang ringan.

Sebenarnya, COPD bisa dianggap sebagai kumpulan dari sejumlah masalah kesehatan di paru-paru. Hanya saja, masalah-masalah kesehatan ini juga tidak bisa disepelekan seperti bronkitis kronis atau emfisema. Hal ini tentu akan memicu batuk-batuk atau nyeri dada yang sangat sering terjadi.

Masalahnya adalah hingga saat ini masalah COPD belum benar-benar bisa diobati dengan baik. Hanya saja, asalkan perokok mau berhenti melakukan kebiasaannya dan meminta bantuan dokter, bisa jadi gejala dari penyakit ini bisa diatasi dan perkembangannya bisa diperlambat.

“COPD termasuk dalam masalah pernapasan yang sangat serius. Mau tidak mau kita harus menghindari rokok demi mencegahnya,” ucap Prof. Dame Sally Davies.

Rokok Bisa Membuat Produksi Lendir Meningkat

Penelitian yang dilakukan di University of Pittsburgh Medical Center (UPMC) Amerika Serikat menghasilkan fakta bahwa kebiasaan merokok bisa menyebabkan batuk-batuk. Tak hanya sebagai reaksi dari saluran pernapasan karena kita telah mengisap banyak kandungan beracun, hal ini juga disebabkan oleh kemampuan rokok dalam membuat produksi lendir meningkat.

Sebenarnya, lendir berfungsi sebagai penyaring dari berbagai benda asing atau bahan-bahan yang dianggap berbahaya, namun masuk ke dalam saluran pernapasan. Berdasarkan alasan inilah, jika kita menghirup debu atau asap pembakaran, biasanya kita akan mengalami batuk-batuk.

Hanya saja, jika kita merokok, tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan lendir dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini juga berimbas pada meningkatnya infeksi pada saluran pernapasan. Laju pernapasan pun akhirnya terhambat dan tubuh berusaha mengeluarkan lendir ini dengan cara batuk-batuk.

Rokok Bisa Memicu Bronkitis

Tak hanya peningkatan produksi lendir, pakar kesehatan menyebut rokok juga bisa menyebabkan dampak lainnya, yakni bronkitis. Sebagai informasi, sebagian besar kasus bronkitis ternyata disebabkan oleh paparan asap rokok.

Hal ini disebabkan oleh masuknya asap rokok yang bisa memicu iritasi pada saluran pernapasan dan paru-paru. Hal inilah yang membuat produksi lendir meningkat dan akhirnya memicu batuk-batuk parah yang bisa saja berlangsung hingga lebih dari tiga bulan atau dalam kondisi medis disebut sebagai bronkitis kronis.

Gejala penyakit bronkitis yang lainnya adalah tubuh yang lelah dan lemas setiap saat, sesak napas, mengalami demam, mengalami hidung tersumbat dan nyeri tenggorokan dalam waktu yang lama, sensasi nyeri pada dada, hingga lendir yang keluar saat batuk-batuk dengan warna kekuningan, kehijauan, atau keabu-abuan.

Selain kebiasaan merokok, pakar kesehatan menyebut orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, masih berusia balita atau anak-anak, hingga orang-orang yang bekerja di lokasi yang bisa memicu iritasi pernapasan juga lebih rentan mengalami bronkitis.

Melihat tingginya dampak kesehatan dari asap rokok, ada baiknya memang kita tidak lagi merokok atau memastikan untuk tidak menjadi perokok pasif demi mencegahnya.

 

Sumber:

  1. Anonim. 2015. Batuk karena merokok bisa jadi pertanda penyakit serius. bbc.com/indonesia/majalah/2015/12/151229_majalah_kesehatan_rokok. (Diakses pada 24 September 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi