Dunia kedokteran mengenal berbagai macam jenis tes untuk mendiagnosis penyakit, salah satunya serologi. Ketahui lebih lanjut mengenai tes serologi mulai dari tujuan, jenis, tata laksana, hasil, hingga efek sampingnya berikut ini!
Apa Itu Serologi?
Serologi sejatinya adalah sub-ilmu imunologi yang menganalisis perihal antigen-antibodi, dalam hal ini reaksi secara in vitro. Sementara itu, tes serology adalah metode pemeriksaan yang dilakukan untuk mengidentifikasi antibodi dan antigen di dalam darah.
Perlu diketahui, tubuh akan memproduksi antibodi ketika terserang suatu penyakit karena adanya infeksi oleh virus, bakteri, jamur, maupun parasit yang kemudian (antigen). Antibodi bekerja dengan cara menempel pada antigen tersebut dan mematikannya.
Tujuan Tes Serologi
Tujuan dari tes ini—sebagaimana telah disebutkan di atas—adalah untuk mengidentifikasi keberadaan antibodi dan antigen di dalam darah. Antigen merupakan substansi penyebab penyakit berukuran sangat kecil yang bisa masuk ke dalam tubuh melalui sejumlah medium seperti droplet, keringat, dan sebagainya.
Antigen yang dimaksud meliputi:
- Virus
- Bakteri
- Jamur
- Parasit
“Kedatangan” antigen ini lantas direspon oleh tubuh dengan membentuk antibodi. Melalui uji serologi, dokter dapat mengenali jenis antigen dan antibodi yang ada di dalam tubuh. Hal ini tentu sangat berguna untuk mendiagnosis jenis infeksi yang tengah diderita oleh pasien.
Selain sebagai medium deteksi awal dari suatu penyakit akibat infeksi, tes ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit autoimun. Penyakit autoimun adalah gangguan kesehatan yang terjadi ketika sistem imun justru malah menyerang dan merusak jaringan tubuh.
Penyakit-penyakit lainnya yang bisa dideteksi dengan tes ini adalah sebagai berikut:
- Brucellosis
- Amebiasis
- Measles
- Rubella
- Penyakit akibat infeksi jamur
Jenis-Jenis Tes Serologi
Berdasarkan peruntukan yang paling umum, uji serologi terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
1. Serologi Sifilis
Tes ini umum digunakan untuk mendiagnosis penyakit sifilis. Sifilis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi bakteri jenis Treponema Pallidum. Penyakit ini biasanya ditularkan melalui hubungan seksual (penetrasi dan oral).
Saat antigen menyerang, tubuh akan memproduksi dua macam antibodi yakni antibodi Treponema dan antibodi non-Treponema. Uji serologi lantas dilakukan untuk mendeteksi jenis antibodi mana yang diproduksi oleh tubuh pasien.
- Treponemal antigen test: Reaksi fiksasi komplemen, reaksi aglutinasi, imunofluoresen, imobilisasi.
- Non-Treponemal antigen test: Reaksi fiksasi komplemen, reaksi flokulasi.
2. Serologi Demam Tifoid
Uji serologi juga kerap digunakan untuk mendeteksi penyakit demam tifoid yang disebabkan oleh bakteri Salmonela Thyposa. Lebih spesifik, tes yang satu ini bertujuan untuk:
- Mengidentifikasi prognosis penyakit
- Mendiagnosis thypus abdominalis
- Mengidentifikasi aglutinin
3. Serologi Hepatitis B
Dokter juga akan menerapkan uji serologi pada pasien yang terindikasi menderita penyakit Hepatitis, khususnya Hepatitis B.
Tes untuk mendeteksi penyakit Hepatitis B terdiri dari:
- HBeAg
- HBsAg
- HBV DNA
- Anti-HBc
- Anti-HBe
- Anti-HBs
Kapan Harus Melakukan Tes Serologi?
Kapan harus melakukan tes atau uji serologi? Tes ini dilakukan apabila ditemukan potensi infeksi pada pasien. Tak hanya itu, tes akan dilaksanakan jika pasien terindikasi mengidap penyakit yang berkaitan dengan abnormalitas sistem kekebalan tubuh.
Apabila Anda diharuskan untuk menjalani tes ini, pastikan rumah sakit dan dokter yang menangani Anda memiliki standar prosedur tes yang mumpuni agar hasil diagnosis benar-benar akurat. Dengan demikian, diharapkan proses penyembuhan penyakit juga berjalan optimal nantinya.
Tata Laksana Tes Serologi
Tes dilakukan di rumah sakit. Dalam melaksanakan tes, berikut ini adalah standar prosedurnya:
1. Cara Melakukan Tes Serologi
Dilihat dari tata caranya, uji serology terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
- Tes Presipitasi, adalah tes yang bertujuan untuk mengidentifikasi antigen pada cairan tubuh.
- Tes Aglutinasi, adalah tes yang bertujuan untuk mengidentifikasi antibodi yang telah terpapar antigen hingga menyebabkan terjadinya penggumpalan di dalam darah.
- Tes Western Blot, adalah tes yang bertujuan untuk mencari tahu antibodi di dalam darah yang bersifat sebagai antimikroba.
2. Prosedur Pelaksanaan Tes Serologi
Tes ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pasien menggunakan jarum suntik. Proses pengambilan sampel darah berlangsung dengan cepat dan umumnya tidak menimbulkan rasa sakit yang parah. Setelah sampel darah pasien diambil, dokter akan menganalisisnya di laboratorium.
Hasil Tes Serologi
Hasil dari uji laboratorium akan merujuk pada dua kemungkinan, yaitu:
1. Hasil Normal
Hasil tes dikatakan normal apabila dokter tidak menemukan adanya antibodi di dalam darah. Pasalnya, antibodi hanya diproduksi oleh tubuh apabila ada antigen yang masuk.
2. Hasil Abnormal
Apabila dokter menemukan keberadaan antibodi pada sampel darah, itu artinya sistem imun tubuh pasien terindikasi sedang atau pernah merespons suatu antigen atau protein asing.
Selain itu, hasil tes dikatakan abnormal apabila dokter menemukan adanya kesalahan pada sistem imun yang menjadi pertanda jika pasien mungkin mengalami penyakit autoimun.
Efek Samping Serologi
Tes ini umumnya tidak menimbulkan efek samping. Memang, pada beberapa orang tes ini mungkin bisa menyebabkan terjadinya perdarahan atau bahkan infeksi. Kendati demikian, kemungkinannya sangat kecil.
Apabila setelah beberapa jam pasca melalukan tes Anda merasakan ketidaknyamanan pada area tubuh yang dijadikan titik pengambilan sampel darah, segera kunjungi dokter guna dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Serologi dan COVID-19
Nama tes ini pun mencuat berkaitan dengan wabah COVID-19. Penggunaan tes untuk mendeteksi virus Corona COVID-19 pun juga telah dilakukan oleh Centers of Disease Control and Prevention (CDC).
Dilansir dari laman resmi CDC, tes serologi dapat mendeteksi antibodi yang diproduksi sebagai respons terhadap SARS-CoV-2. Tes ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi apakah seseorang terkena COVID-19 di masa lalu, paling tidak 1-3 minggu sebelum tes ini dilakukan.
Namun perlu diketahui antibodi terhadap virus corona baru terbentuk setelah 7-10 hari pasca terpapar virus, sehingga pemeriksaan yang terlalu dini dapat menimbulkan hasil negatif palsu, sehingga pemeriksaan rapid test dengan hasil negatif atau non reaktif perlu diulang dalam 7-10 hari bila ada gejala demam, batuk, pilek, nyeri tenggorok, atau sesak nafas. Bila dari pemeriksaan rapid test didapati hasil reaktif atau positif maka perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan swab (PCR).
- CDC. 2020. Serology Test for COVID-19 ata CDC. https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/lab/serology-testing.html. (Diakses pada 7 Juli 2020).
- O’Connell, K. 2018. What Is Serology. https://www.healthline.com/health/serology#process. (Diakses pada 7 Juli 2020).