Terbit: 5 November 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com– Polusi udara kini telah menjadi masalah besar di berbagai kota besar di Indonesia. Tak hanya berasal dari gas buang kendaraan bermotor, polusi udara juga bisa berasal dari hal lain seperti gas buang industri atau bahkan hasil pembakaran dari aktivitas rumah tangga. Masalahnya adalah polusi udara bisa memberikan dampak kesehatan yang jauh lebih besar dari yang kita dapatkan.

Sering Terpapar Polusi Bisa Sebabkan Depresi

Dampak Polusi Udara bagi Risiko Depresi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pakar kesehatan Wolters Kluwer dari Lippincott Portfolio, disebutkan bahwa partikel yang ada di dalam polusi udara bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan mental, khususnya bagi para remaja. Fakta ini terungkap setelah para peneliti mengecek dampak dari polusi udara pada 144 remaja.

Hasil dari penelitian ini adalah, para remaja yang sering terpapar polusi udara cenderung mengalami stres. Semakin tinggi kadar PM 2,5, partikel yang sangat halus yang bisa ditemukan di polusi udara, yang ada di sekitar rumah atau tempat beraktivitas mereka, semakin tinggi pula risiko untuk terkena stres.

Memang, belum jelas bagaimana dampak dari polusi udara bisa menyebabkan datangnya stres, namun pakar kesehatan menyebut kandungan beracun di dalam polusi udara memang bisa memberikan pengaruh buruk bagi saraf dan fungsi kognitif yang ada di dalam otak. Hal ini sepertinya ikut mempengaruhi kesehatan mental dengan signifikan.

Penelitian lainnya yang dilakukan di Tiongkok dan dipublikasikan hasilnya dalam jurnal berjudul Oschsner Journal pada 2018 lalu juga membuktikan bahwa peningkatan 1 angka pada kadar PM 2,5 bisa meningkatkan risiko terkena gangguan mental, khususnya depresi hingga 6,6 persen.

Udara beracun ternyata tidak hanya memberikan dampak buruk bagi paru-paru. Dalam realitanya hal ini juga akan memberikan pengaruh buruk pada cara berpikir kita. Karena alasan inilah kita memang sebaiknya memakai masker jika berada di luar rumah, khususnya jika berada di dekat dengan jalanan atau berada di kota besar.

Berbagai Dampak Kesehatan dari Polusi Udara

Selain bisa meningkatkan risiko depresi dan masalah mental lainnya, ada banyak sekali hal lain yang bisa didapatkan jika kita sering terpapar polusi udara.

Berikut adalah dampak-dampak kesehatan tersebut.

  1. Bisa Meningkatkan Kemungkinan Melahirkan Anak Autis

Ibu hamil yang berada di kawasan yang sering terpapar polusi udara ternyata memiliki risiko melahirkan anak dengan kondisi autisme hingga dua kali lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang tinggal di kawasan dengan udara lebih bersih.

Memang, hal ini masih menjadi perdebatan banyak pakar kesehatan, namun ada yang menduga hal ini terkait dengan paparan kandungan beracun yang dihirup oleh ibu akan mempengaruhi perkembangan otak bayi, khususnya di trimester terakhir kehamilan.

  1. Bisa Menyebabkan Gangguan Kesuburan

Penelitian yang dilakukan di Hong Kong membuktikan bahwa pria yang tinggal di kawasan yang sering terpapar udara beracun cenderung memiliki sperma berkualitas buruk atau memiliki sperma dengan jumlah yang sedikit sehingga membuat mereka sulit untuk mendapatkan keturunan.

  1. Gangguan Kesehatan Tulang

Sering terpapar polusi udara ternyata bisa membuat kekuatan dan kepadatan tulang menurun sehingga membuat risiko terkena osteoporosis meningkat.

  1. Bisa Membahayakan Kondisi Ginjal

Partikel berukuran mikro di dalam polusi udara bisa mencapai pembuluh darah dan ginjal. Hal ini akan membebani kinerja ginjal dan membuatnya lebih mudah rusak.

  1. Bisa Menyebabkan Penuaan Dini

Tinggal di kota besar dengan paparan polusi udara yang tinggi bisa membuat kulit menjadi lebih tidak sehat dan mengalami penuaan dini.

 

Sumber:

  1. Ives, James. 2019. Teenagers exposed to air pollution show greater autonomic reactivity to social stress. news-medical.net/news/20190831/Teenagers-exposed-to-air-pollution-show-greater-autonomic-reactivity-to-social-stress.aspxl. (Diakses pada 5 November 2019).

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi