Terbit: 24 September 2020 | Diperbarui: 27 September 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Tes VDRL adalah pemeriksaan darah untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh sebagai respons terhadap infeksi bakteri penyebab sifilis. Ketahui informasi selengkapnya, mulai dari definisi, manfaat tes, prosedur, hasil tes, dan lainnya di bawah ini!

Tes VDRL: Manfaat, Prosedur, Hasil Tes, dan Komplikasi

Apa itu Tes VDRL?

Tes venereal disease research laboratory atau VDRL adalah tes yang dapat mendeteksi infeksi sifilis. Sifilis adalah salah satu infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh Treponema pallidum, bakteri yang biasanya menular akibat berganti-ganti pasangan.

Tes VDRL merupakan tes untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh sebagai respons infeksi bakteri penyebab sifilis. Antibodi adalah sejenis protein yang diproduksi sistem kekebalan tubuh untuk melawan bakteri atau racun.

Tes ini penting dilakukan untuk mendiagnosis sifilis dan IMS lainnya pada tahap awal, sehingga memudahkan pengobatannya. Namun, jika sifilis terlambat didiagnosis atau dibiarkan tanpa diobati dapat merusak organ vital, termasuk otak, jantung, dan sumsum tulang belakang.

Mengapa Tes VDRL Perlu Dilakukan?

Dokter kemungkinan besar akan menyarankan Anda untuk melakukan tes ini jika memiliki tanda dan gejala sifilis, termasuk:

  • Chancre (luka kecil). Merupakan luka yang tidak nyeri, bulat, dan keras di organ kelamin. Chancre akan sembuh setelah 3-6 minggu atau bahkan jika tidak mendapatkan pengobatan.
  • Ruam atau luka. Ruam berwarna merah dan terasa kasar, atau luka dapat muncul di area tubuh.

Gejala sifilis lainnya mungkin termasuk pembengkakan kelenjar getah bening, demam, penurunan berat badan, rambut rontok, dan sakit kepala.

Dokter juga akan melakukan tes VDRL jika:

  • Berhubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi.
  • Berhubungan seksual sesama pria.
  • Menderita HIV.
  • Diduga terpapar bakteri Treponema pallidum.
  • Wanita hamil, sebagai bagian dari pemeriksaan rutin selama kehamilan. Ini merupakan prosedur standar dan bukan berarti dokter menduga Anda memiliki sifilis.

Baca Juga: Penyakit Sifilis: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan, dll

Prosedur Tes VDRL

Seperti kebanyakan kondisi lainnya, dokter akan mengambil sampel darah untuk melakukan tes VDRL. Namun, dokter juga dapat melakukan tes ini dengan menggunakan sampel cerebrospinal fluid (CSF).

  • Pengambilan Darah

Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan jarum suntik ke pembuluh darah di siku atau di punggung tangan. Ini untuk mengalirkan darah ke tabung kedap udara yang menempel di belakang jarum.

Dokter mungkin mengikat karet gelang atau tourniquet di atas tempat suntikan sebelum memasukkan jarum untuk membuat pembuluh balik atau vena lebih mudah ditemukan.

Sampel darah ini kemudian dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pengujian antibodi yang dihasilkan tubuh akibat sifilis.

  • Pengambilan CSF

Jika dokter menduga bahwa infeksi sifilis telah menyebar ke otak, dokter akan mengambil sampel CSF melalui prosedur yang disebut lumbar puncture atau spinal tap.

Selama prosedur ini, pasien harus berbaring miring dan menarik atau menekuk lutut ke arah dada. Dokter akan mendisinfeksi dan memberi anestesi lokal. Kemudian memasukkan jarum spinal ke tulang belakang bagian bawah, yang digunakan untuk mengeluarkan sedikit cairan serebrospinal.

Sampel CSF juga akan dikirimkan ke laboratorium untuk dilakukan pengujian.

Hasil Tes VDRL

Setelah pengujian sampel darah atau sampel CSF selama 3–5 hari, pihak laboratorium akan mengirimkan hasilnya ke dokter yang menyarankan tes ini. Dokter kemudian akan menjelaskan hasil tes pasien baik pada janji temu lanjutan atau melalui telepon.

1. Hasil Negatif

Hasil tes negatif biasanya menandakan darah tidak mengandung antibodi apa pun terhadap sifilis.

  • Darah. Hasil tes darah VDRL negatif menunjukkan tidak ada bukti infeksi. Biasanya, orang yang mendapatkan hasil negatif tidak memerlukan tes tambahan. Namun, orang yang berisiko tinggi sifilis mungkin ingin mempertimbangkan tes skrining rutin setiap 3 bulan.
  • CSF. Menurut New York City Department of Health and Mental Hygiene Bureau of Sexually Transmitted Infections, hasil CSF negatif tidak mengesampingkan diagnosis neurosifilis, merupakan infeksi otak atau sumsum tulang belakang pada penderita sifilis.

2. Hasil Positif

Hasil positif menandakan tes VDRL mendeteksi adanya antibodi sifilis.

  • Darah. Tes darah VDRL tidak selalu akurat. Ini karena infeksi seperti HIV, pneumonia, atau gangguan autoimun, dapat memicu hasil positif palsu. Jika hasilnya positif, dokter akan melakukan tes lain seperti tes fluorescent treponemal antibody absorption (FTA-ABS). Tes ini dapat mendeteksi keberadaan antibodi terhadap Treponema pallidum, bakteri penyebab sifilis.
  • CSF. Biasanya, dokter akan menyarankan pemeriksaan VDRL pada CSF ketika pasien diduga menderita sifilis stadium lanjut. Jika pasien menerima hasil positif, dokter biasanya akan melakukan tes treponemal, yang mendeteksi antibodi terhadap bakteri Treponema pallidum. Jika positif, ini menandakan bahwa sifilis telah menginfeksi sistem saraf pusat.

Terkadang, dokter melakukan tes sifilis secara terbalik. Dokter akan memulai dengan menguji pasien dengan tes treponemal khusus sifilis. Jika terbukti positif, dokter akan menindaklanjutinya dengan tes nontreponemal, seperti VDRL.

Potensi Kesalahan Positif dan Negatif

Mengingat pemeriksaan VDRL adalah tes yang tidak selalu akurat, misalnya mungkin pasien mendapatkan hasil negatif palsu jika menderita sifilis kurang dari tiga bulan. Ini karena tubuh mungkin membutuhkan waktu selama ini untuk menghasilkan antibodi. Tes ini juga tidak dapat diandalkan untuk sifilis stadium akhir.

1. Positif Palsu

Berikut ini penyakit atau obat yang dapat menyebabkan hasil positif palsu:

  • HIV.
  • Penyakit Lyme.
  • Pneumonia (jenis tertentu).
  • Malaria.
  • Lupus eritematosus sistemik.
  • Tuberkulosis.
  • Penggunaan obat intravena (IV), pemberian obat melalui injeksi.

Dalam beberapa kasus, tubuh Anda mungkin tidak menghasilkan antibodi meskipun Anda telah terinfeksi sifilis. Ini berarti pemeriksaan VDRL tidak akurat.

Antibodi yang dihasilkan dari infeksi sifilis dapat tetap berada di tubuh Anda bahkan setelah sifilis Anda diobati. Artinya, Anda mungkin selalu mendapatkan hasil positif pada tes ini.

2. Negatif Palsu

Tes skrining kemungkinan besar positif pada sifilis tahap sekunder dan laten. Tes ini mungkin memberikan hasil negatif palsu selama sifilis tahap awal dan akhir. Oleh karena itu, tes ini harus dikonfirmasi dengan tes darah lain untuk menguatkan diagnosis sifilis.

Baca Juga: Neurosifilis: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pengertian

Risiko Komplikasi Tes VDRL

Tes ini menawarkan cara yang aman dan nyaman untuk skrining infeksi sifilis. VDRL adalah tes yang tidak memiliki risiko yang signifikan. Namun, mungkin menyebabkan sedikit komplikasi yang terkait dengan proses pengambilan darah dan lumbar punctures.

Prosedur pengambilan darah dapat menyebabkan kondisi berikut:

  • Nyeri tekan atau nyeri di dekat tempat suntikan.
  • Memar atau pendarahan segera setelah prosedur.
  • Pusing.
  • Perasaan mau pingsan.

Meskipun jarang, lumbar punctures juga dapat menyebabkan komplikasi berikut:

  • Sakit kepala ringan sampai berat.
  • Nyeri punggung bagian bawah atau kaki.
  • Mati rasa atau kesemutan di punggung bagian bawah atau kaki.
  • Perdarahan ringan.
  • Infeksi di tempat bekas suntikan.

 

  1. Eske, Jamie. 2020. What to know about a VDRL test. https://www.medicalnewstoday.com/articles/vdrl-test#procedure. (Diakses pada 24 September 2020)
  2. Holm, Gretchen. 2018. VDRL Test. https://www.healthline.com/health/vdrl-test#purpose. (Diakses pada 24 September 2020)
  3. Mayo Clinic Staff. 2019. Syphilis. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/syphilis/symptoms-causes/syc-20351756. (Diakses pada 24 September 2020)
  4. Vyas, Jatin M. VDRL test. https://medlineplus.gov/ency/article/003515.htm. (Diakses pada 24 September 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi