Terbit: 22 October 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com– Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk membuat orang lain tertawa adalah dengan menggelitikinya. Kita bisa menggelitiki orang lain di bagian kaki, perut, dan lain-lain. Hanya saja, jika dicermati, kita tidak bisa menggelitiki diri sendiri meski sudah berusaha sekuat mungkin. Apa penyebab dari hal ini?

Mengapa Tidak Bisa Menggelitiki Sendiri?

Penyebab Tidak Bisa Menggelitiki Diri Sendiri

Tubuh kita memiliki otak dan sistem saraf yang membuat kita bisa merasakan atau mendeteksi berbagai macam gerakan atau hal yang bisa dirasakan oleh tubuh. Sebagai contoh, kita bisa tetap menyikat kaki sendiri dan tidak merasakan geli namun saat ada yang membelainya dengan lembut, kita akan merasakan sensasi geli.

Pakar kesehatan Sarah Jayne Blakemore yang berasal dari University College London, Inggris melakukan penelitian yang tujuannya adalah untuk menyelidiki fungsi otak untuk membuat keputusan tentang tindakan yang dilakukan diri sendiri atau orang lain. Dia meminta beberapa partisipan untuk menggelitik telapak tangannya sendiri.

Hasilnya adalah, ada dua bagian otak yang aktif, yakni korteks somatosensori yang berperan dalam memproses sentuhan serta bagian korteks singulata anterior yang bisa membuat kita merasakan sensasi geli atau tertawa.

Blakemore menyebut setiap kali kita menggerakkan bagian tubuh, maka otak kecil kita sudah bisa memprediksi gerakan tubuh apa yang akan kita lakukan dan akhirnya mengirimkan sinyal ke bagian koreteks somatosensory untuk meredam reaksi akibat gerakan tersebut. Hal inilah yang membuat kita tidak merasakan sensasi geli.

Blakemore kemudian membuat sejenis mesin yang bisa membuat gerakan seperti menggelitiki dengan menggunakan busa. Gerakan dari mesin ini dibuat bervariasi. Hasilnya adalah, jika ada penundaan gerakan sebelum mencapai bagian tubuh yang geli seperti telapak tangan, maka otak seperti kesulitan untuk meredam reaksi dari gerakan ini dan akhirnya membuat kita merasa geli.

Mengapa Ada Orang yang Kebal Digelitiki?

Beberapa bagian tubuh seperti telapak kaki, telapak tangan, perut, dan ketiak memiliki konsentrasi saraf yang jauh lebih banyak dari bagian tubuh lainnya. Hal inilah yang membuat bagian-bagian tubuh ini menjadi lebih sensitif dan bisa merasakan sensasi geli saat digelitiki atau disentuh.

Pakar kesehatan menyebut sensasi geli ini termasuk dalam bagian dari sistem pertahanan. Bagian-bagian tubuh ini jika sampai terkena serangan bisa memberikan dampak yang fatal. Keberadaan sensasi geli ini akan membuat kita bisa langsung bereaksi menjauh dari berbagai hal yang dianggap bisa berbahaya.

Sebagai contoh, di bagian telapak kaki memiliki banyak reseptor nyeri dengan lokasi yang dekat dengan permukaan kulit. Banyak orang yang merasakan geli saat telapak kaki digelitiki atau melangkah di permukaan yang dianggap bisa menyebabkan geli. Hanya saja, jika kita menginjak permukaan yang keras seperti kerikil, sensasi geli ini akan berubah menjadi nyeri demi mencegah datangnya luka atau cedera.

Masalahnya adalah ada sebagian orang yang memiliki kulit lebih tebal, khususnya di telapak kaki karena mengalami kapalan. Hal ini tentu membuat kulit atau saraf tak lagi sensitif dan akhirnya tidak mudah digelitiki. Selain itu, dalam beberapa kasus, ada beberapa orang yang mengalami masalah reseptor saraf atau gangguan neuropati yang menyebabkan hilangnya sensitivitas saraf.

Sensasi Geli Saat Digelitiki Juga Bermanfaat

Pakar kesehatan menyebut sensasi geli saat digelitiki bisa memberikan pengaruh dan kedekatan hubungan antar manusia seperti orang tua ke anak atau pasangan. Hal ini bisa memberikan rasa bahagia saat melakukannya sehingga membuat hubungan antar manusia pun menjadi semakin dekat. Bahkan, ada penelitian yang menyebut hal ini bisa memberikan manfaat kesehatan bagi jantung.

 

Sumber:

  1. Robson, David. 2019. This Is Why It’s Scientifically Impossible to Tickle Yourself.com/lifestyle/why-scientifically-impossible-tickle-yourself-163505919.html. (Diakses pada 22 Oktober 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi