Terbit: 3 February 2019 | Diperbarui: 7 October 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Seorang mahasiswa yang berasal dari Belgia harus meregang nyawa hanya gara-gara sindrom nasi goreng. Bukan, hal ini bukan berarti sang mahasiswa yang tidak disebutkan namanya ini makan nasi goreng, tapi melakukan kebiasaan orang-orang yang terbiasa makan nasi goreng, yakni menghangatkan kembali masakan yang telah dikonsumsi sebelumnya. Lantas, makanan seperti apa yang dikonsumsi sang mahasiswa malang ini?

Gara-Gara Sindrom Nasi Goreng, Mahasiswa Ini Tewas

Sindrom nasi goreng memicu keracunan makanan

Sang mahasiswa yang diketahui baru berusia 20 tahun ini sengaja memasak spaghetti dalam jumlah cukup banyak lima hari sebelumnya. Setelahnya, spaghetti ini disimpan di dalam lemari es sehingga bisa dihangatkan kapanpun ia merasa lapar. Sebenarnya, tujuannya sangat baik, yakni menghemat uang sekaligus bisa menyiapkan makanan dengan praktis dan cepat. Sayangnya, hal ini justru menyebabkan keracunan makanan yang berdampak sangat fatal.

Sang mahasiswa diketahui tewas hanya dalam waktu 10 jam setelah mengonsumsi spaghetti yang baru saja ia panaskan kembali. Kasusnya pun kemudian dipublikasikan dalam Journal of Clinical Microbiology. Dari jurnal inilah diketahui bahwa sang mahasiswa meninggal akibat keracunan makanan yang dipicu oleh bakteri bacillus cereus.

Sang mahasiswa diketahui terbiasa menikmati spaghetti ini sambil menambahkan saus tomat, namun sebelum terkena keracunan makanan, ia sempat berkata kepada temannya bahwa spaghetti dan saus yang dikonsumsinya ini memiliki rasa yang cukup aneh. Hanya saja, karena lapar, ia terus mengonsumsinya dan kemudian pergi berolahraga.

Sekitar setengah jam setelah makan, sang mahasiswa mulai mengalami gejala nyeri perut, mual-mual, dan sakit kepala. Ia pun memilih pulang karena mengalami diare dan muntah yang cukup parah. Sayangnya, ia justru tidak memeriksakan kondisi kesehatannya ke dokter dan hanya memperbanyak asupan air putih.

Orang tuanya yang sempat menghubungi sang mahasiswa khawatir dan mengunjunginya keesokan harinya, namun saat sampai di rumah, sang mahasiswa ditemukan sudah dalam kondisi tidak bernyawa.

Mengalami nekrosis hati

Para peneliti yang berasal dari National Reference Laboratory for Food Borne Outbreaks berusaha untuk mengecek apa penyebab pasti kematian dari sang mahasiswa. Hasilnya adalah, sang mahasiswa sepertinya tewas pukul 04.00 dini hari atau sekitar 10 jam setelah makan spaghetti tersebut. Penyebab kematiannya adalah nekrosis hati atau kematian organ ini dengan mendadak. Sang mahasiswa ternyata juga mengalami pankreatitis akut.

Sementara itu, di sampel spaghetti yang diteliti, didapatkan fakta bahwa ada bakteri bacillus cereus dalam jumlah yang sangat banyak. Hal inilah yang menjadi penyebab utama kematian sang mahasiswa nahas ini.

Jangan sembarangan memanaskan makanan

Pakar kesehatan dari Food Standards Agency menyarankan kita untuk tidak sembarangan menghangatkan kembali makanan seperti daging yang sudah matang, beberapa jenis makanan yang mengandung daging layaknya kari, susu atau saus dengan kandungan susu atau krim, makanan laut dan olahan dari makanan laut seperti bakso ikan, nasi atau pasta yang sudah dimasak, makanan dengan kandungan telur, serta sayuran hijau.

Pakar kesehatan juga menyarankan kita untuk tidak menyimpan kembali makanan sisa yang sudah dihangatkan kembali di luar lemari es dalam waktu lebih dari 4 jam karena berpotensi membuat makanan ini berubah menjadi racun. Selain itu jangan menghangatkan makanan hingga berkali-kali.

Jika kita juga memesan makanan beku, kita sebaiknya segera menghabiskan makanan beku ini dalam jangka waktu 24 jam setelah dipanaskan. Selain itu, saat memanaskan makanan, pastikan bahwa suhunya bisa mencapai 70 derajat C dan lakukan selama 2 menit demi membunuh berbagai macam bakteri.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi