DokterSehat.Com – Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh pasangan untuk mencegah penularan HPV adalah dengan melakukan vaksin. Di Indonesia sendiri vaksin untuk HPV ini banyak dilakukan pada remaja wanita yang belum menikah. Vaksin ini akan mencegah infeksi HPV sehingga saat tertular virus akan mati dengan sendirinya.
Nah, yang menjadi pertanyaan saat ini adalah bagaimana jika seseorang susah mendapatkan kutil kelamin. Artinya virus HPV sudah masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan masalah. Apakah vaksinasi perlu dilakukan lagi atau hanya perlu menyembuhkan kutil dan efek lain yang ditimbulkan?
Virus HPV dan bahayanya
Sebelum membahas tentang perlu atau tidaknya melakukan vaksin setelah terinfeksi oleh HPV kita harus mengenal beberapa hal terkait dengan penyakit ini. Pertama, HPV tidak hanya terdiri dari satu jenis virus saja. Ada sekitar 40 jenis strain yang dikenali oleh dokter dan ilmuwan. Jadi, virus yang menular di setiap orang bisa saja berbeda-beda.
Selanjutnya tidak sema virus yang menular langsung menimbulkan dampak begitu saja. Kalau kondisi tubuh sedang baik, kemungkinan virus menjadi dorman sangat tinggi. Artinya tubuh tidak akan mengalami apa-apa dan virus akan dieliminasi oleh antibodi perlahan-lahan hingga habis.
Kalau kondisi tubuh menurun cukup besar, barulah virus akan menyebar dan menyebabkan masalah. Ada yang berubah menjadi kutil dan ada juga yang menyebabkan kanker di beberapa lokasi termasuk penis pada pria dan serviks yang banyak terjadi pada wanita.
Vaksin HPV tetap perlu dilakukan
Kalau pria dan wanita sudah terlanjut memiliki kutil kelamin, apakah perlu melakukan vaksinasi juga? Jawabannya adalah ya. Mereka masih perlu melakukan vaksinasi karena ada banyak jenis strain dan jenis vaksinnya berbeda. Secara umum ada tiga jenis vaksin untuk HPV dengan sasaran strain atau tipe yang berbeda-beda.
Semua vaksin mulai dari Gardasil, Gardasil 9, dan Cervarix mencegah penyebaran strain 16 dan 18 yang berisiko sebabkan kanker serviks sebesar 70 persen. Gardasil mencegah virus dengan strain 6 dan 8 yang menyebabkan kutil kemaluan. Selanjutnya Gardasil 9 untuk mencegah kutil kemaluan dan lima tambahan strain 31, 33, 45, 52, dan 58 yang juga memicu kanker.
Saat terkena kutil kelamin bisa saja Anda masih memiliki virus lain yang bisa memicu kanker serviks atau kanker lain. Jadi, vaksinasi tetap perlu agar semua jenis virus bisa dicegah dan tidak menyebabkan masalah di kemudian hari.
Vaksin dan pencegahan adalah yang terbaik
Setelah melakukan vaksinasi dengan benar, Anda belum tentu aman saat melakukan seks. Oleh karena itu selalu gunakan pelindung kalau melakukan seks yang berisiko. Jangan berganti-ganti pasangan khususnya dengan mereka yang memiliki kutil kelamin atau pernah ada riwayat HPV sebelumnya.
Wanita yang pernah mengalami kutil kelamin, tetap disarankan untuk melakukan pengecekan kondisi serviksnya secara berkala. Kalau di dalam serviks tidak ada sel kanker saat melakukan Pap Smear mungkin Anda tidak perlu khawatir. Namun, kalau sampai muncul sel kanker, Anda harus segera melakukan pengobatan dengan segera.
Singkat kata, kalau ingin terbebas dari infeksi HPV dengan segala risikonya, Anda harus melakukan seks aman, melakukan vaksin, tidak berganti pasangan, dan selalu melakukan medical check-up. Kalau cara ini dilakukan secara rutin, kemungkinan terkena kutil hingga kanker akan rendah.
Inilah ulasan tentang vaksinasi HPV dan infeksinya yang bisa mengenai siapa saja. Semoga setelah membaca ulasan di atas, Anda bisa tahu lebih banyak tentang bahaya HPV dan cara pencegahannya yang benar.