Terbit: 24 January 2018
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) terus memantau status gizi (PSG) secara terus menerus sejak 2015 hingga 2017. Penghujung 2017, Kemenkes melihat status gizi di Provinsi Papua cukup baik, namun secara khusus, data Kabupaten Asmat mengalami kenaikan cukup besar untuk persentase under nutrition atau kekurangan gizi.

Wabah Campak di Papua Erat Kaitannya dengan Kekurangan Gizi

Menurut Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Doddy Izwardy, hal ini memperlihatkan hubungan kausal yang jelas antara kurang asupan makanan yang menyebabkan kekurangan gizi, dengan keberadaan penyakit infeksi di wilayah tersebut.

”Penyakit infeksi yang paling sering terjadi di sini adalah Diare, namun di Papua saat ini juga terjadi Campak di sana. Jadi ada hubungan timbal balik, ada campak, ada gizi buruk. Mana yang lebih dulu,” jelas Doddy, seperti dilansir dari kemkes.go.id.

Asupan makanan dan penyakit infeksi menjadi faktor penyebab kekurangan gizi, dimana keduanya merupakan faktor yang saling mempengaruhi. Balita yang akan terkena infeksi biasanya mengalami perubahan pola makan, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara asupan makanan dan kebutuhan gizi. Jika terjadi dalam waktu yang cukup lama, maka akan menyebabkan kekurangan gizi.

Campak atau Measles merupakan salah satu penyakit menular melalui udara yang disebabkan oleh virus golongan paramyxovirus. Penyakit ini dapat menyerang sistem pernapasan dan sistem kekebalan, sehingga anak menjadi rentan terhadap berbagai infeksi lainnya, seperti pneumonia dan diare. Campak bisa dicegah dengan imunisasi.

Campak bukan penyakit berbahaya jika segera ditangani dengan tepat. Namun jika perawatan yang diberikan kurang baik dan kondisi tubuh penderita lemah karena kurang gizi, maka akan mudah terkena infeksi atau komplikasi yang bisa berakibat fatal. Komplikasi yang paling umum terjadi pada kasus campak yang fatal adalah diare kronis.

Pemberian kekebalan terhadap penyakit campak telah menjadi salah satu prioritas program imunisasi nasional. Trimester penghujung 2017, pemerintah telah meningkatkan kekebalan dengan meluncurkan vaksin MR, jenis imunisasi yang mampu melindungi tubuh dari dua penyakit, yaitu measles (campak) dan rubella (campak jerman).

Doddy juga mngatakan bahwa selain kekurangan zat gizi makro, penelitian membuktikan bahwa campak memiliki hubungan yang erat dengan kekurangan zat gizi mikro, yaitu vitamin A.

Bersamaan dengan pelaksanaan imunisasi massal, seluruh Balita yang ada di wilayah terjadinya KLB Campak perlu diberikan vitamin A dengan dosis sesuai usia, yaitu: Bayi kurang dari 6 bulan dengan dosis kapsul biru; Balita usia 6-11 bulan dosisnya 1 kapsul biru; dan Balita 12-59 bulan dengan dosis 1 kapsul merah.

Pastikan, kata Doddy, dosis kapsul vitamin A yang diberikan sesuai dengan usia anak. Balita yang telah menerima kapsul vitamin A dalam jangka waktu kurang dari 30 hari, tidak dianjurkan untuk diberi kapsul vitamin A lagi. Lalu pada saat pemberian vitamin A, pastikan anak tidak sedang mengalami sesak napas berat.

“Pada anak yang menderita campak, namun tidak mengalami gizi buruk, diberikan kapsul vitamin A sebanyak 2 kali, yaitu 1 kapsul pada hari pertama dan 1 kapsul pada hari kedua (dosis sesuai usia),” Doddy menambahkan.

Sedangkan pada anak yang menderita campak dengan gizi buruk atau komplikasi pada mata diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 1 kapsul pada hari pertama, 1 kapsul pada hari kedua, dan 1 kapsul pada hari ke-15 (dosis sesuai usia).

Doddy berpesan kepada masyarakat agar selalu memantau perkembangan berat badan dan tinggi badan anak. Bila tidak ada perkembangan atau terjadi penurunan berat badan dalam dua bulan atau disertai penyakit yang memberatkan, disarankan untuk segera memeriksakan dan membawa rumah sakit terdekat agar mendapatkan perawatan yang tepat.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi