Terbit: 29 May 2025
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Penyakit kardiovaskular merupakan tantangan serius bagi dunia medis kesehatan Indonesia. Pasalnya penyakit ini menjadi pembunuh nomor satu Indonesia. Ada sekitar 650.000 orang didiagnosis setiap tahunnya. Untuk itu, butuh langkah konkret untuk menanggulanginya.

Philips dan Mitra Adopsi Teknologi AI untuk Kesehatan Jantung Indonesia

Royal Philips menggandeng Yayasan Jantung Indonesia (YJI) dan Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), untuk fokus terhadap pentingnya inovasi layanan kesehatan dan adopsi teknologi canggih seperti pencitraan, pengobatan, dan pemantauan berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk meningkatkan kualitas perawatan penyakit kardiovaskular di Indonesia.

Dalam dialog bertajuk “Transformasi digital dalam perawatan kardiovaskular: kemajuan, tantangan, dan langkah ke depan”, para pihak pemangku kepentingan menjelaskan rencana pemanfaatan inovasi dan teknologi untuk memberikan layanan kardiovaskular yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih mudah diakses di tengah keterbatasan tenaga kesehatan di tanah air. 

Penyakit jantung menimbulkan beban biaya kesehatan sekitar Rp10,3 triliun, atau lebih dari 700 juta dolar Amerika Serikat setiap tahun. Kondisi ini diperparah oleh keterbatasan jumlah dokter spesialis jantung dan fasilitas kesehatan yang tidak merata di seluruh wilayah Indonesia. 

Saat ini Indonesia hanya memiliki sekitar 1.500 dokter spesialis jantung. Sementara rumah sakit dengan fasilitas layanan jantung lanjutan hanya terpusat di kota-kota besar, sehingga masyarakat daerah terpencil sulit mengakses kesehatan yang memadai.

“Belum adanya dokter jantung di daerah tertentu di Indonesia serta belum lengkapnya fasilitas diagnostik penyakit jantung yang baik menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan. Akibatnya, pasien datang dalam kondisi yang sudah lebih parah dan sulit ditangani.” ujar dr. BRM. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC, Ketua Bidang Medis Yayasan Jantung Indonesia (YJI) sekaligus kardiologis di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.

Tidak hanya menyerang lanjut usia (lansia), penyakit jantung juga menyerang banyak anak muda Indonesia. Anak muda yang terdiagnosis penyakit ini di rentang usia 20–30 tahun.

“Penyakit jantung kini menyerang kelompok usia muda yang sedang berada di masa produktif. Ini sangat memengaruhi kehidupan mereka dan keluarga, karena mereka harus menyesuaikan diri untuk mengelola penyakit ini seumur hidup,” ujar dr. Ario. 

Oleh karena itu, sambung dr Ario, penting bagi Indonesia untuk mempercepat upaya edukasi, pencegahan, serta deteksi dan pengobatan dini. Semakin cepat dikenali, akan semakin besar peluang untuk menghindari komplikasi dan meringankan beban layanan kesehatan nasional.

Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), drg. Iing Ichsan Hanafi, MARS., MH, juga menekankan pentingnya hal tersebut. Hal ini terutama dalam deteksi dini sebagai langkah pencegahan.

“Meningkatnya jumlah pasien muda penderita penyakit jantung menjadi peringatan bagi seluruh rumah sakit. Kita harus meningkatkan kesiapan, tidak hanya dalam pengobatan, tetapi juga dalam deteksi dini dan pencegahan. Fokus pelayanan harus bergeser ke arah yang lebih proaktif, cepat, dan berpusat pada pasien, untuk semua kelompok usia,” ujar drg. Iing.

Seiring keterbatasan yang dihadapi dalam menanggulangi penyakit kardiovaskular, Philips bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi alur kerja di seluruh tahapan layanan. 

Solusi pencitraan berbasis AI, seperti ultrasonografi jantung, CT, dan MRI,diharapkan membantu dokter mendeteksi kondisi jantung lebih awal dan lebih akurat, serta mempercepat proses diagnosis. 

“Perjuangan Indonesia melawan penyakit jantung memerlukan lebih dari sekadar tenaga medis – kita memerlukan inovasi. Dengan keterbatasan jumlah dokter spesialis jantung dan beban penyakit yang terus meningkat, kita butuh solusi teknologi kesehatan yang mampu mempercepat diagnosis dan intervensi.” ungkap Astri Ramayanti Dharmawan salaku Presiden Direktur Philips Indonesia.

“Untuk memberikan dampak nyata, inovasi ini harus dapat diakses, dapat diterapkan dalam skala yang lebih luas, dan dibangun berdasarkan kebutuhan para tenaga kesehatan dan pasien di seluruh Indonesia.” tambah Astri. 


DokterSehat | © 2025 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi