Terbit: 23 January 2018 | Diperbarui: 3 November 2022
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Apakah lemari es yang pertama Anda pikiran saat tiba di rumah setelah pulang kerja? Atau membayangkan makanan di balik tudung saji di meja makan? Tentunya Anda layak mendapatkan camilan enak setelah seharian sibuk di kantor, bukan?

Sering Makan Berlebihan di Malam Hari? Ini Penyebabnya

Seperti kita tahu ngemil bukan pertanda baik untuk berat badan Anda. Tapi menurut sebuah studi baru-baru ini, Anda bisa menyalahkan “hormon lapar” lho.

Periset telah menemukan bahwa di malam hari, kita mengalami perubahan kadar hormon yang mempengaruhi nafsu makan, yang dapat menyebabkan kita makan berlebihan.

Tidak mengherankan, stres dan kecenderungan makan berlebihan juga ternyata meningkatkan tingkat kelaparan di malam hari. Tapi mungkin ada jawaban untuk masalah ini, seperti makan di awal hari.

Penelitian yang dilakukan di New York City, NY, yang baru-baru ini diterbitkan dalam International Journal of Obesity. Penelitian ini melibatkan 32 orang dewasa, berusia 18-50 tahun yang mengalami kelebihan berat badan.

Sekitar setengah dari peserta telah menerima diagnosis gangguan makan berlebihan, yang didefinisikan sebagai episode makan tak terkendali yang sering menyebabkan kenaikan berat badan.

Setiap subjek diminta untuk berpartisipasi dalam dua percobaan. Yang pertama mewajibkan subjek untuk berpuasa selama 8 jam sebelum menerima “makanan cair,” yang terdiri dari 608 kalori pada pukul 9 pagi.

Untuk percobaan kedua, peserta diminta lagi berpuasa selama 8 jam, tapi kali ini, mereka mengonsumsi makanan cair pada pukul 4 sore.

Menguji bagaimana waktu mempengaruhi nafsu makan
Sekitar 130 menit setelah makan, semua peserta menjalani tes stres. Hal ini mengharuskan subjek mencelupkan satu tangan di dalam ember air dingin selama 2 menit, sementara ekspresi wajah mereka dicatat.

Peserta ditawari makanan dan minuman prasmanan, yang terdiri dari pizza, cookies, keripik, permen, dan air, 30 menit setelah tes stres dimulai.

Para peneliti juga mengambil sampel darah dari subjek, dan ini dipantau untuk tingkat hormon stres, kortisol, serta “hormon lapar” dan peptida YY (PYY).

Subjek juga diminta untuk melaporkan tingkat kelaparan dan kekenyangan mereka sebelum melakukan percobaan.

Tujuan keseluruhan dari penelitian ini adalah untuk menentukan bagaimana waktu mempengaruhi selera makan, dan apakah stres dimungkinkan berperan.

Menurut peneliti, makan di siang hari sering terjadi dan stres bisa menyebabkan ingin makan.

“Sedikit yang dipahami tentang bagaimana waktu siang dan stres berinteraksi untuk mempengaruhi nafsu makan dan berat badan. Ini mungkin sangat penting mempengaruhi orang yang cenderung makan berlebihan di malam hari, dan sebagai respons terhadap stres.”

Stres meningkatkan kelaparan malam
Secara keseluruhan, sebelum percobaan, peserta melaporkan kelaparan yang lebih besar dan tingkat kekenyangan yang lebih rendah di malam hari daripada di pagi hari.

Tingkat ghrelin, yaitu hormon yang merangsang nafsu makan, ternyata lebih tinggi setelah konsumsi makanan sore dibandingkan dengan makan pagi, sementara kadar PYY, merupakan hormon yang mengurangi nafsu makan, ternyata lebih rendah di malam hari.

Setelah membandingkan orang dewasa dengan gangguan makan berlebihan dengan orang-orang tanpa kondisinya, tim menemukan bahwa hanya orang dewasa dengan gangguan makan berlebihan yang mengalami kekenyangan, lebih rendah di malam hari setelah makan siang.

Selanjutnya, subjek dengan gangguan makan berlebihan juga memiliki kadar ghrelin lebih tinggi di malam hari, namun menurunkan kadar ghrelin di pagi hari, dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki kelainan makan berlebihan.

Sementara asupan makanan prasmanan serupa di kedua kelompok, para periset mencatat bahwa subjek dengan gangguan makan berlebihan, melaporkan kehilangan kontrol dan kemiripan yang lebih besar daripada yang tidak.

Melihat hasil tes stres, tim menemukan bahwa baik di pagi dan sore hari, semua subjek mengalami peningkatan kadar kortisol dan ghrelin secara bertahap, meskipun kadar hormon ini lebih tinggi di sore hari.

Mereka mengatakan bahwa temuan ini menunjukkan bahwa stres mungkin memiliki pengaruh lebih besar pada ghrelin di malam hari daripada di hari sebelumnya.

Secara keseluruhan, para periset percaya bahwa hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa kita lebih mungkin makan berlebihan di malam hari karena perubahan hormon kelaparan kita, stres dan makan berlebihan yang sudah ada sebelumnya dapat memperburuk risikonya.

Kabar baiknya adalah bahwa dengan pengetahuan ini, orang bisa mengambil langkah untuk mengurangi risiko makan berlebihan dengan makan di awal hari, atau menemukan cara alternatif untuk mengatasi stres.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi