Terbit: 23 June 2021
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Self efficacy adalah keyakinan seseorang atas kemampuannya untuk melakukan tugas dan mencapainya sampai berhasil. Ketika memiliki efikasi diri yang kuat, lebih mungkin untuk berhasil. Begitu juga sebaliknya. Lebih lanjut simak penjelasannya di bawah ini! 

Self Efficacy: Definisi, Ciri-Ciri, Faktor Pembentuk, dan Contohnya

Apa Itu Self-efficacy?

Self-efficacy adalah keyakinan atau kepercayaan seseorang pada kemampuannya untuk berhasil melakukan sesuatu dalam situasi tertentu. Seseorang dengan rasa efikasi diri yang kuat lebih mungkin dapat menantang dirinya sendiri untuk menghadapi tugas-tugas yang sulit. Selain itu, juga termotivasi dalam dirinya untuk mencapai keberhasilan.

Menurut psikolog Albert Bandura (1977) seorang psikolog Kanada-Amerika dan seorang profesor di Universitas Stanford, self-efficacy adalah bagian dari sistem diri yang terdiri dari sikap, kemampuan, dan keterampilan kognitif seseorang. Sistem ini berperan penting dalam bagaimana seseorang memandang situasi dan bagaimana ia berperilaku dalam merespons situasi yang berbeda.

Ciri- Ciri Self-Efficacy

Hampir semua orang dapat mengenali tujuan yang ingin mereka capai, hal-hal yang ingin mereka ubah, dan hal-hal yang ingin mereka capai. Namun, kebanyakan orang juga menyadari bahwa mewujudkan rencana ini tidak sesederhana yang mereka pikirkan.

Bandura telah menemukan bahwa efikasi diri individu berperan utama dalam bagaimana tujuan, tugas, dan tantangan dihadapi dengan sukses.

Berikut ini ciri-ciri self efficacy yang tinggi pada diri seseorang:

  • Mampu mengembangkan minat yang lebih dalam pada kegiatan di mana mereka berpartisipasi.
  • Membentuk komitmen yang lebih kuat terhadap minat dan aktivitasnya.
  • Cepat pulih dari keterpurukan dan kekecewaan.
  • Melihat masalah yang menantang sebagai tugas yang harus diselesaikan dengan sukses.

Sedangkan ciri-ciri self efficacy yang lemah pada diri seseorang, termasuk:

  • Menghindari tugas yang menantang.
  • Percaya bahwa tugas dan situasi sulit berada di luar kemampuannya.
  • Belajar dari kegagalan pribadi dan hasil negatif.
  • Cepat kehilangan kepercayaan pada kemampuan diri.

Faktor yang Mambangun Self-Efficacy

Efikasi yang tinggi atau lemah dalam diri seseorang mulai terbentuk dalam diri seseorang di masa kanak-kanak melalui dengan berbagai macam pengalaman, tugas, dan situasi. Namun, pertumbuhan efikasi diri tidak berakhir selama masa muda tetapi terus berkembang sepanjang hidupnya ketika memperoleh keterampilan, pengalaman, dan pemahaman baru.

Menurut Bandura, berikut ini empat faktor yang membangun efikasi diri:

1. Pengalaman Diri yang Menjadi Motivasi

Faktor yang paling berpengaruh adalah hasil dari pengalaman sebelumnya. Ketika berbicara tentang pengalaman masa lalu, ini mengacu pada pengalaman seseorang ketika menghadapi tantangan baru dan berhasil melakukannya.

Menurut Bandura (1997), pengalaman masa lalu adalah sangat berpengaruh karena memberikan bukti paling otentik apakah seseorang dapat melakukan apa pun untuk mencapai keberhasilan. Keberhasilan dapat membangun keyakinan yang kuat pada keberhasilan seseorang. Sebaliknya, pengalaman kegagalan akan membuat diri seseorang tidak sanggup menghadapi tantangan.

Salah satu cara terbaik yang terbukti untuk mempelajari keterampilan baru atau meningkatkan kemampuan seseorang dalam aktivitas tertentu adalah dengan rajin berlatih.

2. Termotivasi Pengalaman Orang lain 

Faktor yang juga tidak kalah penting dari self-efficacy adalah melalui pengalaman orang lain, seperti teman, keluarga, guru, pelatih, majikan, atau tokoh masyarakat.

Bandura (1977) berpendapat bahwa melihat orang-orang yang mirip dengan diri sendiri berhasil dengan usaha berkelanjutan. Ini dapat meningkatkan keyakinan Anda juga untuk memiliki kesempatan dan kemampuan yang sama dalam mencapai keberhasilan.

Ketika seseorang memiliki panutan yang positif dalam hidupnya (terutama yang menunjukkan tingkat efikasi diri yang sehat), seseorang lebih mungkin untuk termotivasi pada beberapa keyakinan positif tentang diri.

3. Mendengarkan Pendapat Orang Lain

Menerima umpan balik verbal atau pendapat yang positif dari orang lain dapat memengaruhi seseorang untuk meyakini bahwa ia dapat melakukan tugas yang sulit dengan berhasil.

Menurut Redmond (2010), self-efficacy dipengaruhi oleh dorongan dan keputusasaan yang berkaitan dengan kinerja atau kemampuan diri untuk berani menghadapi tugas-tugas yang sulit.

Persuasi verbal atau pendapat positif orang lain dapat bekerja pada usia berapa pun, tetapi semakin dini diberikan, semakin besar kemungkinannya untuk mendorong untuk membangun efikasi diri.

4. Kondisi Emosional dan Fisiologis

Emosional, fisik, dan psikologis yang baik pada seseorang dapat memengaruhi bagaimana perasaannya tentang kemampuan diri dalam situasi tertentu.

Misalnya, jika seseorang berjuang mengatasi depresi atau kecemasan, mungkin akan merasa lebih sulit untuk memiliki kondisi emosional dan psikologis yang sehat.

Mungkinkah membangun efikasi diri ketika mengalami depresi dan kecemasan? Tidak mungkin, tetapi meningkatkan efikasi diri adalah tugas yang jauh lebih mudah saat seseorang merasa baik dan sehat (Bandura, 1982).

Namun, Bandura (1977) menyatakan bahwa bukan kesungguhan semata-mata dari reaksi emosional dan fisik yang penting, melainkan bagaimana dirasakan dan ditafsirkan. Mereka dengan efikasi diri yang tinggi cenderung melihat kondisi gairah afektifnya sebagai dorongan kinerja yang memberi energi, sedangkan mereka yang merasa ragu menganggap gairahnya sebagai faktor pelemah.

Oleh karena itu, belajar mengelola kecemasan dan meningkatkan suasana hati (mood) ketika mengalami situasi yang menantang, Anda dapat meningkatkan rasa efikasi diri.

Contoh Self Efficacy yang Kuat

Sebagai contoh dari kehidupan diri sendiri, termasuk area di mana Anda merasakan banyak efikasi. Orang mungkin memiliki rasa efikasi diri di mana percaya bahwa mereka dapat melakukannya dengan baik seperti sekolah, pekerjaan, persahabatan, olahraga, olahraga, mengasuh anak, dan bidang lainnya.

Beberapa contoh efikasi diri yang kuat:

  • Pria yang berjuang untuk mengelola penyakit kronisnya, tetapi merasa yakin bahwa dia dapat kembali sehat dengan berusaha keras dan mengikuti anjuran pengobatan dari dokter.
  • Siswa yang merasa yakin bahwa dia akan mampu mempelajari informasi dan mengerjakan soal ujian dengan baik.
  • Wanita yang baru saja menerima posisi pekerjaan yang belum pernah dia lakukan sebelumnya, tetapi merasa bahwa dia memiliki kemampuan untuk belajar dan melakukan pekerjaannya dengan baik.

Efikasi diri berperan penting dalam psikologi kesehatan dan bagaimana orang mengelola kesehatan, nutrisi, dan penyakitnya. Misalnya, memiliki rasa efikasi diri yang kuat bisa membantu orang yang berusaha untuk berhenti merokok dan minum alkohol.

Contoh Self Efficacy yang Lemah

Orang dengan efikasi diri yang lemah cenderung menyikapi tugas yang sulit sebagai suatu hal yang yang harus mereka hindari. Oleh karenanya, mereka juga cenderung menghindari untuk menetapkan tujuan dan memiliki tingkat komitmen yang lemah terhadap apa yang mereka buat dan lakukan.

Ketika kegagalan terjadi, mereka cenderung cepat menyerah. Ini karena mereka tidak memiliki banyak kepercayaan pada kemampuan dirinya untuk mencapai sukses, tetapi mereka lebih mungkin mengalami perasaan gagal dan depresi. Efikasi diri yang lemah sekaligus depresi, juga akan sangat sulit dihadapi, kurang tahan banting, dan kecil kemungkinan untuk bangkit kembali.

paket obat isolasi mandiri doktersehat

 

  1. Anonim. 2009. Teaching Tip Sheet: Self-Efficacy. https://www.apa.org/pi/aids/resources/education/self-efficacy (Diakses pada 23 Juni 2021)
  2. Cherry, Kendra. 2020. Self Efficacy and Why Believing in Yourself Matters. https://www.verywellmind.com/what-is-self-efficacy-2795954
    (Diakses pada 23 Juni 2021)
  3. Lopez-Garrido, Gabriel. 2020. Self-Efficacy Theory. https://www.simplypsychology.org/self-efficacy.html (Diakses pada 23 Juni 2021)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi