Terbit: 16 January 2020 | Diperbarui: 27 January 2022
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Jati Satriyo

Sleep apnea itu apa? Sleep apnea adalah gangguan serius yang terjadi ketika pernapasan seseorang terganggu selama tidur. Orang dengan sleep apnea yang tidak mendapatkan penanganan dampak terburuknya adalah napas berhenti saat tidur. Kondisi ini membuat otak dan seluruh tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup.

Sleep Apnea: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll

Penyebab Sleep Apnea

Penyebab sleep apnea adalah ketika otot-otot tenggorokan yang berguna mendukung pernapasan yang kerjanya menyempit atau menutup saat Anda mencoba menarik napas menjadi terlalu lemas

Gangguan pernapasan saat tidur ini bisa terjadi ketika otot-otot di belakang tenggorokan sangat rileks. Otot-otot ini mendukung langit-langit lunak, sepotong jaringan segitiga yang menggantung dari langit-langit lunak (uvula), amandel, dinding samping tenggorokan dan lidah.

Sleep apnea adalah kondisi yang bisa membuat tingkat oksigen dalam darah menurun. Saat mengalami hal ini otak akan merasakan ketidakmampuan untuk bernapas, kemudian membangunkan Anda dari tidur untuk membuka kembali jalan napas. Kondisi terbangun ini biasanya sangat singkat sehingga Anda tidak mengingatnya.

Akan tetapi, kondisi ini juga bisa membuat Anda mendengus, tersedak atau terkejut. Pola ini dapat terulang 5 hingga 30 kali atau lebih setiap jamnya, sehingga mengganggu kemampuan Anda untuk mencapai fase tidur yang nyenyak.

Setelah mendapatkan penjelasan mengenai sleep apnea itu apa, hal lain yang perlu diketahui adalah terdapat dua jenis sleep apnea, di antaranya:

  • Obstructive sleep apnea (OSA): OSA adalah bentuk paling umum dari gangguan pernapasan saat tidur. Hal ini disebabkan oleh penyumbatan saluran napas, dan biasanya jaringan lunak di belakang tenggorokan turun saat tidur
  • Central sleep apnea: Tidak seperti OSA, gangguan ini membuat jalan napas tidak tersumbat, tetapi otak gagal memberi sinyal pada otot untuk bernapas, karena ketidakstabilan di pusat kendali pernapasan.

Selain beberapa penyebab seperti di atas, penyebab lain gangguan pernapasan saat tidur adalah gangguan yang dapat disebabkan oleh struktur fisik seseorang atau kondisi medis. Kondisi medis seperti obesitas, amandel yang besar, gangguan endokrin, gangguan neuromuskuler, gagal jantung atau ginjal, sindrom genetik tertentu, dan kelahiran prematur, dapat menyebabkan gangguan pernapasan saat tidur.

Mereka yang Berisiko Terkena Sleep Apnea

Gangguan pernapasan saat tidur dapat menyerang siapa saja, bahkan anak-anak. Akan tetapi terdapat faktor-faktor tertentu yang bisa meningkatkan risiko mengalami gangguan pernapasan saat tidur, antara lain:.

  • Lingkar leher. Orang dengan leher yang lebih tebal mungkin memiliki saluran udara yang lebih sempit.
  • Jalan napas yang menyempit. Anda mungkin mewarisi tenggorokan yang sempit. Amandel atau kelenjar gondok yang membesar juga dapat menghalangi jalan napas, terutama pada anak-anak.
  • Gender. Seorang pria 2 sampai 3 kali lebih mungkin mengalami kondisi ini dibandingkan wanita. Namun, seorang wanita mengalami peningkatan risiko penyakit ini apabila mengalami kelebihan berat badan dan setelah menopause.
  • Lanjut usia. Gangguan yang lebih sering terjadi secara signifikan pada mereka yang sudah lanjut usia.
  • Faktor keturunan. Memiliki anggota keluarga dengan kondisi serupa dapat meningkatkan risiko mengalami hal yang sama.
  • Penggunaan alkohol, obat penenang atau obat tidur. Zat-zat ini mengendurkan otot-otot di tenggorokan yang dapat memperburuk OSA.
  • Perokok tiga kali lebih mungkin mengalami OSA dibandingkan orang yang tidak pernah merokok. Merokok dapat meningkatkan jumlah peradangan dan retensi cairan di saluran napas bagian atas.
  • Hidung tersumbat. Jika Anda mengalami kesulitan bernapas melalui hidung, baik karena masalah anatomi atau alergi, kemungkinan besar Anda mengalami OSA.

Gejala Sleep Apnea

Seseorang dengan Gangguan pernapasan saat tidur mungkin tidak menyadari gejala-gejalanya, tetapi orang lain yang ada di sekitar biasanya akan memperhatikan gejala-gejalanya.

Gejala umum sleep apnea adalah kantuk di siang hari akibat gangguan tidur di malam hari. Beberapa gejala lainnya, antara lain:

  • Mendengkur keras.
  • Bangun dengan tenggorokan yang sangat sakit atau kering.
  • Sesekali bangun dengan sensasi tersedak atau terengah-engah.
  • Kekurangan energi di siang hari.
  • Sakit kepala di pagi hari.
  • Tidur gelisah.
  • Cepat marah.
  • Sulit konsentrasi dan pelupa.
  • Menurunnya gairah seks.
  • Munculnya insomnia.

Perlu diketahui bahwa, mendengkur keras dapat mengindikasikan masalah serius yang potensial, tetapi tidak semua orang yang mendengkur mengalami Gangguan pernapasan saat tidur. Konsultasikan dengan dokter jika Anda memiliki tanda atau gejala seperti di atas.

Diagnosis Sleep Apnea

Mendengkur kronis adalah indikator kuat sleep apnea dan harus dievaluasi oleh tenaga medis profesional. Selama pemeriksaan fisik, dokter akan mencari tanda-tanda kondisi lain yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini seperti obesitas, amandel besar, penyempitan saluran napas bagian atas, atau lingkar leher yang besar.

Lingkar leher lebih besar dari 43 cm (pria) atau 40 cm (wanita) masuk dalam kategori besar. Dokter mungkin juga melihat ukuran dan struktur rahang, ukuran lidah, dan posisi lidah di mulut. Selain itu, dokter dapat memeriksa paru-paru, jantung, dan sistem neurologis untuk mengetahui apakah Anda memiliki komplikasi umum sleep apnea.

Selain itu, dokter mungkin dapat mendiagnosis gangguan pernapasan saat tidur ini dari gejala ringan, sedang, atau berat berdasarkan jumlah kejadian sleep apnea yang Anda miliki dalam satu jam selama tidur.

Home Sleep Apnea Testing (HSAT) dapat dilakukan untuk menentukan keparahan penyakit ini, antara lain:

  • Ringan: 5 hingga 14 kali gangguan pernapasan saat tidur dalam satu jam.
  • Sedang: 15 hingga 29 peristiwa gangguan pernapasan saat tidur dalam satu jam.
  • Parah: 30 atau lebih peristiwa gangguan pernapasan saat tidur dalam satu jam.

Dokter juga dapat menyarankan tes lainnya untuk membantu mengesampingkan kondisi medis lain yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan saat tidur, di antaranya:

1. Tes Darah

Tes darah diperlukan untuk memeriksa kadar hormon tertentu dan untuk menyingkirkan gangguan endokrin yang dapat berkontribusi pada gangguan pernapasan saat tidur. Sedangkan tes hormon pertumbuhan dapat mengesampingkan akromegali (kelebihan hormon pertumbuhan). Tes testosteron total dan dehydroepiandrosterone sulphate (DHEAS) dapat membantu menyingkirkan polycystic ovary syndrome (PCOS). Terakhir, tes hormon tiroid dapat dilakukan menyingkirkan hipotiroidisme.

2. Ultrasonografi Panggul

Tes ultrasonografi panggul dilakukan untuk memeriksa ovarium dan mendeteksi kista. Tes ini dapat mengesampingkan PCOS.

Hal lainnya yang mungkin ditanyakan oleh dokter adalah apakah Anda menggunakan obat-obatan seperti opioid, karena obat ini dapat memengaruhi tidur dan menimbulkan gejala sleep apnea.

Selain itu, dokter juga ingin tahu apakah Anda baru saja bepergian ke daerah dengan ketinggian lebih dari 6.000 kaki, lingkungan rendah oksigen dapat menyebabkan gejala penyakit ini selama beberapa minggu setelah bepergian.

Penanganan Sleep Apnea

Pada dasarnya, gangguan pernapasan saat tidur adalah masalah umum yang terkait dengan penurunan kesehatan. Beberapa komplikasi yang bisa terjadi antara lain depresi, serangan jantung, dan stroke. Penanganan ini bertujuan untuk menormalkan pernapasan saat tidur.

Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menangani gangguan pernapasan saat tidur adalah:

1. Perubahan Gaya Hidup

Modifikasi gaya hidup sangat penting untuk menormalkan pernapasan, dan itu adalah langkah pertama yang harus diperhatikan dalam pengobatan. Beberapa perubahan gaya hidup tersebut antara lain:

  • Hindari mengonsumsi alkohol.
  • Tidak merokok.
  • Menjaga berat badan ideal.
  • Posisi tidur miring.

2. Continuous Positive Airway Pressure (CPAP):

CPAP adalah pengobatan utama yang bisa dilakukan. Pengobatan ini membuat jalan napas terbuka dengan lembut kemudian memberikan aliran konstan tekanan udara positif melalui CPAP.

Beberapa orang mengalami kesulitan menggunakan CPAP dan menghentikan perawatan sebelum mendapatkan manfaatnya. Namun, terdapat banyak langkah yang bisa dilakukan untuk membuat peralatan lebih nyaman karena pengaturannya dapat disesuaikan.

3. Operasi

Pembedahan dapat digunakan untuk menguatkan atau mengecilkan jaringan yang menghalangi. Selain itu, tindakan ini juga dapat menghilangkan jaringan berlebih dan mengatasi pembesaran amandel.

4. Mandibular repositioning device (MRD)

MRD adalah alat yang cocok digunakan oleh penderita gangguan pernapasan saat tidur dengan gejala ringan atau sedang. Alat ini digunakan untuk menahan rahang pada posisi maju saat tidur guna memperluas ruang di belakang lidah. Posisi ini membantu menjaga jalan napas bagian atas tetap terbuka.

Efek samping dari MRD mungkin termasuk sakit pada rahang atau gigi, dan potensi perburukan penyakit sendi temporomandibular.

 

  1. Davis, Kathleen FNP. 2018. What you need to know about sleep apnea. https://www.medicalnewstoday.com/articles/178633.php. (Diakses pada 16 September 2019).
  2. SleepApnea. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/sleep-apnea/symptoms-causes/syc-20377631. (Diakses pada 16 September 2019).
  3. SleepApnea. https://www.sleepfoundation.org/sleep-apnea. (Diakses pada 16 September 2019).
  4. SleepApnea. https://www.webmd.com/sleep-disorders/sleep-apnea/sleep-apnea. (Diakses pada 16 September 2019).
  5. Sleep Apnea. https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/sleep-apnea. (Diakses pada 16 September 2019).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi