Terbit: 30 May 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Di bulan puasa dan menjelang Hari Raya Idul Fitri seperti sekarang ini, kita tentu akan semakin sering mendengar suara petasan. Petasan memang erat dengan perayaan pada hari-hari besar tertentu meskipun yang kerap menyalakannya adalah anak-anak.

Suara Petasan Bisa Bikin Jantungan?

Meskipun bisa membuat anak-anak merasa senang, dalam realitanya banyak orang tua yang tidak suka dengan suara petasan. Rasa kaget setelah mendengar letusan petasan membuat jantung berdegup kencang. Bahkan, banyak orang yang menganggap suara petasan bisa membuat jantungan. Apakah hal ini memang benar adanya?

Pakar kesehatan dr. Adrian Setiaji menyebutkan bahwa petasan termasuk dalam suara yang sangat keras atau memiliki desibel yang tinggi. Ditambah dengan kecenderungan suara petasan yang mengejutkan, maka suara petasan memang bisa dianggap bisa meningkatkan risiko penyakit jantung.

Tanpa kita sadari, kaget karena mendengar suara petasan bisa meningkatkan produksi hormon stres seperti kortisol, adrenalin, dan noradrenalin. Selain itu, hal ini juga memicu reaksi oksidasi yang berimbas pada meningkatnya denyut jantung dengan signifikan. Bahkan, hal ini akan memicu kerusakan pada endotel atau lapisan bagian dalam pembuluh darah arteri.

Bagi mereka yang mengalami masalah tekanan darah tinggi, ada baiknya memang tidak mendekati keramaian dimana banyak orang menyalakan petasan. Jika tidak, maka akan terjadi kerusakan pada pembuluh darah atau peningkatan denyut jantung secara drastis yang tentu akan meningkatkan risiko terkena serangan jantung.

Jika Anda ingin menyalakan petasan, pastikan untuk tidak melakukannya di dekat dengan tempat tinggal, apalagi dekat dengan rumah orang tua atau lansia yang bisa saja mengidap masalah tekanan darah tinggi karena bisa saja berimbas buruk bagi kesehatannya. Selain itu, petasan juga termasuk dalam benda yang berbahaya sehingga sebaiknya kita tidak sembarangan menyalakannya.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi