Terbit: 9 April 2019
Ditulis oleh: Rhandy Verizarie | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Apakah anak Anda mengalami kesulitan dalam membaca, pun memahami tulisan? Sebelum menganggap si buah hati malas atau kurang pintar, Anda perlu tahu dulu bahwa ada yang namanya Disleksia, sebuah kondisi di mana anak sulit untuk mengenali huruf sehingga tidak bisa membaca tulisan dengan baik. Apa penyebab disleksia? Apakah ada terapi disleksia untuk menyembuhkannya?

4 Terapi Disleksia untuk Anak (Tingkatkan Kemampuan Baca)

Apa Itu Disleksia?

Disleksia adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan dalam belajar berupa sulit membaca, mengeja, dan menulis (disgrafia). Disleksia terjadi karena cara kerja otak yang abnormal dalam mengolah informasi berbentuk tulisan.

Alih-alih memiliki tingkat kecerdasan rendah, anak yang mengidap disleksia secara tingkat kecerdasan sebetulnya normal, bahkan bisa di atas rata-rata jika dibandingkan dengan anak-anak non-disleksia. Perbedaan hanya terletak pada cara otak menangkap informasi. Sebagai bukti, tokoh besar dunia seperti pendiri Microsoft, Bill Gates, dan sutradara kenamaan Steven Spielberg, adalah pengidap disleksia.

Penyebab Disleksia

Penyebab disleksia adalah kelainan cara kerja otak kala mengolah informasi berupa tulisan. Meskipun begitu, hingga saat ini belum dapat dipastikan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Para peneliti lantas berasumsi bahwa disleksia memiliki kaitan erat dengan faktor keturunan (genetika). Orang tua yang mengidap disleksia ditengarai menjadi penyebab disleksia paling umum.

Selain itu, disleksia sangat mungkin terjadi karena adanya pengaruh dari faktor risiko, seperti:

  • Kelahiran prematur
  • Konsumsi rokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang selama kehamilan
  • Cedera otak ketika dilahirkan
  • Kecelakaan yang menyebabkan trauma otak
  • Stroke

Gejala Disleksia

Sebelum mencari tahu terapi disleksia seperti apa yang tepat untuk pengobatan disleksia, ada baiknya pahami terlebih dahulu gejala disleksia. Disleksia ditandai oleh sejumlah gejala yang dipengaruhi oleh usia dan tingkat keparahan.

Secara garis besar, gejala disleksia meliputi:

  • Kesulitan membedakan huruf tertentu, misalnya antara ‘B’ dan ‘D’
  • Kesulitan mengingat abjad dan angka
  • Kesulitan dalam membaca, mengeja, juga menulis (disgrafia)
  • Kesulitan mengatur waktu dan prioritas
  • Lambat mempelajari huruf
  • Lambat untuk bisa berbicara
  • Lambat mengerjakan tugas membaca atau menulis
  • Salah dalam mengucapkan kata-kata

Apabila Anda menemukan gejala-gejala di atas pada buah hati, segera konsultasikan hal ini kepada dokter terkait agar bisa dilakukan terapi disleksia yang tepat guna membantu proses belajarnya agar tidak terhambat.

Terapi Disleksia

Sayangnya, disleksia adalah kelainan yang tidak bisa disembuhkan. Sekali anak Anda didiagnosa mengidap disleksia, maka seumur hidup ia akan menderita kelainan ini.

Namun, tak perlu khawatir karena ada sejumlah terapi pengobatan disleksia untuk membantu si kecil dalam meningkatkan kemampuan membacanya. Berikut adalah terapi disleksia yang bisa Anda terapkan pada buah hati tercinta yang mengidap disleksia.

1. Terapi Fonik

Terapi fonik adalah jenis terapi anak disleksia yang diklaim cukup efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca dan menulis dengan strategi identifikasi suara. Cara pengobatan disleksia melalu terapi fonik ini meliputi:

  • Mengeja dan menulis berbagai macam kata, mulai dari kata sederhana hingga yang sifatnya kompleks
  • Mengidentifikasi kata yang memiliki bunyi vokal serupa, contohnya ‘motor’ dan ‘kotor’
  • Mengenali susunan huruf yang membentuk suatu kata
  • Belajar menyusun kalimat mengikuti kaidah SPOK yang benar
  • Memahami makna dari setiap kata yang dibaca

2. Terapi Multi-Sensorik

Terapi disleksia multi-sensorik mengandalkan koordinasi dari semua indera untuk membantu penderita disleksia dalam mengenal dan memahami setiap huruf dan kata yang terbentuk dari huruf-huruf tersebut.

Pengobatan disleksia menggunakan terapi anak disleksia multi-sensorik meliputi sejumlah aktivitas pembelajaran seperti:

  • Analisis Huruf Pembentuk Kata

Anda bisa menunjukkan kepada anak sebuah kata, misalnya ‘Mobil’. Bacakan kata tersebut dengan jelas dan sedikit lantang, kemudian minta ia untuk mengeja huruf yang membentuk kata tersebut. Setelahnya, tanyakan secara detail huruf apa saja yang ia lihat, dengar, dan baca.

  • Balok Huruf

Anak akan menyusun huruf hingga membentuk suatu kata dari mainan balok berbentuk huruf warna-warni. Anda bisa membagi jenis huruf (vokal dan konsonan) berdasarkan warna balok untuk memudahkan si kecil dalam mengidentifikasi huruf. Sembari menyusun huruf, minta ia untuk melafalkan huruf-huruf tersebut.

Koordinasi antar indera penglihatan dan pendengaran dalam metode multi-sensorik yang satu ini diklaim efektif dalam meningkatkan kemampuan baca anak pengidap disleksia.

  • Menulis di atas Krim atau Pasir

Gunakan medium seperti krim atau pasir dan minta anak untuk menuliskan huruf-huruf sampai membentuk suatu kata. Tuntun pelan-pelan penuh kesabaran. Setelah huruf-hurf tersusun menjadi sebuah kata, ‘Jerapah’ misalnya, mintala ia untuk melafalkan kata tersebut bersama-sama dengan Anda.

  • Mengetuk Jari

Latihan ini membutuhkan koordinasi antara indera peraba dan pendengaran. Berikan satu kata kepada anak Anda, misalnya ‘baik’. Lalu, minta anak untuk mengetukkan jari telunjuk ke ibu jari untuk huruf ‘b’, jari tengah ke ibu jari untuk huruf ‘a’, jari manis ke ibu jari untuk huruf ‘I’, dan jari kelingking ke ibu jari untuk huruf ‘k’.

  • Menempel Kosakata pada Dinding Kamar

Menempelkan sejumlah kosakata umum pada dinding kamar anak akan mengoptimalkan fungsi indera penglihatannya dalam mengindentifikasi kata-kata yang ditempel tersebut. Cara ini dinilai efektif karena secara tidak langsung anak ‘terpapar’ tulisan secara berulang sehingga kemungkinan untuk mengingat kata-kata tersebut lebih besar.

Hadirnya kata-kata umum pada dinding juga membantu ketika anak sedang melakukan kegiatan menulis, karena itu artinya ia mendapat akses cepat untuk sejumlah kata umum yang harus ia tuliskan.

3. Terapi Yoga

Yoga dapat menjadi alternatif terapi disleksia yang bisa Anda terapkan guna meningkatkan kemampuan membaca anak. Tujuan dari aktivitas yoga adalah untuk menyehatkan mental dan fisik, melatih emosi, dan daya konsentrasi. Emosi yang stabil dan konsentrasi yang baik secara otomatis akan membantu anak dalam belajar membaca dan menulis.

4. Terapi Orthopaedagogy

Terapi anak disleksia terakhir yang umum dilakukan adalah terapi orthopaedagogy. Kerap diartikan sebagai terapi pengulangan, orthopaedagogy adalah terapi disleksia untuk meningkatkan kemampuan dasar belajar.

Orthopaedagogy bertujuan untuk meningkatkan:

  • Ketelitian
  • Konsentrasi
  • Kecepatan proses belajar
  • Respons terhadap instruksi
  • Respons terhadap pertanyaan
  • Komunikasi
  • Daya ingat
  • Kepercayaan diri

Anda dapat berkonsultasi dengan dokter terkait guna menentukan metode terapi disleksia seperti apa yang paling tepat untuk diterapkan pada buah hati tercinta.

Sabar, Kunci Utama Terapi Disleksia

Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya mengalami disleksia. Namun, jika kenyataannya anak Anda harus mengidap disleksia, maka kesabaran adalah kunci utama bagi Anda untuk mengajari anak dalam membaca dan menulis. Ingat, disleksia bukan berarti anak Anda tidak pintar. Jadi, tetap semangat untuk memaksimalkan potensi yang ia miliki demi masa depan yang gemilang. Semoga bermanfaat!


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi