Terbit: 27 January 2021
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Sampah organik dan anorganik adalah limbah yang terus dihasilkan oleh manusia. Bagaimana cara membedakan kedua jenis limbah ini? Simak penjelasan lengkap mengenai manfaat, cara mengolahnya, hingga bahayanya bagi kesehatan.

Perbedaan Sampah Organik dan Anorganik (Disertai Cara Mengolahnya)

Perbedaan Sampah Organik dan Anorganik

Pada dasarnya terdapat berbagai macam perbedaan di antara kedua limbah ini. Namun sebagian besar perbedaan berasal darimana asal sumber limbah tersebut.

Sampah organik adalah jenis sampah yang mudah membusuk. Contoh sampah organik seperti sampah sisa dapur, daun-daunan, sayur-sayuran, buah-buahan, dan sebagainya.

Sedangkan sampah anorganik adalah jenis sampah yang sukar atau tidak dapat membusuk, seperti logam, kaleng, plastik, kaca, dan sebagainya.

Mengetahui usia hancur sampah adalah salah satu strategi dalam pengolahan sampah organik dan anorganik. Berikut lamanya sampah menjadi hancur berdasarkan jenisnya, antara lain:

Jenis Sampah Lama Hancur
Kertas 2-5 bulan
Kulit Jeruk 6 bulan
Dus Karton 5 bulan
Filter Rokok 10-12 tahun
Kantong Plastik 10-20 tahun
Kulit Sepatu 25-40 tahun
Pakaian/Nylon 30-40 tahun
Plastik 50-80 tahun
Alumunium 80-100 tahun
Styrofoam tidak hancur

 

Sampah organik dan anorganik juga memiliki perbedaan lainnya, di antaranya:

  • Limbah organik terdiri dari karbon serta ikatan hidrogen sedangkan limbah kimia tidak mengandung sedikitpun karbon.
  • Bahan organik terdiri dari organisme hidup atau organisme yang pernah hidup, sedangkan materi anorganik terdiri dari materi tidak hidup dan memiliki karakteristik seperti mineral.
  • Sampah organik lebih kompleks daripada sampah anorganik, terutama karena komposisinya.

Pengelolaan Sampah Organik dan Anorganik

Sampah organik relatif lebih aman bagi lingkungan dan lebih mudah dibuang, sedangkan sampah anorganik membutuhkan waktu lama untuk membusuk sehingga membuangnya dapat menjadi tantangan.

Itulah mengapa hal terbaik yang harus dilakukan adalah mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang. Berikut adalah salah cara harus yang ditempuh jika Anda ingin membantu menyelamatkan bumi, di antaranya:

Mengolah Sampah Organik

Cara paling umum untuk membuangnya sampah jenis ini adalah ke tempat pembuangan akhir atau dengan insinerator (alat yang digunakan untuk membakar limbah organik). Namun, pembakaran tidak selalu menjadi pilihan terbaik karena menghasilkan asap beracun.

Dikarenakan semua orang ingin hidup di lingkungan yang bersih, cara yang lebih baik dalam mengelola sampah organik seperti daur ulang lebih disukai.

Cara lain untuk membuang sampah organik adalah dengan menggunakan limbah seperti sisa makanan untuk memberi makan hewan ternak.

Mengolah Sampah Anorganik

Limbah anorganik tidak dapat terurai secara alami sehingga tidak ramah ekosistem. Sebagian lainnya, sampah jenis ini dapat diuraikan akan tetapi dalam waktu yang sangat lama. Mengolah limbah ini erat hubungannya dengan penghematan sumber daya alam yang digunakan untuk membuat bahan-bahan tersebut dan pengurangan polusi akibat proses produksinya di dalam pabrik.

Sampah jenis ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol, gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas (koran, HVS, maupun karton).

Cara terbaik untuk membuang limbah ini adalah dengan mendaur ulang. Berkat kemajuan teknologi, hampir semua jenis sampah anorganik dapat didaur ulang.

  • Styrofoam

Sampai saat ini pemanfaatan styrofoam masih terbilang sangat sedikit. Namun ada juga yang menggunakannya sebagai bahan dasar di dalam pot tanaman yang berfungsi sebagai media berporos dan bahan pengisi batako.

  • Kertas

Menghemat penggunaan kertas adalah cara terbaik. Selain mengurangi jumlah sampah, langkah ini sekaligus menghemat jumlah pohon yang ditebang. Daur ulang kertas dapat dilakukan dengan menghancurkan dan membuat bubur kertas sebagai bahan dasar produk baru.

Komposisi dan Pengelolaan Sampah di Indonesia

Setiap tahunnya Indonesia diperkirakan menghasilkan 64 juta ton sampah. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), komposisi sampah didominasi oleh sampah organik, yakni mencapai 60% dari total sampah.

Sampah plastik menempati posisi kedua dengan 14% disusul sampah kertas 9% dan karet 5,5%. Sampah lainnya terdiri atas logam, kain, kaca, dan jenis sampah lainnya.

Sementara itu, menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar, jumlah timbunan sampah tahun 2020 sekitar 67,8 juta ton dan akan terus bertambah seiring pertumbuhan jumlah penduduk.

Berdasarkan data KLHK, saat ini sudah ada 21 Provinsi dan 353 Kabupaten/Kota yang telah menetapkan dokumen Kebijakan dan Strategi Daerah (JAKSTRADA) dalam pengelolaan sampah sesuai amanat Peraturan Presiden No. 97 tahun 2017, dengan target pengelolaan sampah 100 persen pada tahun 2025.

Selain itu sebanyak 30 Pemerintah Daerah telah menerbitkan kebijakan pembatasan sampah, khususnya sampah plastik sekali pakai. Langkah ini secara signifikan mendorong perubahan perilaku masyarakat serta para produsen.

Buruknya Pengelolaan Sampah dan Dampaknya pada Kesehatan

Menyelesaikan permasalahan sampah adalah sesuatu yang kompleks. Jika tidak dikelola dengan baik, dampak buruknya adalah munculnya masalah kesehatan dan gangguan pada lingkungan.

Penimbunan sampah dapat mencemari lingkungan sekitar dan berisiko menimbulkan penyakit berbasis lingkungan karena sampah merupakan sumber penyakit, baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Secara langsung sampah merupakan tempat berkembangnya berbagai parasit, bakteri, dan patogen, sedangkan secara tak langsung sampah merupakan sarang berbagai vektor (pembawa penyakit) seperti tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk yang dapat menyebarkan berbagai penyakit menular.

Selain itu, sampah juga berpotensi menjadi sumber timbulnya pencemaran air. Akibatnya, sumber air tanah yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari tercemar dan menyebabkan penurunan tingkat kesehatan penduduk.

Pembakaran sampah juga dapat berisiko menyebabkan berbagai penyakit pernapasan seperti ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), gangguan pada sistem saraf, kanker, dan juga komplikasi kesehatan lainnya. Hingga kini pembakaran sampah plastik di area terbuka masih menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia.

 

  1. Anonim. 2018. Everything About Organic and Inorganic Waste. https://www.paulsrubbish.com.au/everything-about-organic-inorganic-waste/. (Diakses pada 27 Januari 2021).
  2. Anonim. 2020. KLHK: Indonesia Memasuki Era Baru Pengelolaan Sampah. http://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/2329. (Diakses pada 27 Januari 2021).
  3. Anonim. Kajian Lingkungan : Penyelundupan Sampah ke Indonesia. http://green.ui.ac.id/kajian-lingkungan-penyelundupan-sampah-ke-indonesia/. (Diakses pada 27 Januari 2021).
  4. Firmanti, Anita. Modul Pengolahan Sampah Berbasis 3 R. http://litbang.pu.go.id/puskim/source/pdf/Modul%20Sampah%203R.pdf. (Diakses pada 27 Januari 2021).
  5. Widowati, Hari. 2019. Komposisi Sampah di Indonesia Didominasi Sampah Organik. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/11/01/komposisi-sampah-di-indonesia-didominasi-sampah-organik#. (Diakses pada 27 Januari 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi