Terbit: 11 January 2020 | Diperbarui: 13 January 2020
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Jika kita berbicara tentang polusi udara, maka hal pertama yang akan terpikir biasanya adalah efeknya bagi kesehatan saluran pernapasan. Masalahnya adalah dampak dari hal ini ternyata jauh lebih besar dari yang kita duga. Penelitian terbaru bahkan menyebut paparan polusi udara bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan tulang.

Polusi Udara Ternyata Bisa Menurunkan Kesehatan Tulang

Dampak Polusi Udara bagi Kesehatan Tulang

Sebuah penelitian yang dipublikasikan hasilnya dalam jurnal berjudul JAMA Network Openi pada awal 2020 ini menghasilkan fakta bahwa paparan polusi udara dalam jangka panjang berujung pada kesehatan tulang yang lebih rendah. Fakta ini terungkap setelah para peneliti mengecek data dari 3.700 orang yang ada di India.

Para peneliti berasal dari Barcelona Institute for Global Health (ISGlobal). Mereka meminta partisipan menjawab berbagai pertanyaan, khususnya tentang bahan bakar yang dipakai di dapur untuk memasak. Selain itu, mereka juga mengecek paparan polusi udara apa saja yang diterima para partisipan, khususnya yang berupa partikel halus dan karbon hitam.

Para partisipan juga dicek kondisi tulangnya dengan menggunakan radiografi khusus. Bagian tulang yang diperiksa adalah pinggul bagian kiri serta lumbar tulang belakang. Tak hanya kepadatan, tulang juga dicek massanya.

Hasil dari penelitian ini adalah, paparan polusi udara yang berasal dari luar ruangan seperti dari gas buang kendaraan atau dari gas buang industri yang seringkali adalah partikel halus bisa membuat massa tulang menurun dengan signifikan. Hanya saja, paparan polusi dari bahan bakar biomass tidak memberikan dampak yang sama.

“Partikel polusi udara bisa memicu stres oksidatif dan peradangan yang bisa berujung pada hilangnya massa tulang,” ucap salah satu peneliti yang terlibat, Octavio Ranzani.

Sementara itu, penelitian lainnya yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menghasilkan fakta yang mirip, yakni paparan polusi udara bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan tulang. Dampaknya bahkan terjadi baik itu di negara maju ataupun di negara menengah dan dan miskin.

Cara Menjaga Kesehatan dan Kekuatan Tulang

Tak hanya dengan mencegah paparan polusi udara yang tidak sehat, pakar kesehatan menyebut ada beberapa cara lain yang bisa kita lakukan demi menjaga kesehatan dan kekuatan tulang.

Berikut adalah cara-cara tersebut.

  1. Memperbanyak Asupan Sayuran

Sayuran tak hanya baik bagi kesehatan pencernaan, dalam realitanya, rutin mengonsumsinya juga bisa membuat kepadatan mineral tulang semakin membaik. Sebagai contoh, sayuran hijau tinggi kandungan mineral dan vitamin C yang bisa merangsang produksi sel-sel regenerasi tulang. Kandungan ini juga bisa mencegah kerusakan sel tulang.

Beberapa jenis sayur yang direkomendasikan adalah brokoli kubis, bayam, dan sayuran lainnya.

  1. Memenuhi Asupan Protein

Banyak orang yang tidak tahu jika separuh dari tulang terbentuk dari protein. Hal ini berarti, jika ingin tulang tetap terjaga kekuatan dan kepadatannya, maka kita harus menjaga asupan protein harian. Rajin-rajinlah mengonsumsi makanan berprotein tinggi seperti daging, daging ikan, telur, susu, atau protein nabati seperti tempe. Hal ini tentu bisa mencegah masalah tulang rapuh.

  1. Memenuhi Asupan Kalsium

Kalsium bisa mempengaruhi proses regenerasi sel tulang dengan signifikan. Jika kita kekurangan asupan ini, maka proses regenerasi tulang bisa terganggu dan akhirnya berimbas pada menurunnya kepadatan tulang. Pastikan untuk mencukupi kebutuhan mineral ini setidaknya 1.000 atau 1.100 mg setiap hari. Caranya dengan mengonsumsi susu dan produk turunannya, telur, bayam, dan makanan lainnya.

  1. Memenuhi Asupan Vitamin D serta Vitamin K

Vitamin D bisa didapatkan dengan berjemur menikmati sinar matahari pagi atau mengonsumsi daging ikan. Sementara itu, vitamin K bisa didapatkan dari suplemen.

 

Sumber:

  1. Ranzani, Otavio. 2020. Air pollution can worsen bone health. https://eurekalert.org/pub_releases/2020-01/bifg-apc123019.php (Diakses pada 11 Januari 2020).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi