Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akhirnya mengeluarkan hasil pengujian laboratorium pada sampel darah masyarakat yang diduga terpapar antraks di wilayah tersebut. Hasilnya adalah, 27 masyarakat yang tinggal di Dusun Ngrejek Wetan, Desa Gombang, Kecamatan Ponjong, memang positif tertular penyakit ini.
Antraks Mewabah di Gunung Kidul
Berdasarkan keterangan dari Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Gunung Kidul, Sumitro, disebutkan bahwa penemuan kasus antraks di wilayah tersebut dimulai sejak awal tahun baru 2020. Pada tanggal 4 Januari lalu, 540 orang diduga sudah terpapar penyakit ini. Mereka dalah warga dari Dusun Ngrejek Wetan dan Ngrejek Kulon di Desa Gombang.
Tak hanya di Kecamatan Ponjong, antraks juga mewabah di Kecamatan Semanu. Dinkes menyebut 64 orang diduga terpapar penyakit ini karena mengonsumsi daging yang berasal dari sapi yang mati mendadak. Sapi ini diketahui berasal dari Desa Gombang. Sejak saat itulah Dinkes mengambil sampel darah dari puluhan warga untuk diuji di laboratorium.
Sumitro menyebut 27 warga Gunung Kidul yang positif terkena antraks ini mengalami antraks kulit. Hanya saja ada sebagian kecil yang juga mengalami dampak pada saluran pernapasannya. Satu hal yang pasti, para warga ini diberi antibiotik profilaksis hingga 20 hari ke depan. Masyarakat lain yang diduga terpapar antraks juga sudah diberi antibiotik. Nantinya, para warga ini akan dites darahnya lagi untuk mengetahui bagaimana perkembangannya.
Terdapat satu warga Desa Gombang yang meninggal, namun setelah pemeriksaan lebih lanjut, penyebabnya bukanlah antraks, melainkan meningitis.
Antraks Bisa Menular pada Manusia
Jika kita membicarakan tentang antraks, hal pertama yang akan terpikirkan adalah penyakit ini menyerang hewan ternak seperti sapi dan kambing. Dalam realitanya, mereka memang rentan tertular penyakit ini. Apalagi jika menghirup atau memakan spora bakteri penyebab antraks yang bisa ditemukan di dalam tanah, tanaman pakan mereka, hingga air yang sudah terkontaminasi.
Masalahnya adalah antraks juga bisa menyebar pada manusia. Tak hanya dipicu oleh konsumsi daging dari hewan yang sudah terinfeksi dan tidak diolah dengan baik, hal ini juga bisa dipicu oleh terhirupnya spora bakteri penyebab antraks.
Kasus penularan antraks pada manusia sering terjadi di negara berkembang seperti Indonesia dan seringkali berlangsung di pergantian tahun atau awal musim hujan.
Penularan Antraks pada Manusia
Terdapat tiga jenis infeksi antraks yang bisa terjadi pada manusia. Berikut adalah penjelasannya.
-
Melalui Luka Terbuka pada Kulit
Jika kita memiliki luka terbuka pada kulit dan terpapar bakteri antraks, maka penyakit ini akan masuk ke dalam tubuh kita. Hal ini akan menyebabkan munculnya gejala berupa benjolan dengan warna kemerahan di kulit dengan bagian tengah berwana kehitaman layaknya kawah. Benjolan ini bisa memicu sensasi gatal dan perih. Selain itu, kelenjar getah bening di sekitarnya juga akan ikut terasa nyeri.
-
Melalui Pernapasan
Jika kita menghirup spora bakteri antraks, maka spora ini akan masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan gejala seperti nyeri pada tenggorokan, sulit bernapas dan sensasi tidak nyaman pada dada, sulit menelan, batuk berdarah, demam tinggi, nyeri otot, dan mual-mual yang parah.
-
Melalui Pencernaan
Jika kita mengonsumsi daging atau air yang sudah terkontaminasi bakteri antraks, maka akan menyebabkan gejala seperti mual-mual, muntah, hilangnya nafsu makan, diare parah yang berdarah, sulit menelan, sakit perut parah, demam tinggi, dan sakit kepala.