Terbit: 15 August 2018
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com– Dalam beberapa tahun terakhir, kita dipaksa untuk lebih selektif dalam membaca berita yang beredar di berbagai media, termasuk media sosial dan aplikasi percakapan ponsel. Hal ini disebabkan oleh banyaknya hoaks atau berita bohong yang beredar.

Mengapa Banyak Orang Cerdas yang Termakan Hoaks?

Salah satu hal yang cukup mengherankan adalah, banyak orang yang terlihat cerdas namun juga dengan mudah termakan berita hoaks. Sebenarnya, apa sih penyebab dari hal ini?

Sebuah penelitian yang dilakukan di Stanford History Education Group yang ada di Stanford University melakukan pengecekan lebih mendalam tentang berita hoaks. Hasilnya adalah penelitian yang dipimpin oleh Sam Wineburg ini menemukan fakta bahwa, meskipun kebanyakan orang sudah melek dengan dunia digital, dalam realitanya mereka tidak benar-benar kritis dengan apa yang disajikan oleh berbagai situs.

Sedangkan, penelitian lain yang dilakukan oleh Pew Research Center pada dua tahun lalu juga menyebutkan bahwa sekitar 25 persen dari penduduk Amerika Serikat dengan mudah membagikan berita palsu. Biasanya, mereka dengan mudah termakan judul dan tidak membaca berita secara keseluruhan.

Lantas, mengapa kita cenderung mudah memercayai hal-hal hoaks meskipun dikenal sebagai orang yang cerdas atau memiliki pengalaman akademisi yang mumpuni? Bukannya karena kebodohan, hal ini ternyata disebabkan oleh keputusan diri untuk membiarkan hal-hal yang sebenarnya keliru mengambil alih pikiran kita.

Sebagai contoh, jika kita memiliki keyakinan politik tersendiri, maka kita juga cenderung malas dan menutup mata pada realita politik yang lebih cair dan bisa membuat kecewa setiap saat.

Selain itu, kecenderungan alami manusia untuk mencari jawaban yang paling mudah juga membuat kita tidak benar-benar berpikir dengan rasional dan hanya mengedepankan faktor emosional.

Sementara itu, menurut David Rant dari Massachusetts Institute of Technology, seseorang cenderung lebih percaya dengan hal-hal yang pernah ditemui sebelumnya. Tanpa kita sadari, berita-berita yang sebenarnya masih dipertanyakan kebenarannya–namun karena lebih sering dilihat, hal itu membuat otak cenderung untuk memercayainya.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi