Terbit: 19 January 2017 | Diperbarui: 22 November 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Sebuah kasus yang cukup mengejutkan muncul di Kulonprogo, DI Yogyakarta. Semenjak akhir tahun 2016 kemarin, 16 warga yang berasal dari dusun Ngaglik, Ngroto, dan Penggung dari desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, dilaporkan terkena penyakit antraks. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Serangan Antraks Muncul di Kulonprogo, Yogyakarta

Awalnya, warga dari beberapa dusun tersebut hanya memeriksakan gejala penyakit kulit pada Puskesmas Girimulyo II. Gejala yang muncul adalah kulit yang merah, kering, menghitam, dan juga melepuh. Kepala Dinas Kesehatan Kulonprogo bernama Bambang Haryatno, menyebutkan jika gejala dari penyakit kulit tersebut ternyata adalah gejala dari penyakit antraks yang disebabkan oleh bakteri Bacillus Anthracis.

Meskipun sudah diketahui bahwa penyebab dari masalah kulit ini adalah penyakit anthraks, pakar kesehatan setempat masih kebingungan dengan kondisi ini mengingat Kulonprogo bukanlah daerah endemis antraks. Biasanya, penyakit ini muncul pada area penghasil hewan ternak layaknya di Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, dan juga NTB. Karena alasan inilah Dinas Kesehatan setempat pun masih melakukan investigasi secara menyeluruh untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Dr. Ludhang Pradipta Rizki, M. Biotech, SpMK yang berasal dari Fakultas Kedokter Universitas Gadjah Mada, berkata jika besar kemungkinan wabah antraks yang muncul di kulonprogo ini disebabkan oleh cuaca tidak menentu yang belakangan ini muncul di seluruh Indonesia. Menurut beliau, bakteri Bacillus Anthracis ini mengalami perubahan saat cuaca sedang terik panas sehingga mampu mempertahankan dirinya dengan cara berubah bentuk menjadi spora. Saat berada dalam bentuk inilah bakteri ini bisa menyebar dengan cepat dan cenderung sulit untuk dihentikan meskipun sudah disemprot dengan disinfektan. Bagaimana tidak, bakteri ini mampu bertahan dalam suhu tinggi, pH yang sangat asam, dan lain sebagainya. Selain itu, bakteri dalam bentuk spora ini juga bisa bertahan di udara dalam waktu 10 tahun sehingga bisa muncul di tempat-tempat yang tidak terduga seperti di Kulonprogo.

Melihat adanya kasus ini, warga Kulonprogo dan sekitarnya diharapkan waspada dengan penyakit yang berbahaya ini.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi