Terbit: 9 April 2020
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: dr. Eko Budidharmaja

Selain masker, ventilator adalah peralatan medis lainnya yang kerap disinggung selama wabah COVID-19 ini. Kehadiran alat tersebut menjadi sangat penting guna menunjang proses pengobatan pasien yang positif mengalami COVID-19. Lantas, apa itu ventilator? Simak informasinya berikut ini!

Ventilator: Fungsi, Cara Penggunaan, Efek Samping

Apa Itu Ventilator?

Ventilator adalah alat bantu pernapasan yang diperuntukkan bagi pasien dengan penyakit tertentu yang mana penyakit tersebut tidak memungkinkan pasien untuk bisa bernapas dengan baik. COVID-19 adalah salah satu penyakit yang penderitanya membutuhkan ‘bantuan’ alat ventilator dikarenakan penyakit ini menyerang organ pernapasan yakni paru-paru.

Sebagai alat bantu pernapasan, ventilator memiliki mekanisme kerja yaitu dengan mengontrol aktivitas bernapas pada pasien yang menggunakannya. Alat ini akan memompa udara sebagai sumber oksigen, untuk kemudian dihantarkan menuju paru-paru pasien. Kemudian, proses memompa akan berhenti guna memberikan jalan bagi udara untuk keluar dari paru-paru.

Pada Kondisi Apa Ventilator Digunakan?

Secara garis besar, ventilator dipergunakan dalam prosedur penanganan pasien dengan keluhan penyakit pernapasan namun sudah dalam tahap serius sehingga tidak bisa bernapas secara mandiri. Oleh sebab itu, alat ini lazimnya berada di Intensive Care Unit (ICU) atau ruang perawatan intensif.

Beberapa jenis penyakit pernapasan yang penderitanya membutuhkan ventilator antara lain:

  • Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
  • Radang paru-paru (Pneumonia)
  • Asma kronis
  • Penyakit paru-paru obstruktif (PPOK)
  • Edema paru
  • Sindrom pernapasan akut (ARDS)
  • Gagal napas
  • Keracunan zat kimia (karbon dioksida dll.)
  • Syok
  • Gagal jantung
  • Stroke
  • Koma

Selain itu, alat ini juga kerap digunakan pada pasien yang hendak menjalani operasi dengan terlebih dahulu mendapatkan bius (anestesi) total dan pembiusan tersebut sampai menyebabkan hilangnya kemampuan bernapas untuk sementara waktu sampai operasi selesai dilakukan.

Cara Penggunaan Ventilator

Ada beberapa tahapan dalam penggunaan ventilator untuk membantu pasien bernapas dengan baik. Berikut tahapan penggunaan alat ini:

  • Dokter akan menerapkan prosedur intubasi, yakni memasukkan selang khusus ke dalam tenggorokan pasien. Intubasi bisa melalui hidung, mulut, atau membuat lubang di bagian depan leher pasien (trakeostomi).
  • Setelah selang berhasil dimasukkan, dokter akan menghubungkannya dengan ventilator.
  • Dokter (atau perawat) akan memantau kinerja alat dan pasien secara berkala.

Dikarenakan alat ini diperuntukkan bagi kondisi darurat, pun prosedur pemasangannya yang terbilang kompleks, hanya dokter spesialis yang sudah memiliki jam terbang tinggi dalam menangani pasien dengan kondisi kritis yang dapat mengoperasikannya.

Pasien yang menggunakan alat ini umumnya akan sering dalam kondisi tidak sadarkan diri. Akan tetapi, apabila pasien masih dalam kondisi sadar, maka ia tidak dapat makan atau berbicara melalui mulut dikarenakan adanya selang di tenggorokannya.

Menggunakan tulisan atau bahasa isyarat adalah satu-satunya cara bagi pasien untuk berkomunikasi dengan orang lain, termasuk dokter yang merawatnya.

Efek Samping Ventilator

Sayangnya, penggunaan alat ventilator untuk membantu pernapasan ini dapat menimbulkan efek samping. Efek samping yang dimaksud di antaranya sebagai berikut:

  • Infeksi saluran pernapasan. Selang yang higienitasnya kurang baik berpotensi dihinggapi kuman sehingga berisiko menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan, termasuk paru-paru.
  • Luka di mulut dan tenggorokan. Prosedur pemasangan selang atau intubasi menimbulkan luka di mulut dan tenggorokan.
  • Penumpukan dahak di saluran pernapasan. Alat ini menyebabkan pasien jadi kesulitan untuk batuk. Alhasil, dahak yang seharusnya dikeluarkan malah jadi menumpuk. Guna mengatasi hal ini, dokter maupun perawat yang bertugas akan melakukan penyedotan dahak secara berkala guna menghindari dahak semakin menumpuk dan mengganggu sirkulasi udara.
  • Cedera paru-paru. Penggunaan alat ini juga bisa menyebabkan paru-paru mengalami cedera apabila prosedur pemasangannya tidak sesuai standar.
  • Keracunan oksigen. Prosedur pemasangan dan penggunaan alat yang tidak sesuai dengan standar juga berpotensi menyebabkan pasien mengalami keracunan oksigen.
  • Gangguan peredaran darah. Penggunaan alat ini dalam waktu yang cukup lama berpotensi menyebabkan terganggunya aliran darah akibat tromboembolisme.

Benar, alat ini memang memiliki peran yang sangat penting guna menjaga agar pasien bisa tetap bernapas dengan baik selama perawatan. Akan tetapi, sejumlah risiko atau efek samping yang ditimbulkan olehnya tentu harus dipahami dengan baik oleh pasien beserta keluarganya.

Di samping itu, penggunaan alat ini tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Terlebih lagi, jika ternyata pasien harus menggunakannya dalam jangka waktu yang terbilang lama.

Oleh sebab itu, ketika dokter menyarankan Anda—atau keluarga Anda—untuk menggunakan ventilator, maka jangan segan untuk bertanya secara rinci mengenai:

  • Urgensi penggunaan alat
  • Efektivitas alat
  • Risiko atau efek samping penggunaan alat
  • Estimasi biaya penggunaan alat

Jika ternyata alat ini memang menjadi pilihan terbaik yang bisa dijalankan, maka tidak perlu ragu lagi untuk mengikuti saran dari dokter.

Kapan Ventilator Dapat Dilepas?

Berbicara mengenai kapan alat bantu napas dapat dilepas, sejatinya dokter pun tidak bisa memberikan kepastian.

Pasalnya, hal ini sangat bergantung dari perkembangan kondisi pasien dan hasil analisis dokter. Maka dari itu, pemeriksaan secara berkala wajib untuk dilakukan.

Pada beberapa kasus, penggunaan alat ini hanya membutuhkan beberapa hari, namun tak jarang pasien menggantungkan hidupnya pada alat tersebut selama berbulan-bulan.

Intinya, dokter harus benar-benar memastikan apakah pasien sudah dimungkinkan untuk dapat bernapas secara normal tanpa bantuan alat ini. Guna memastikan hal tersebut, dokter juga perlu melakukan serangkaian tes lainnya seperti:

  • Tes darah
  • Tes urine
  • Rontgen dada

Jika memang pasien mengalami perkembangan positif yang signifikan, maka dokter dapat mengambil keputusan untuk melepas alat tersebut.

Itu dia informasi mengenai alat ventilator yang perlu Anda ketahui. Semoga bermanfaat dan jaga selalu kesehatan diri beserta keluarga.

 

  1. Anonim. 2020. Coronavirus: What are Ventilators and Why are They Important? https://www.bbc.com/news/health-52036948 (Diakses pada 9 April 2020)
  2. Gillespie, C. 2020. What Does a Ventilator Do, and How Does It Help People With Coronavirus? https://www.health.com/condition/infectious-diseases/coronavirus/what-does-a-ventilator-do (Diakses pada 9 April 2020)
  3. Iftikhar, N. 2019. The Time a Ventilator is Needed. https://www.healthline.com/health/ventilator (Diakses pada 9 April 2020)
  4. Kollef, MH. 2005. What is ventilator-associated pneumonia and why is it important? https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15913464 (Diakses pada 9 April 2020)
  5. Roston, B. 2020. What is a ventilator: The in-demand coronavirus tech. https://www.slashgear.com/what-is-a-ventilator-the-in-demand-coronavirus-tech-20613941/ (Diakses pada 9 April 2020)
  6. Whitlock, J. 2020. When a Ventilator is Necessary. https://www.verywellhealth.com/when-a-ventilator-is-necessary-3156902 (Diakses pada 9 April 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi