Terbit: 13 October 2020 | Diperbarui: 4 February 2022
Ditulis oleh: Devani Adinda Putri | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

OCD (Obsessive-Compulsive Disorder) adalah gangguan mental di mana seseorang memiliki pikiran tidak terkendali untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang. Ketahui apa itu obsessive compulsive disorder, gejala, penyebab, dan cara mengatasinya.

Obsessive Compulsive Disorder (OCD): Gejala, Penyebab, Penanganan, dll

Apa Itu OCD?

OCD adalah gangguan mental yang ditandai dengan pola pikir dan ketakutan tidak terkendali atau tidak diinginkan (obsesif) untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang (kompulsif). Orang dengan OCD (obsessive compulsive disorder) tidak dapat mengontrol tindakan dan pikirannya untuk berhenti melakukan hal tersebut berulang kali.

Sebagai contoh, seseorang memiliki OCD terhadap kebersihan maka ia akan menyapu lantai berkali-kali karena merasa cemas bila tidak menyapunya lagi, lantai masih kotor (padahal lantainya sudah cukup bersih). Orang dengan OCD tidak akan merasa tenang bila tidak melakukan kebiasaan atau ritual berulang tersebut.

Gejala OCD

Orang dengan obsessive compulsive disorder memiliki gejala obsesif dan kompulsif secara bersamaan terhadap satu hal spesifik atau berbagai hal. Berikut ini gejala obsesif dan kompulsif:

1. Gejala Obsesi

Perilaku obsesi termasuk pola pikir, dorongan, gambaran, dan sudut pandang berulang yang menyebabkan kecemasan dan ketakutan, seperti:

  • Memiliki pikiran agresif terhadap orang lain atau diri sendiri.
  • Ketakutan dan kecemasan tidak terkontrol terhadap sesuatu yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
  • Terus-menerus memikirkan sesuatu yang tidak diinginkan.
  • Khawatir terhadap diri sendiri atau orang lain akan celaka.
  • Memiliki pikiran terlarang atau tabu yang tidak diinginkan.
  • Merasa semua hal harus berada dalam urutan sempurna dan simetris.

2. Gejala Kompulsi

Perilaku kompulsif ditandai dengan melakukan sesuatu berulang-ulang karena merasa cemas atau takut, termasuk:

  • Berulang kali memastikan apakah lampu sudah dimatikan.
  • Membersihkan sesuatu yang sudah bersih berkali-kali.
  • Mengatur benda atau sesuatu dengan cara tertentu.

Perilaku obsesif dan kompulsif sering terjadi bersamaan. Mereka merasa cemas bila tidak melakukannya secara kompulsi.

Kapan Harus ke Dokter?

Bila dilihat dari pengertiannya, orang dengan obsessive compulsive disorder memiliki perilaku seperti seorang perfeksionis, di mana ia akan memastikan sesuatu sudah sempurna hingga mengeceknya berkali-kali. Sebenarnya, OCD dan perilaku perfeksionis cukup berbeda.

Orang dengan OCD memiliki kekhawatiran berlebihan dalam hidup untuk melakukan sesuatu dengan cara atau ritual tertentu. Mereka tidak fokus pada hasilnya, namun melakukan cara tersebut berulang kali hanya untuk menyembuhkan kecemasannya akan sesuatu.

Segera hubungi dokter bila Anda memiliki gejala obsesi dan kompulsi yang mengganggu hidup Anda atau orang lain di sekitar Anda. Kecemasan dalam bentuk obsesi dan kompulsi sering tidak disadari, namun kecemasan dan kekhawatiran orang tersebut terus meningkat.

Penyebab OCD

Psikologi atau terapis belum mengetahui penyebab pasti kelainan mental, namun ada beberapa teori utama terkait penyebab obsessive compulsive disorder, sebagai berikut:

  • Genetik: Komponen genetik atau gen spesifik tertentu yang memengaruhi perilaku, namun belum juga dapat identifikasi apa.
  • Biologi: Perubahan kimiawi yang memengaruhi fungsi dan kerja otak, di mana otak mungkin tidak merespons serotonin dengan normal.
  • Lingkungan: Perilaku yang dipelajari secara tidak sengaja oleh anak dari anggota keluarga atau kerabatnya.

Perilaku obsesif dan kompulsif juga dikembangkan dari waktu ke waktu yang tidak disadari.

Faktor Risiko OCD

Berikut ini beberapa faktor yang membuat seseorang rentan mengembangkan obsessive compulsive disorder:

  • Faktor stres.
  • Depresi.
  • Gangguan kecemasan.
  • Efek trauma.
  • Pengalaman pelecehan fisik atau seksual.
  • Sindrom Tourette (TS).
  • Riwayat keluarga.
  • Lebih rentan pada wanita muda.
  • Anak remaja dan dewasa muda.

Gangguan kesehatan mental seperti gangguan attention deficit hyperactivity (ADHD), gangguan kecemasan sosial, atau gangguan makan juga memperburuk gejala kelainan obsesi dan kompulsi.

 

Diagnosis OCD

Diagnosis dilakukan dengan cara wawancara seputar gejala dan riwayat penyakit mental bila ada. Berikut ini beberapa pemeriksaan yang dibutuhkan:

  • Menggunakan kriteria dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5) dan Skala Obsesif Kompulsif Yale-Brown (Y-BOCS).
  • Evaluasi psikologis termasuk bagaimana gejala, pikiran, kebiasaan, dan perilaku pasien.

Anda juga memerlukan sesi konsultasi dan terapi untuk mendalami seberapa parah gejala dan efeknya bagi kualitas hidup Anda.

Jenis OCD

Obsessive compulsive disorder dapat terjadi pada aktivitas apa saja, namun secara umum dikategorikan dalam beberapa jenis, termasuk:

  • Mencuci atau Membersihkan: Obsesif kompulsif pada kebersihan sehingga Anda dapat mencuci tangan, mengepel lantai, atau sebagainya berulang kali dalam satu hari.
  • Memeriksa: Berulang kali memastikan sesuatu karena khawatir akan keamanan, seperti memeriksa kunci, alarm, kompor, dan lainnya.
  • Simetri dan Ketertiban: Mengatur letak suatu benda dengan ukuran dan cara tertentu.
  • Renungan: Memiliki obsesi atau pemikiran yang mengganggu diri sendiri namun tetap dipikirkan.
  • Perhitungan: Menghitung sesuatu dengan sangat teliti.
  • Rutinitas: Memiliki dan mematuhi suatu rutinitas yang ketat.

Bentuk nyata dari orang dengan obsessive compulsive disorder, contohnya:

  • Menata pensil dari ukuran paling kecil ke paling besar atau mengorganisir berdasarkan warnanya dan terus mengulanginya.
  • Mencuci tangan hingga tangan keriput.
  • Memeriksa apakah pintu sudah terkunci berkali-kali hingga Anda mungkin terlambat pergi.
  • Menghitung dengan konsep tertentu.

Ada banyak aktivitas yang dikategorikan sebagai obsesif kompulsif bila dilakukan tanpa kendali, berdasarkan kecemasan berlebihan, dan berulang kali hingga mungkin mengganggu aktivitas lain yang harus dikerjakan.

Cara Mengatasi OCD

Berikut ini beberapa rekomendasi cara mengatasi obsessive compulsive disorder:

1. Relaksasi

Akar utama dari terciptanya perilaku obsesif dan kompulsif adalah kecemasan dan ketakutan. Jadi, Anda disarankan untuk melakukan relaksasi seperti yoga, meditasi, atau mendengarkan musik yang damai. Itu akan membantu Anda berpikir dengan jernih.

2. Psikoterapi

Salah satu terapi untuk mengatasi gangguan mental adalah terapi perilaku kognitif, yaitu terapi untuk membantu mengelola pola pikir Anda terhadap kecemasan yang menyebabkan OCD. Jenis psikoterapi lain seperti terapi wicara dan terapi pencegahan eksposur dan respons juga dapat membantu mengatasi kecemasan.

3. Obat-obatan

Dalam beberapa kasus tertentu, obat psikiatri dibutuhkan untuk mengontrol gejala kecemasan. Contoh obat yang digunakan adalah inhibitor reuptake serotonin selektif, termasuk citalopram, escitalopram, fluoxetine, fluvoxamine, paroxetine, dan sertraline.

 

Komplikasi OCD

Gangguan obsesif-kompulsif dapat menyebabkan komplikasi, seperti:

  • Masalah pada hubungan sosial.
  • Meningkatnya gangguan kecemasan.
  • Menghabiskan terlalu banyak waktu untuk melakukan ritual atau kebiasaan berulang.
  • Mengalami gangguan di sekolah, kantor, atau kondisi sosial lainnya.

Perilaku obsesif-kompulsif mungkin juga meningkatkan depresi, stres, hingga pikiran untuk bunuh diri.

Pencegahan OCD

Gangguan obsesif-kompulsif mungkin tidak dapat dicegah, namun dapat dikontrol. Anda dapat konsultasi dengan psikolog atau terapi untuk mengelola gejala OCD. Anda juga dapat meminta bantuan dengan orang terdekat untuk mengingatkan bila Anda sudah melakukan ritual tersebut berkali-kali. Anda juga dapat mencatat atau merekam berapa kali Anda sudah mengecek atau membersihkan sesuatu sehingga tidak perlu melakukannya lagi.

  1. International OCD Foundation. 2020. What is OCD?. https://iocdf.org/about-ocd/. (Diakses pada 13 Oktober 2020).
  2. Mayo Clinic. 2020. Obsessive-compulsive disorder (OCD). https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/obsessive-compulsive-disorder/symptoms-causes/syc-20354432. (Diakses pada 13 Oktober 2020).
  3. NIMH. 2020. Obsessive-Compulsive Disorder. https://www.nimh.nih.gov/health/topics/obsessive-compulsive-disorder-ocd/index.shtml. (Diakses pada 13 Oktober 2020).
  4. Robinson, Dana. 2020. Everything You Want to Know About Obsessive Compulsive Disorder. https://www.healthline.com/health/ocd/social-signs. (Diakses pada 13 Oktober 2020).
  5. WebMD. 2020. Obsessive-Compulsive Disorder. https://www.webmd.com/mental-health/obsessive-compulsive-disorder#1-2. (Diakses pada 13 Oktober 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi