DokterSehat.Com – Suka makan mi instan atau hampir setiap hari minum minuman bersoda? Nah, di balik kelezatan yang dimiliki mi instan, kesegaran minuman bersoda, juga berbagai macam makanan lainnya yang terasa nikmat di lidah, ternyata ada kandungan zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan tubuh, lho! Benarkah demikian?
Apa itu Zat Aditif?
Zat aditif adalah zat yang ditambahkan ke dalam makanan atau minuman, dengan tujuan untuk meningatkan kualitas makanan tersebut, baik dari segi rasa, warna, hingga tekstur. Zat aditif pada makanan dibagi menjadi dua, yakni zat aditif alami dan zat aditif buatan (sintesis).
Umumnya, zat aditif dapat kita temui pada makanan kemasan maupun makanan cepat saji. Tak heran, kedua jenis makanan tersebut acap kali menggugah selera makan kita, oleh karena cita rasa dan tampilannya yang menarik.
Fungsi Zat Aditif pada Makanan
Secara garis besar, fungsi zat aditif adalah untuk meningkatkan kualitas makanan dan minuman, sebagaimana telah disebutkan di awal. Lebih spesifik, fungsi zat aditif adalah sebagai berikut:
1. Membuat Makanan Lebih Awet
Makanan yang mengandung zat aditif diklaim lebih tahan lama. Ya, hal ini karena salah satu zat aditif memiliki fungsi untuk mengawetkan makanan. Adalah pengawet, yang mana zat aditif ini ‘bertugas’ untuk menghambat pertumbuhan kuman dan bakteri, sehingga makanan atau minuman menjadi lebih tahan lama.
Selain itu, pengawet juga berfungsi membuat cita rasa makanan yang dipanggang mampu bertahan lebih lama. Hal ini karena pengawet tersebut mampu untuk mencegah penurunan kualitas lemak dan minyak.
2. Membuat Tekstur Makanan Menjadi Halus
Salah satu fungsi zat aditif adalah untuk menciptakan tekstur makanan yang halus. Ini tak lepas dari peran sejumlah zat aditif seperti:
-
Stabilisator
Zat aditif yang satu ini memiliki peran sebagai pemberi tekstur lebih kepada makanan. Atau dengan kata lain, fungsi zat ini ialah sebagai penstabil sistem dispersi pada makanan. Bahan-bahan yang termasuk ke dalam jenis zat aditif stabilisator antara lain kalsium karbonat, lesitin, dan kalsium sulfat.
-
Pengemulsi
Terkadang ada jenis makanan yang memiliki tekstur berbeda. Nah, tugas dari pengemulsi ini adalah untuk menyatukan tekstur yang berbeda tersebut.
-
Agen anti-kempal
Fungsi zat aditif ini adalah untuk mencegah agar makanan tidak mengalami penggumpalan. Ini tentu saja menjadi penting agar tekstur makanan tidak terlihat buruk.
3. Cita Rasa dan Warna Jadi Menarik
Memasukkan bahan pangan tambahan atau zat aditif ke dalam makanan maupun minuman akan membuat keduanya jadi terlihat menarik, baik dari segi rasa maupun warnanya. Jika Anda ingin meningkatkan cita rasa masakan yang Anda buat, maka gunakan perasa. Sedangkan jika Anda sedang membuat kue, misalnya. Agar tampilan kue tersebut makin cantik, gunakanlah bahan pewarna makanan.
4. Mengendalikan Keseimbangan Asam-Basa
Zat aditif pada makanan berupa pengatur keasaman dapat mengendalikan kadar asam-basa guna menghasilkan warna atau rasa tertentu. Sedangkan zat aditif lainnya, yakni pengembang, berfungsi untuk melepaskan asam saat makanan tengah dimasak sehingga makanan dapat mengembang dengan sempurna.
Selain keempat fungsi zat aditif di atas, masih terdapat sejumlah fungsi lainnya, yaitu:
- Menambah rasa manis pada makanan
- Mencegah makanan mengalami kerusakan oksidatif
- Mencegah hilangnya kelembapan makanan
- Membuat makanan jadi lebih kental
Zat Aditif pada Makanan yang Sering Dikonsumsi
Suka tidak suka, zat aditif telah melekat di dalam kehidupan kita sehari-hari. Hal ini karena zat aditif tersebut terdapat di dalam kandungan makanan yang kita konsumsi setiap hari. Apa saja contoh zat aditif pada makanan yang sering dikonsumsi? Apa pula makanan yang mengandung zat aditif ini?
1. MSG
Monosodium glutamat atau disingkat MSG adalah contoh zat aditif yang paling sering kita konsumsi. Zat aditif yang lebih kita kenal dengan nama ‘mecin’ ini difungsikan sebagai penyedap rasa. Tak ayal, makanan mengandung zat aditif mecin sudah pasti memiliki cita rasa yang lebih lezat dibandingkan masakan tanpa mecin.
Sejumlah mitos kesehatan yang beredar menyatakan kalau MSG atau mecin memiliki dampak negatif bagi kesehatan tubuh, seperti menyebabkan otak jadi lambat berpikir, hingga pusing dan mual-mual.
Kendati demikian, terlepas dari benar atau tidaknya mitos tersebut, FDA didukung oleh WHO, FAO, dan Kementerian Kesehatan RI telah menyatakan bahwasanya MSG ini merupakan zat aditif atau bahan tambahan pangan yang aman untuk dipakai.
2. Perasa Buatan
Perasa buatan (sintesis) biasanya ditemukan di dalam makanan maupun minuman kemasan. Tujuannya tak lain untuk memberikan sensasi akan rasa makanan tertentu, seperti misalnya minuman rasa jeruk, stroberi, coklat, dan sebagainya.
Rasanya tentu saja enak. Tapi tahukah Anda jika mengonsumsi makanan yang mengandung zat aditif satu ini secara berlebihan akan memberikan dampak yang kurang baik bagi kesehatan?
Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa perasa buatan bisa berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan seperti:
- Menurunnya produksi sel darah merah
- Meracuni sel sumsum tulang
Fakta tersebut memang masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Namun, kiranya lebih baik bila Anda juga mengurangi kuantitas konsumsi zat aditif pada makanan tersebut untuk meminimalisir resiko gangguan kesehatan di masa mendatang.
3. Pemanis Buatan
Aspartam dan sakarin adalah dua contoh pemanis buatan yang sering ditemui. Makanan yang mengandung zat aditif ini utamanya berupa makanan dan minuman rendah kalori.
Penggunaan pemanis buatan pada makanan dan minuman ini (diperkuat oleh sejumlah penelitian) ditujukan untuk membantu seseorang dalam menurunkan berat badan, pun mengatur kadar gula darah.
Kendati pemanis buatan baik untuk menggantikan pemanis alami, konsumsi yang berlebihan ditengarai justru akan mengganggu kesehatan tubuh. Oleh karenanya, sebelum mengonsumsi makanan yang mengandung pemanis buatan, berkonsultasilah terlebih dahulu kepada dokter terkait.
4. Pewarna Makanan
Pewarna makanan juga jadi salah satu zat aditif pada makanan yang lazim kita temukan di dalam makanan maupun minuman. Gunanya? Tentu saja untuk mempercantik tampilan makanan agar semakin menarik. Pewarna makanan ada yang bersifat alami seperti kunyit dan daun suji, dan bersifat buatan (sintesis).
Khusus pewarna buatan, jenisnya pun bermacam-macam, seperti Red 40, Blue 1, eritorisin atau Red 3, dan lain-lain.
Waspadalah! Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa kandungan zata aditif pada makanan berupa pewarna makanan ini berpotensi menimbulkan sejumlah penyakit, termasuk penyakit kronis seperti kanker.
5. BHA dan BHT
Kedua bahan tambahan pangan ini masuk ke dalam jenis bahan pengawet. Hydroxyanisole butylated (BHA) dan butylated hydrozyttoluene (BHT) lazimnya ditemukan pada sejumlah makanan seperti minyak sayur, sereal, dan permen karet.
6. Natrium Nitrit
Suka mengonsumsi produk daging olahan seperti kornet, nugget, atau sosis? Nah, ketiga makanan tersebut juga tak lepas dari kandungan zat aditif, yakni natrium nitrit.
Natrium nitrit berperan untuk menghambat pertumbuhan bakteri, pun memberikan rasa asin dan membuat daging berwarna pink kemerahan sehingga terlihat segar.
Akan tetapi, Anda perlu berhati-hati dalam mengonsumsi makanan yang mengandung zat aditif natrium nitrit ini. Hal tersebut dikarenakan zat ini dapat berubah menjadi zat nitrosamin jika terkena suhu panas yang tinggi. Sayangnya, zat inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya sel kanker.
7. Lemak Trans
Lemak trans (trans fat) merupakan salah satu jeni bahan pengawet yang sering kita konsumsi. Fungsi zat aditif ini tak lain untuk memperpanjang masa konsumsi makanan. Beberapa contoh makanan yang mengandung zat aditif satu ini antara lain margarin, krimer, dan biscuit.
Sejumlah studi telah mempelajari keterkaitan antara lemak trans dengan berbagai penyakit. Hasilnya? Zat aditif ini menyebabkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan resiko serangan jantung, stroke, hingga diabetes.
8. Kalium Bromat
Zat aditif pada makanan satu ini berfungsi sebagai bahan pengembang makanan. Contoh makanan yang mengandung zat aditif kalium bromat ini adalah roti dan kue.
Sayangnya, kandungan kalium bromat tersebut (walaupun dalam jumlah kecil) tetap berpengaruh terhadap kesehatan tubuh manusia.
9. Sulfur Dioksida
Sulfur dioksida banyak ditemukan pada sayuran dan buah-buahan. Zat aditif ini biasanya menyebabkan gangguan kesehatan bronkial, dan menyerang mereka yang menderita asma, shock anafilaksis, hingga hipertensi.
10. Natrium Benzoat
Zat aditif selanjutnya yakni natrium benzoat. Contoh makanan yang mengandung zat ini seperti makanan asam dan minuman bersoda. Meskipun FDA sudah menyatakan kalau natrium benzoat aman untuk dikonsumsi, bukan berarti Anda bisa sesuka hati memakan atau meminumnya.
Hal ini didasari penelitian yang mengatakan jika kombinasi natrium benzoat dengan sejumlah bahan lain seperti vitamin C dan pewarna makanan bisa menyebabkan hiperaktivitas dan meningkatkan resiko kanker.
Seberapa Bahaya Zat Aditif Pada Makanan bagi Tubuh?
Seberapa bahayanya zat aditif bagi tubuh? Tentu saja hal ini bergantung dari intensitas konsumsi Anda terhadap makanan yang mengandung zat aditif tersebut. Semakin sering mengonsumsi, maka tingkat bahayanya otomatis akan semakin tinggi.
Bukan berarti zat aditif jadi sesuatu yang diharamkan, lho. Cukup kurangi pemakaiannya saja. Kalau masih bisa, lebih baik Anda menggunakan bahan tambahan pangan alami seperti kunyit, daun suji, dan rempah-rempah untuk menyedapkan masakan.