Terbit: 11 August 2020 | Diperbarui: 9 March 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Obat mata merah memiliki berbagai macam pilihan, dari yang alami sampai pengobatan secara medis tergantung kondisi mata. Selengkapnya simak berbagai obat konjungtivitis di bawah ini!

12 Obat Mata Merah secara Medis dan Alami (Ampuh!)

Obat Mata Merah di Apotek

Mata merah (konjungtivitis) atau juga disebut pink eye adalah peradangan atau infeksi pada selaput transparan (konjungtiva) yang menyebabkan mata tampak merah, terasa gatal, dan mengeluarkan cairan. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, alergi, atau cedera. Pengobatannya bervariasi tergantung pada jenis yang dimiliki.

Berikut ini cara mengobati mata merah secara medis:

1. Air Mata Buatan (Artificial Tears)

Air mata buatan secara klinis dikenal sebagai obat tetes mata, yaitu obat tetes mata yang diformulasikan untuk mengembalikan kelembapan pada mata kering dan meradang. Obat tetes mata yang dijual bebas ini harus sering diteteskan pada mata.

Penyebab mata kering meliputi kondisi lingkungan (angin, asap, dan suhu panas), usia di atas 50, penggunaan layar gadget, obat-obatan (antihistamin, dekongestan, obat tekanan darah, dan antidepresan), dan kondisi medis (diabetes, penyakit tiroid, dan sindrom Sjogren).

Cara menggunakan air mata buatan dengan meneteskannya pada mata setiap jam selama enam jam pertama, kemudian enam kali sehari dalam seminggu. Obat mata merah ini dapat disimpan di lemari es karena cairan yang dingin dapat menenangkan mata.

2. Vasokonstriktor

Vasokonstriktor (dekongestan) bekerja dengan mengecilkan pembuluh darah kecil di konjungtiva. Contoh obat tetes mata vasokonstriktor, termasuk tetrahydrozoline, naphazoline, dan phenylephrine.

Namun, obat ini jarang disarankan oleh dokter mata karena bila digunakan terlalu lama, obat cepat luntur, sehingga menyebabkan terlalu sering digunakan. Hal ini dapat menyebabkan mata merah kembali, yang berarti jika tetesannya hilang, pembuluh darah lebih besar dari sebelumnya dan menyebabkan mata tampak merah.

Sebaiknya jangan menggunakan obat tetes mata vasodilator tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu jika sedang hamil, memiliki masalah jantung, hipertensi, diabetes, hipertiroidisme. Penderita glaukoma sudut sempit sebaiknya tidak menggunakan obat tetes mata vasodilator.

Cara menggunakan obat mata merah ini dengan meneteskan tidak lebih dari dua kali sehari, sekali di pagi hari dan satu kali sebelum tidur. Vasokonstriktor mampu mengurangi kemerahan dan aman digunakan hingga 72 jam, tapi tidak baik untuk mata jika sering digunakan.

3. Antihistamin

Obat tetes mata antihistamin mengandung obat-obatan yang dirancang untuk mengatasi gejala alergi pada mata (konjungtivitis alergi), termasuk gatal, kemerahan, nyeri, perih, dan pembengkakan, yang dipicu oleh respons sistem kekebalan tubuh terhadap alergen.

Antihistamin bisa diperoleh dengan atau tanpa resep. Obat ini tersedia dalam beberapa merek yang mengandung antihistamin untuk mengendalikan gatal dan vasokonstriktor untuk mengecilkan pembuluh darah yang membengkak dan mengurangi kemerahan.

Cara menggunakan antihistamin bersifat short-acting, yaitu harus digunakan minimal empat kali sehari. Untuk itu, sebaiknya tanyakan kepada dokter tentang seberapa sering harus menggunakannya. Namun, alangkah baiknya tidak digunakan lebih dari dua sampai tiga hari berturut-turut karena dapat meningkatkan iritasi dan gejala lainnya.

4. Antibiotik

Antibiotik untuk mengatasi mata merah biasanya tersedia dalam bentuk obat tetes mata. Obat mata merah ini hanya digunakan berdasarkan resep dokter. Berikut ini adalah beberapa jenis antibiotik yang mungkin diresepkan oleh dokter untuk mengatasi mata merah:

  • Ciprofloxacin. Antibiotik tersedia dalam bentuk salep atau larutan topikal. Obat dapat digunakan setiap 2 jam sekali atau lebih jarang sampai infeksi mulai sembuh. Ciprofloxacin termasuk dalam kategori antibiotik fluoroquinolone dan dianggap berspektrum luas. Ini berarti bisa mengobati infeksi bakteri gram-positif dan gram-negatif.
  • Tobramycin. Dosis yang disarankan untuk obat tetes mata ini setiap 4 jam selama 5-7 hari. Tobramycin termasuk dalam jenis antibiotik aminoglikosida. Khasiat utamanya mengobati infeksi bakteri gram-negatif.
  • Erythromycin. Ini adalah obat resep dalam bentuk salep antibiotik yang dioleskan ke kelopak mata secara tipis. Obat dapat menyebabkan penglihatan kabur selama beberapa menit pertama setelah dioleskan.
  • Ofloxacin. Obat tetes mata ini dapat digunakan empat kali atau lebih per hari pada mata yang memerah. ini termasuk dalam kategori antibiotik fluoroquinolone dan dianggap spektrum luas.

Antibiotik yang diterapkan untuk mata merah dapat menyebabkan beberapa efek samping, termasuk sensasi tersengat atau sensasi terbakar, kemerahan, dan gatal. Efek samping ini sama dengan gejala mata merah, sehingga sulit untuk mengetahui apakah pengobatan benar-benar berhasil atau tidak.

Namun, Jika gejalanya memburuk segera setelah setelah menggunakan antibiotik, Anda mungkin mengalami efek samping. Pastikan pengobatan sampai 2 hari untuk melihat apakah gejala membaik dan konsultasikan dengan dokter.

5. Steroid

Obat tetes mata mengandung steroid dapat mengobati peradangan pada mata yang mengakibatkan mata merah. Peradangan biasanya disebabkan oleh iritasi, tindakan medis seperti operasi, dan cedera.

Beberapa golongan obat steroid yang digunakan dalam obat tetes mata ini adalah hydrocortisone, loteprednol, prednisolone, dan dexamethasone. Obat mata merah ini dapat menimbulkan efek samping, tetapi yang paling umum adalah iritasi, gatal, pembengkakan, dan kemerahan pada mata.

Penggunaan tetes mata steroid sebaiknya tetap dengan resep dokter, karena apabila penggunaanya tanpa petunjuk dokter dan dalam jangka waktu lama, akan menimbulkan kebutaan.

Cara Mengatasi Mata Merah di Rumah

Selain obat-obatan, mata merah dapat diobati di rumah untuk membantu meredakan tanda dan gejalanya. Berikut ini beberapa langkah pengobatan mata merah di rumah:

1. Kompres Hangat

Menerapkan kompres hangat menggunakan handuk pada area mata selama sekitar 10 menit dapat meningkatkan aliran darah ke area tersebut. Kompres hangat juga dapat meningkatkan produksi minyak di kelopak mata. Kondisi ini memungkinkan mata membuat lebih banyak pelumasan.

Ingat, handuk untuk mengompres jangan dalam keadaan panas karena kulit area mata sensitif. Hal yang juga tak kalah penting adalah jangan menggunakan kembali handuk bekas karena berisiko kembali menyebabkan mata merah. Sebaiknya segera mencuci handuk bekas pakai sampai bersih.

2. Kompres Dingin

Jika kompres hangat tidak efektif, mungkin dapat menerapkan kompres dingin. Handuk yang dibasahi air dingin dan diperas juga bisa meredakan gejala mata merah dalam jangka pendek. Cara mengobati mata merah juga dapat meredakan pembengkakan dan mengurangi rasa gatal akibat iritasi.

Pastikan untuk menghindari handuk terlalu dingin karena dapat memperburuk gejala. Sama seperti kompres hangat, handuk bekas pakai jangan kembali digunakan dan sebaiknya dicuci terlebih dahulu.

3. Kantong Teh

Menerapkan kantong teh dingin pada mata dalam keadaan tertutup bisa menjadi salah satu cara mengatasi mata merah. Sebagian orang meyakini bahwa cara ini bisa menjadi pengobatan rumahan yang efektif untuk mengatasi infeksi mata.

Beberapa jenis teh memiliki sifat antiinflamasi dan sifat yang menenangkan. Penelitian menunjukkan bahwa teh hijau, kamomil, rooibos, dan teh hitam memiliki sifat antiinflamasi. Oleh karena itu, menggunakan kantong teh di mata menjadi cara yang efektif untuk mengurangi pembengkakan.

4. Air Garam

Saline atau air garam adalah salah satu pengobatan rumahan yang paling efektif untuk mengatasi infeksi pada mata. Saline serupa dengan obat tetes mata mata, yang merupakan cara mata untuk membersihkan dirinya sendiri secara alami. Garam juga memiliki sifat antimikroba, sehingga masuk akal bahwa garam dapat menjadi salah satu cara mengobati mata merah akibat infeksi.

5. Berhenti Memakai Lensa Kontak

Jika memakai lensa kontak, Anda mungkin harus berhenti memakainya sampai mata merah terasa lebih baik. Berapa lama harus pergi melepas lensa kontak tergantung pada apa yang menyebabkan mata merah.

Sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terkait apakah harus membuang lensa kontak sekali pakai, serta larutan pembersih dan kotak lensa. Jika lensa tidak dapat dibuang, mungkin cukup dibersihkan secara menyeluruh sebelum digunakan kembali.

6. Mencuci Handuk sampai Sarung Bantal

Mencuci handuk dan sarung bantal setiap hari ketika mengalami infeksi mata seperti konjungtivitis. Cara mengatasi mata merah ini harus dilakukan karena benda-benda tersebut setiap hari bersentuhan dengan mata yang terinfeksi, sehingga dapat menyebarkan infeksi ke mata lainnya, atau menularkan ke anggota keluarga.

Sebaiknya mencuci menggunakan air panas dan detergen untuk membunuh bakteri yang tersisa di handuk atau bantal. Mencucinya setiap kali terkena mata yang terinfeksi.

7. Membersihkan Riasan Mata

Ketika mengalami infeksi yang menyebabkan mata merah, sebaiknya jangan berbagi riasan mata, seperti maskara, eye shadow, dan eye liner, untuk menghindari penularan infeksi mata. Anda juga harus membersihkan riasan mata dan wajah, serta kuas riasan. Langkah ini untuk mencegah untuk tidak kembali terkena konjungtivitis.

Kapan Waktu yang Tepat Harus ke Dokter?

Sebagian besar penyebab mata merah tidak memerlukan pengobatan darurat medis. Namun, sebaiknya kunjungi dokter jika mata merah disertai kondisi berkut:

  • Gejala mata merah berlangsung lebih dari 1 minggu.
  • Mengalami perubahan penglihatan.
  • Mengalami sakit di mata.
  • Mata menjadi sensitif terhadap cahaya.
  • Mata mengeluarkan cairan dari salah satu atau kedua mata.
  • Minum obat yang mengencerkan darah seperti heparin atau warfarin.

Meskipun kebanyakan penyebab mata merah tidak berat, Anda harus mendapatkan pengobatan darurat medis jika memiliki gejala berikut ini:

  • Mata menjadi merah setelah mengalami trauma atau cedera.
  • Mengalami sakit kepala dan penglihatan kabur.
  • Melihat cincin putih atau lingkaran cahaya di sekitar lampu.
  • Mual dan muntah.

 

  1. Burke, Darla. 2016. What You Need to Know About Eye Redness. https://www.healthline.com/health/eye-redness. (Diakses pada 11 Agustus 2020).
  2. Ferguson, Sian. 2019. 6 Home Remedies for Eye Infections: Do They Work?. https://www.healthline.com/health/eye-health/home-remedies-for-eye-infection. (Diakses pada 11 Agustus 2020).
  3. Mayo Clinic Staff. 2020. Pink eye (conjunctivitis). https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pink-eye/symptoms-causes/syc-20376355. (Diakses pada 11 Agustus 2020).
  4. Ogbru, Omudhome. 2019. Steroid and antibiotic eye drops (Blephamide). https://www.medicinenet.com/steroid_and_antibiotic_eye_drops/article.htm#what_is_steroid_and_antibiotic_eye_drops_and_how_does_it_work_mechanism_of_action. (Diakses pada 11 Agustus 2020).
  5. Bedinghaus, Troy . 2020. Top Treatments for Red Eyes. https://www.verywellhealth.com/red-eye-treatment-3422112. (Diakses pada 11 Agustus 2020).
  6. Watson, Kathryn. 2020. Do Antibiotics Treat Pink Eye?. https://www.healthline.com/health/antibiotics-for-pink-eye. (Diakses pada 11 Agustus 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi