Terbit: 14 November 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com– Polusi udara kini telah menjadi perhatian banyak orang, khususnya yang ada di kota-kota besar. Tak hanya dianggap sebagai salah satu penyebab utama dari pemanasan global dan masalah iklim. Dalam realitanya polusi udara juga bisa menyebabkan datangnya berbagai macam masalah kesehatan. Hanya saja, apakah benar jika polusi juga bisa menyebabkan kegemukan?

Polusi Udara Terkait dengan Risiko Kegemukan?

Kaitan Antara Polusi Udara dengan Risiko Kegemukan

Jika kita berbicara tentang kegemukan atau kelebihan berat badan, maka hal pertama yang akan terpikir adalah pola makan yang buruk, namun berdasarkan penelitian yang dipublikasikan hasilnya dalam Journal of the Federatin of American Societies for Experimental Biology, dihasilkan fakta bahwa polusi udara memang terkait erat dengan berat badan.

Dalam penelitian yang dilakukan dengan melibatkan tikus laboratorium ini, disebutkan bahwa tikus-tikus yang berada dalam kondisi hamil atau berusia anak-anak dipapar polusi udara dalam kurun waktu tertentu. Terdapat kelompok tikus laboratorium lainnya yang juga dikondisikan menghirup udara yang bersih.

Setelah terpapar udara dalam waktu 19 hari, tikus-tikus yang terpapar polusi udara mengalami peradangan pada paru-paru, peningkatan kadar kolesterol jahat hingga 50 persen, dan resistensi insulin.

Tikus-tikus yang terpapar polusi dengan level yang sangat parah selama delapan minggu juga cenderung mengalami kenaikan berat badan dengan signifikan dibandingkan dengan tikus yang tidak terpapar udara kotor. Padahal, kedua kelompok ini memiliki kebiasaan makan yang sama.

Para peneliti menduga hal ini sepertinya terkait dengan terjadinya peradangan di dalam tubuh yang disebabkan oleh paparan polusi udara dengan siginfikan. Memang, hal ini baru diaplikasikan pada tikus laboratorium, namun pakar kesehatan menyebut hal ini sepertinya juga bisa menyebabkan dampak yang sama pada manusia.

Penyebab Obesitas Lainnya yang Tidak Kita Duga

Selain karena pola makan atau polusi udara, pakar kesehatan menyebut ada beberapa hal lain yang bisa membuat kita lebih rentan terkena masalah obesitas atau kelebihan berat badan.

Berikut adalah berbagai penyebab tersebut.

  1. Kurang Tidur

Sayangnya, banyak orang yang masih terbiasa tidur di waktu yang terlalu larut sehingga mendapatkan waktu tidur kurang dari 7-8 jam setiap malam. Tak hanya membuat kita mudah mengantuk atau kurang fit, dalam realitanya hal ini juga bisa membuat kita mengalami kenaikan berat badan dengan signifikan.

Hal ini disebabkan oleh terganggunya sistem metabolisme di dalam tubuh yang berimbas pada kacaunya keseimbangan hormon. Kita pun tidak akan mudah merasa kenyang dan cenderung lebih mudah lapar sehingga sering makan atau ngemil makanan yang tidak sehat.

  1. Terkena Stres

Stres bisa disebabkan oleh tekanan pekerjaan, kemacetan lalu lintas, hingga berbagai masalah lainnya. Meski sering dianggap sebagai hal yang wajar, pakar kesehatan menyebut stres bisa memberikan banyak sekali dampak kesehatan, termasuk dalam hal memicu kenaikan berat badan.

Sebagai contoh, tanpa kita sadari, saat stres kita cenderung lebih tertarik untuk sering ngemil atau mengonsumsi makanan yang tinggi lemak dan kalori. Hal inilah yang kemudian bisa berimbas pada kenaikan berat badan.

  1. Sering Mengonsumsi Minuman Manis

Minuman manis yang tinggi gula seperti minuman bersoda, minuman botolan, hingga teh atau kopi yang diberi tambahan gula bisa meningkatkan berat badan jika terlalu sering dikonsumsi.

  1. Mengalami Masalah Pada Hormon Tiroid

Jika tubuh tidak mampu memproduksi hormon tiroid dengan cukup, maka akan membuat sistem metabolisme melambat dan membuat berat badan naik.

  1. Konsumsi Obat-Obatan Tertentu

Jika kita mengonsumsi beberapa jenis obat untuk mengatasi masalah gangguan mental atau hipertensi, bisa jadi akan menyebabkan kenaikan berat badan.

 

Sumber:

  1. 2017. Exposure to air pollution increases risk of obesity. www.sciencedaily.com/releases/2016/02/160219111219.htm. (Diakses pada 14 November 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi