Terbit: 1 January 2020
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Di malam tahun baru, banyak orang yang sengaja begadang demi melihat perayaan pergantian tahun bersama dengan teman-teman atau keluarga. Hal ini membuat mereka cenderung mengantuk dan akhirnya hanya tidur seharian di siang hari. Sebenarnya, seperti apa sih dampak dari melakukan hal ini?

Ini yang Terjadi Jika Kita Tidur Seharian di Tahun Baru

Dampak Tidur Seharian di Tahun Baru

Pakar kesehatan Christopher Depner menyebut kebiasaan tidur seharian ini sering kita lakukan di akhir pekan. Biasanya, mereka yang melakukannya adalah yang sering mengalami kurang tidur karena faktor pekerjaan dan hal-hal lainnya di hari kerja. Logikanya, dengan ‘balas dendam’ tidur di akhir pekan akan membuat kita bisa ‘membayar hutang’ tidur di hari-hari sebelumnya.

Hal ini juga berlaku saat tahun baru. Karena tidak bisa tidur demi melihat perayaan pergantian tahun, kita pun balas dendam dan memilih untuk tidur atau bermalas-malasan saja seharian demi mengatasi rasa lelah atau mengantuk.

Memang, cara ini efektif untuk membuat tubuh tak lagi mengantuk, namun, Depner menyebut kebiasaan tidak tidur di malam hari lalu dilanjutkan dengan tidur seharian bisa memicu gangguan ritme sirkadian atau jam biologis tubuh.

Sebagai informasi, ritme sirkadian tak hanya tentang mengendalikan kapan kita tidur atau bangun saja. Dalam realitanya, hal ini juga bisa mempengaruhi keseimbangan hormon. Padahal, jika sampai tubuh mengalami kekacauan hormon, dampak kesehatannya bisa sangat besar.

Sebagai contoh, di pagi atau siang hari, tubuh mulai meningkatkan hormon kortisol demi meningkatkan kewaspadaan dan menghilangkan rasa kantuk. Hanya saja, karena kita hanya tidur seharian, maka pengendalian hormon ini menjadi kacau. Bukannya mendapatkan sensasi segar setelah tidur seharian, bisa jadi kita akan merasakan gejala sakit kepala.

Selain itu, karena tidur seharian, bisa jadi hal ini akan mengacaukan jam tidur kita di malam hari. Karena tak lagi mengantuk, di malam hari nanti kita akan susah tidur dan akhirnya kembali mengalami kurang tidur. Hal ini tentu bisa memberikan efek kurang baik bagi kesehatan, bukan?

Melihat fakta ini, boleh-boleh saja tidur di tahun baru demi mengatasi rasa kantuk, namun jika kita sudah terbangun, ada baiknya tidak malas-malasan dan mulai melakukan aktivitas fisik dengan normal demi mengembalikan lagi ritme sirkadian sehingga kondisi tubuh pun bisa lebih bugar.

Berbagai Efek Buruk Kebiasaan Tidur Seharian

Jika kita sering melakukan tidur terlalu lama atau tidur seharian, maka bisa meningkatkan risiko terkena berbagai macam masalah kesehatan.

Berikut adalah berbagai dampak tersebut.

  1. Bisa Memicu Obesitas dan Diabetes

Depner menyebut tidur seharian demi ‘balas dendam’ kurang tidur bisa meningkatkan risiko obesitas dan diabetes. Apalagi jika hal ini sering dilakukan dalam jangka panjang. Efek yang terjadi akibat kebiasaan ini adalah kekacauan hormon insulin yang bisa membuat berat badan dan kadar gula darah naik tak terkendali.

  1. Gangguan Suasana Hati

Kekacauan hormon akibat kurang tidur akhirnya berimbas pada gangguan suasana hati. Kita cenderung murung, lesu, dan mudah tersulut emosinya. Jika kita mengalami stres atau depresi sebelumnya, dampaknya tentu bisa jauh lebih parah.

  1. Sakit Punggung

Terlalu banyak tidur di siang hari, apalagi dengan posisi yang tidak tepat bisa meningkatkan risiko terkena sakit punggung yang bisa memicu rasa nyeri dan tidak nyaman.

  1. Penyakit Jantung

Kurang tidur bisa memicu kenaikan tekanan darah. Jika hal ini sering dilakukan, bisa jadi akan meningkatkan risiko hipertensi. Sayangnya, jika hal ini dilanjutkan dengan tidur terlalu lama, bisa memicu peradangan yang meningkatkan risiko penyakit jantung.

  1. Sakit Kepala

Kekacauan hormon bisa membuat ketidakseimbangan kimia di dalam otak yang berimbas pada munculnya sakit kepala.

 

Sumber:

  1. Marshall, Lisa. 2019. Sleeping in on the weekend won’t repay your sleep debt. eurekalert.org/pub_releases/2019-02/uoca-sio022719.php. (Diakses pada 1 Januari 2020).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi