Terbit: 17 January 2018 | Diperbarui: 3 November 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Seorang siswa SMA di Osage, Missouri, telah menghabiskan lebih dari empat bulan untuk memperjuangkan hidupnya setelah tersedak sandwich yang merobek kerongkongannya.

Tersedak Sandwich, Remaja Ini Berjuang di Rumah Sakit Selama Ratusan Hari

Alec Hebblethwaite dilarikan ke rumah sakit pada April lalu setelah dia menggaruk kerongkongannya saat makan kerupuk, namun siswa berumur 14 tahun itu pulang tanpa mengobatinya dan tidak menghindari makanan bertekstrur keras.

Sebulan kemudian Alec dilarikan ke UGD di tengah pertandingan sepak bola setelah dia tersedak sandwich dan dirawat di rumah sakit selama hampir empat bulan.

Alec membutuhkan perawatan dokter selama tujuh bulan untuk mengetahui reaksi ekstrem Alec, karena penyakit autoimun yang langka esofagitis eosinofilik, yang membuatnya sangat sensitif terhadap makanan bertekstur kasar sehingga satu kerupuk bisa mematikan.

Sekarang Alec hanya makan makanan lembut seperti keju dan pasta saat ia memulihkan kondisinya.

“Itu menakutkan. Melihat anak Anda duduk di ranjang rumah sakit dan tidak bisa menolongnya adalah mimpi terburuk seorang ibu. Itu menakutkan,” curahan hati ibu Alec, Kasey Hunter, seperti mengutip dari dailymail.co.uk, Selasa (16/1/2018).

Cedera kerongkongan adalah kondisi yang jarang terjadi namun serius dan biasanya ditangani dengan pembedahan. Hal itu bisa mengancam jiwa jika tidak diobati. Menurut Mayo Clinic, penyebab paling umum dari kerongkongan esofagus adalah luka pada kerongkongan selama prosedur medis.

Setelah tersedak sandwich pada 21 Mei 2017 lalu, Alec dijadwalkan menjalani operasi dua hari kemudian untuk mengobati kerongkongannya. Tapi itu tertunda setelah dokter menemukan bahwa Alec juga mengalami infeksi di dadanya.

Penyebab lainnya meliputi tumor di tenggorokan, trauma fisik atau luka pada leher, muntah dan bisul hebat di tenggorokan yang disebabkan oleh penyakit refluks gastroesofagus.

Alih-alih memperbaiki kerongkongannya, Alec masuk ke Unit Perawatan Intensif Pediatrik di mana dia menggunakan dua tabung ke dadanya untuk bertindak sebagai saluran pembuangan dan tabung makanan.

Pada Juni 2017 lalu, Alec menerima transfusi darah dan menggunakan tabung dada yang lebih besar, yang dimasukkan setelah tersumbat.

Di bulan yang sama, ia mendapat tabung logam sepanjang delapan sentimeter yang dimasukkan ke dalam kerongkongan untuk membantu penyembuhannya.

“Ini bertindak sebagai kisi jaringan baru untuk tumbuh di sekitarnya,” kata Hunter. Tapi kondisi Alec memburuk.

Pada Juli lai Alec terinfeksi lagi dan dia dibawa ke Children’s Mercy Hospital di Kansas City dimana lebih banyak prosedur dilakukan.

Beberapa tabung dada diambil sementara yang lainnya dimasukkan karena masalah penyumbatan. Tabung logam di kerongkongannya telah dilepas, tapi yang lain harus dimasukkan ke dalam karena mereka menemukan lubang lain.

Sebulan kemudian, kerongkongan Alec akhirnya sembuh. Namun, dokter menemukan bahwa ia memiliki kantung empedu yang terinfeksi dan meradang, yang perlu dikeringkan.

Pembedahan untuk mengangkat organ tersebut dijadwalkan pada 1 September. Tapi karena kantung empedu sangat meradang, mereka tidak bisa mengeluarkannya sampai 19 Oktober.

Alec yang tinggal bersama ibu, ayah tirinya dan dua saudara, akhirnya pulang dari rumah sakit pada 3 September, setelah menjalani perawatan selama 106 hari.

Namun, Hunter mengatakan bahwa perilaku anaknya pada masa itu sangat mengagumkan.

“Dia memiliki sikap terhebat dalam semua ini. Dia tidak tidak mengeluh bahwa dia dirawat di rumah sakit. Para perawat mencintainya,” papar Hunter.

Alec akhirnya didiagnosis menderita esofagitis eosinofilik pada 2 November.

“Bertahun-tahun sebelum ini dia tersedak makanannya. Tapi kita selalu menyuruh untuk tidak makan terlalu cepat atau berbicara saat sedang makan,” sambungnya.

Esofagitis Eosinofilik terjadi saat eosinofil —sejenis sel darah putih yang terbentuk di lapisan esofagus. Biasanya tidak ada eosinofil di kerongkongan.

Penumpukan ini bisa melukai jaringan kerongkongan, yang menyebabkan kesulitan menelan atau makanan tersangkut kerongkongan. Dalam beberapa kasus juga dapat menyebabkan jaringan parut dan penyempitan kerongkongan.

Penyakit ini lebih cenderung terjadi pada orang yang hidup di iklim yang dingin atau kering, dan orang-orang yang menderita alergi asma atau makanan atau lingkungan.

Esofagitis Eosinofilik adalah penyakit sel darah putih yang langka, terjadi pada sekitar 1.500 anak-anak, menurut Rumah Sakit Anak Philadelphia.

Namun, Mayo Clinic mengatakan penyakit ini menjadi lebih umum sejajar dengan peningkatan asma dan alergi.

Karena esofagitis eosinofilik adalah penyakit kronis yang bisa sewaktu-waktu kambuh, pengobatannya terus berlanjut.

Pengobatan biasanya melibatkan pelebaran atau peregangan esofagus agar mudah menelan makanan, terapi diet untuk meringankan gejala dan mengurangi peradangan dan pengobatan.

Beberapa pasien diberi resep Proton Pump Inhibitors (PPI), sebuah penghambat asam untuk mencegah asam dari cadangan ke kerongkongan. Jika gejala orang tidak membaik setelah menggunakan PPI, mereka akan diberi resep steroid topikal seperti fluticasone atau budesonide, merupakan cairan yang ditelan untuk mengobati esofagitis eosinofilik.

Pengobatan utama dokter untuk mengobati kondisi Alec adalah pelebaran. Esofagus awalnya tiga milimeter, dokter meregangkannya sampai kira-kira 20 milimeter.

Selain itu, Hunter mengatakan bahwa Alec memodifikasi makanannya untuk memasukkan lebih banyak makanan lunak dan tidak dianjurkan makan makanan bertekstur keras.

“Dia makan keju, pasta, burger bubuk dan kentang,” kata ibunya.

Makanan seperti kerupuk, keripik dan bahkan roti telah dicoret dari daftar makanannya untuk mengurangi risikonya tersedak dan merusak kerongkongannya.

Hunter mengatakan bahwa dia tidak yakin berapa lama dia harus melanjutkan diet makanan yang lebih lembut.

Alec mengunjungi rumah sakit setidaknya empat kali sebulan untuk memantau kondisinya, juga mulai mengikuti olahraga sepak bola lagi.

“Dia berharap bisa menyesuaikan diri sehingga dia bisa bermain sepak bola di SMA tahun depan,” pungkas Hunter.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi