Terbit: 1 December 2019 | Diperbarui: 31 January 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Banyak orang yang mengaku merasa senang saat melihat anjing yang lucu atau menggemaskan. Meskipun tidak memilikinya, mereka ingin menyapa atau setidaknya memegang anjing tersebut. Pakar kesehatan menyebut terjadi perubahan pada otak saat kita melihat anjing yang lucu sehingga membuat kita seperti memiliki suasana hati yang lebih positif.

Ini yang Terjadi pada Otak Saat Melihat Anjing

Perubahan pada Otak Saat Melihat Anjing

Anjing, khususnya yang masih kecil, memang bisa membuat kita lebih bahagia dan memiliki kondisi mental yang lebih positif. Pakar kesehatan Jephtha Tausig dari Central Park West, New York, Amerika Serikat melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana reaksi di dalam otak kita saat melihat atau bermain dengan anjing.

Dalam penelitian yang dilakukannya, melihat anjing atau hewan peliharaan yang lucu lainnya akan memberikan dampak yang sama sebagaimana saat kita melihat bayi, yakni merasa gemas dan sayang.

“Telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa anak anjing, anak kucing, dan hewan peliharaan lain yang imut bisa membuat kita mengeluarkan reaksi yang sama layaknya saat melihat bayi. Kita seperti langsung ingin memberikan perhatian atau perlindungan” ucap Tausig.

Tausig menyebut melihat anjing bisa memberikan reaksi fisiologis yang signifikan. Kita bahkan seperti baru mengonsumsi obat untuk melawan stres atau depresi yang bekerja dengan sangat kuat.

“Ada penelitian yang menyebut bermain-main dengan hewan peliharaan akan membuat tekanan darah menurun, denyut jantung, dan pernapasan kita menjadi lebih rileks. Kita juga bisa melawan stres dengan lebih baik,” lanjutnya.

Saat menyentuh atau bermain dengan hewan peliharaan, otak akan segera mengeluarkan hormon oksitosin, hormon yang membuat kita lebih rileks, tenang, sekaligus bisa membuat keeratan dengan hewan peliharaan semakin meningkat. Penelitian berjudul Oxytocin and Cortisol Levels in Dog Owners and Their Dogs Are Associated with Behavioral Patterns yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Psychology pada 2017 silam membuktikannya.

Melihat fakta ini, Tausig menyarankan kita untuk tak lagi ragu untuk menyapa atau mengajak bermain anjing yang terlihat lucu. Meski hanya sebentar, hal ini bisa memberikan manfaat bagi kesehatan mental kita.

Berbagai Manfaat Memelihara Anjing

Memang, di Indonesia memelihara anjing bukanlah hal yang umum untuk dilakukan, namun jika kita bisa melakukannya, tak ada salahnya untuk memeliharanya karena bisa memberikan banyak manfaat kesehatan.

Berikut adalah manfaat-manfaat kesehatan tersebut.

  1. Membuat Tubuh Lebih Aktif

Penelitian yang diunggah hasilnya dalam Journal of Epidemiology and Community Health menghasilkan fakta bahwa memelihara anjing akan membuat kita cenderung lebih aktif secara fisik. Hal ini disebabkan oleh anjing yang biasanya membutuhkan waktu berjalan-jalan atau bermain di luar rumah sehingga membuat kita juga ikut melakukannya. Tubuh yang lebih aktif bergerak tentu akan lebih sehat, bukan?

  1. Baik bagi Kesehatan Jantung

Memelihara anjing akan membuat kita menjadi lebih aktif. Hal ini akan membuat sirkulasi darah semakin meningkat, menurunkan tekanan darah dan kolesterol, sekaligus membuat kesehatan jantung semakin membaik. Risiko terkena penyakit kardiovaskular yang mematikan tentu bisa ditekan.

  1. Berat Badan Turun

Semakin aktif tubuh bergerak, semakin memungkinkan berat badan untuk turun. Risiko terkena obesitas pun semakin menurun.

  1. Mencegah Depresi

Penelitian membuktikan bahwa memiliki anjing bisa menurunkan stres, mencegah kesepian, dan menurunkan risiko terkena depresi dan masalah kesehatan mental lainnya.

  1. Membuat Panjang Umur

Tubuh yang semakin aktif, kesehatan fisik dan mental yang semakin membaik akan membuat kita panjang umur dan tidak mudah terkena penyakit.

 

Sumber:

  1. Wylde, Kaitlyn. 2019. What Happens To Your Brain When You See A Cute Dog.bustle.com/p/what-happens-to-your-brain-when-you-see-a-cute-dog-19374484. (Diakses pada 1 Desember 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi