Terbit: 26 April 2021 | Diperbarui: 3 November 2022
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Doping yaitu zat terlarang yang umumnya digunakan untuk meningkatkan performa. Lantas, apakah zat ini bisa memengaruhi kesehatan tubuh? Bagaimana cara kerja dan aturan penggunaannya? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini.

Doping: Jenis, Risiko, Cara Kerja, dan Aturan Penggunaan

Apa itu Doping?

Istilah doping sebenarnya mengacu pada penggunaan obat-obatan atau metode terlarang pada atlet. Zat terlarang itu termasuk seperti stimulan, hormon, diuretik, narkotika, dan ganja. Sementara itu, metode terlarang yang dimaksud adalah enhancement of oxygen transfer, chemical and physical manipulation, dan gene doping.

Pada tahun 1904, penggunaan zat ini pertama kali dicatat di Olimpiade pada seorang pelari yang disuntik dengan strychnine untuk membantu kecepatan dan konon memberinya kekuatan untuk menyelesaikan perlombaan.

Beberapa pengertian lain dari doping adalah:

  • Pemberian obat/bahan secara oral/parenteral kepada seorang olahragawan dalam kompetisi, dengan tujuan utama adalah meningkatkan prestasi secara tidak wajar.
  • Pemberian/penggunaan bahan asing bagi organisme melalui jalan apa saja atau bahan fisiologis dalam jumlah yang normal atau diberikan melalui jalan yang abnormal, tentu dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi.

Berbagai Zat yang Masuk Dalam Kategori Doping

Menurut Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI), berikut ini adalah berbagai zat yang masuk dalam kategori terlarang digunakan oleh pada atlet, antara lain:

Stimulants

Stimulants adalah obat yang langsung memengaruhi susunan saraf pusat. Obat ini terdiri dari berbagai obat yang dapat meningkatkan kesegaran fisik, mengurangi kelelahan, dan meningkatkan semangat namun mengurangi kewaspadaan.

Amfetamin dan senyawa sejenis merupakan stimulant yang paling banyak menimbulkan masalah

Narkotika

Penggunaan narkotika pada umumnya hanya untuk menyembuhkan rasa nyeri akibat cedera olahraga. Namun, cara ini tidak mengobati penyebab dari nyeri, sehingga cedera bisa bertambah buruk dan menimbulkan risiko ketergantungan fisik dan psikis.

Cannabinoid

Cannabinoid berasal dari tumbuhan yang bersifat psikoaktif, dapat berbentuk ganja atau hashish. Zat paling aktif dari tumbuhan cannabis adalah tetrahydrocannabinol (THC).

Steroid Anabolik

Ini termasuk golongan obat-obatan, baik asli maupun sintetik yang mempunyai struktur kimia dan aktivitas farmakologis serupa dengan kelamin pria testosteron. Steroid anabolik sering disalahgunakan oleh atlet untuk meningkatkan massa otot, tenaga, kekuatan, meningkatkan nafsu makan, dan semangat bertanding.

Hormon Peptida

Beberapa senyawa yang termasuk golongan ini adalah hormone Chorionoc gonadotropin (hCG), Lutenizing hormone (LH), growth hormone (hGH), insulin like growth factor (IGF-1), erythropoietin (EPO), insulin, dan corticotrophins.

Beta-2 Agonists

Beta-2 Agonists umumnya digunakan untuk mengobati asma, namun jika zat ini berada di dalam darah akan memberikan efek anabolik. Oleh karena itu penggunaannya dilarang kecuali formoterol, salbutamol, salmeterol, dan terbutaline yang diperbolehkan penggunaannya dalam bentuk sediaan inhalasi untuk mencegah atau mengobati asma.

Senyawa dengan Aktivitas Anti Oestrogenic

Senyawa golongan ini umumnya digunakan sebagai terapi hormon pada penderita kanker payudara, antara lain aromatase inhibitor dan tamoxifen. Aromatase inhibitor bekerja dengan mengurangi jumlah estrogen yang beredar dalam darah.

Senyawa-senyawa ini dapat disalahgunakan untuk menghilangkan efek yang tidak diinginkan akibat pemakaian steroid anabolik.

Masking Agents

Ini adalah salah satu zat yang memiliki potensi untuk mengganggu pengeluaran (ekskresi) zat yang dilarang. Pada sampel urine akan menutupi adanya zat terlarang atau mengubah kondisi darah.

Glucocorticosteroid

Glucocorticosteroid adalah senyawa antiinflamasi kuat yang umumnya digunakan untuk mengobati kondisi inflamasi kronik seperti asma, arthritis, reaksi alergi, dan inflamasi sendi.

Metode Penggunaan Doping

Setelah Anda mengetahui senyawa kimia apa saja yang masuk dalam kategori terlarang, hal penting lainnya yang juga harus Anda ketahui adalah bagaimana cara zat ini masuk ke dalam tubuh.

Meningkatkan transfer oksigen

  • Doping darah termasuk menggunakan darah sendiri (autologous), darah orang lain yang homologous, heterologous, atau menggunakan produk-produk sel darah merah dari sumber apa pun.
  • Menggunakan produk yang dapat meningkatkan ambilan dan penghantar/pengiriman oksigen.

Manipulasi kimiawi dan fisik

  • Merusak atau mengubah integritas dan validitas sampel yang dikumpulkan selama pengawasan doping adalah sesuatu yang dilarang.
  • Injeksi intravena adalah sesuatu yang dilarang. Dalam keadaan medis akut metode ini dianggap penting untuk therapeutic use exemption yang berlaku surut.

Doping gen

Penggunaan sel-sel, gen-gen, elemen-elemen gen, atau modulasi ekspresi gen bukan untuk tujuan pengobatan sering digunakan untuk meningkatkan kinerja atlet

Alasan Larangan Penggunaan Doping

International Olympic Committee (IOC) memberikan argumen  kenapa zat ini dilarang penggunaannya dalam berkompetisi, antara lain:

  • Alasan etis. Penggunaan zat terlarang ini melanggar norma fairplay dan sportivitas yang merupakan landasan utama dalam olahraga.
  • Alasan medis. Zat ini dapat membahayakan keselamatan karena menyebabkan atlet menjadi ketergantungan obat yang pada akhirnya dapat membahayakan nyawa.

Risiko Penggunaan Doping

Secara umum penggunaan doping menyebab terjadinya habituation (kebiasaan) dan drug abuse (ketergantungan obat). Gangguan kesehatan yang terjadi tergantung jenis zat yang Anda gunakan, antara lain:

  • Morfin. Ini adalah obat yang dapat memengaruhi sistem saraf pusat berupa analgesia, meningkatkan rasa kantuk, perubahan mood, dan depresi pernapasan.
  • Steroid anabolik. Obat ini dapat membuat sifat maskulin muncul pada wanita, gangguan pertumbuhan, kanker hati, impotensi, dan peningkatan suhu tubuh.
  • Hormon peptida. Jenis ini dapat menyebabkan tremor, kecemasan, hipertensi, risiko pembekuan darah, stroke, dan meningkatnya risiko serangan jantung.
  • Beta blocker. Jenis doping ini digunakan untuk menurunkan denyut jantung, namun memiliki efek samping gangguan tidur, penyempitan saluran pernapasan, dan turunnya tekanan darah

Regulasi

Menurut World Anti-Doping Code, yang ditetapkan oleh World Anti-Doping Agency (WADA) pada tahun 2008, suatu zat atau pengobatan merupakan doping jika memenuhi dua dari tiga kriteria berikut:

  • Meningkatkan kinerja.
  • Menimbulkan risiko bagi kesehatan atlet.
  • Bertentangan dengan semangat olahraga.

Penggunaan zat-zat terlarang sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan menyebabkan pertandingan menjadi tidak fair. Sebagai public figure atau teladan, seorang atlet harus mampu menampilkan dirinya sebagai model yang dapat ditiru oleh semua orang.

 

  1. Anonim. What is “doping” and why do athletes do this?. https://www.acmt.net/cgi/page.cgi/_zine.html/Ask_A_Toxicologist/What_is_doping_and_why_do_athletes_do_this_. (Diakses pada 26 April 2021).
  2. Effendi, Hastria. 2015. Tinjauan Pengetahuan Doping Atlet Binaraga Sumatera Barat Tahun 2015. (Diakses pada 26 April 2021).
  3. Royana, Ibnu Fatkhu. Doping Dalam Olahraga. (Diakses pada 26 April 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi