Terbit: 17 September 2021
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Orang tua kembali seperti anak kecil adalah fenomena yang umum terjadi pada seseorang yang sudah lanjut usia. Simak penjelasan kenapa lansia jadi seperti anak kecil dan cara menanganinya, di bawah ini.

Penyebab dan Cara Merawat Orang Tua dengan Perilaku Seperti Anak Kecil

Penyebab Orang Tua Kembali Bersikap Seperti Anak Kecil

Menjadi lebih tua adalah proses alami yang bagi beberapa orang belum siap untuk menghadapinya. Masalah dengan keseimbangan, kehilangan kekuatan, kebingungan, atau kelupaan, sering kali membuat lansia frustrasi.

Selain berperilaku seperti anak kecil, orang tua juga mungkin menunjukkan:

  • Kemarahan atau perasaan permusuhan.
  • Perilaku atau bahasa yang kasar.
  • Penolakan total terhadap layanan pengasuhan, obat-obatan, atau bantuan.
  • Perilaku mencari perhatian.
  • Masalah kebersihan diri.

Banyak dari perilaku ini berasal dari ketakutan akan perubahan, ketakutan akan masa depan, dan hilangnya otonomi atau perasaan tidak berdaya. Namun, beberapa juga dapat disebabkan faktor medis seperti demensia, Alzheimer, atau komplikasi dari penyakit.

Orang tua seperti anak kecil sering kali dikaitkan dengan gangguan kognitif. Sehingga setiap proses yang menyebabkan kerusakan otak (Alzheimer, demensia vaskular, dll) dapat mengakibatkan kecemasan tidak terkendali dan cara pandang yang tidak tepat.

Cara Mengatasinya Orang Tua yang Berperilaku Seperti Anak Kecil

Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa dicoba saat orang tua Anda bertingkah seperti anak kecil, di antaranya:

1. Mengevaluasi Kondisi Kognitifnya

Alzheimer dan demensia adalah kondisi yang tidak dapat disembuhkan. Akan tetapi, mendapatkan diagnosis lebih cepat dapat membantu Anda melakukan penanganan dengan tepat. Jika orang tua didiagnosis menderita demensia, keluarga harus harus merencanakan perawatan lanjutan dan harus bersiap untuk menghadapi penurunan kognitif lebih lanjut.

2. Memahami Kecemasannya

Orang tua seperti anak kecil biasanya lebih khawatir terhadap suatu hal. Alih-alih mencoba meyakinkannya bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kenali situasi dan kondisi yang mungkin memicu persepsinya bahwa ada sesuatu yang membuatnya khawatir.

Jika kondisi ini membuat Anda frustasi, Anda mungkin merasakan keinginan untuk berhenti mendengarkan, menjauh, atau bahkan mengabaikan kekhawatiran serta pendapatnya.

Jika orang tua  berpikir Anda tidak mendengarkan atau tidak menganggapnya serius, hal tersebut akan memperkuat penolakan terhadap bantuan yang Anda berikan sekaligus meningkatkan rasa benci.

Mendengarkan tidak hanya untuk mendengar saja, tetapi mendengarkan untuk memahami, berempati, dan mengidentifikasi kesamaan antara Anda dan orang tua. Cobalah memahami orang tua dengan baik dan hargai waktu yang Anda miliki bersama.

Baca Juga: Depresi pada Lansia: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan, dll

3. Menjalin Hubungan Emosional dengan Rasional

Tidak peduli berapa usia atau kondisi mental, setiap orang pasti akan merasa dicintai saat perasaannya didengar. Saat itulah penjelasan logis dapat membantu meredakan kecemasan. Jadi, cobalah berfokus untuk mengakui kekhawatirannya dan membantunya merasa lebih baik.

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa seseorang dengan ingatan yang buruk akan mempertahankan kesan abadi dari pengalaman emosional. Oleh karena itu, teruslah mengembangkan emosi positif semampu Anda.

4. Mengidentifikasi Sumber Kemarahan

Tentu saja, ada kemungkinan bahwa orang tua Anda adalah orang yang mudah marah bahkan sebelumnya mencapai usia lanjut. Namun, jika hal tersebut bukanlah watak, mungkin ada sejumlah masalah lain yang mendasari kemarahannya. Misalnya, rasa sakit, depresi, atau atau perasaan tidak berdaya.

Jika orang tua Anda merasa tidak berdaya, kemarahan dapat memberinya rasa otonomi dan kendali. Sedangkan, jika orang tua marah secara verbal, coba gunakan teknik pengalih perhatian untuk mengubah fokusnya. Pada akhirnya, Anda harus mengatasi kemarahannya dengan empati dan cinta.

5. Memperlakukannya Seperti Orang Dewasa

Saat menghadapi orang tua yang bertindak seperti anak kecil, kadang-kadang Anda juga memperlakukannya seperti balita. Namun, perlu diingat bahwa orang tua Anda adalah orang dewasa yang mandiri, meskipun ia membutuhkan dukungan dan perhatian.

Jadi, jika Anda bisa, berikan orang tua martabat yang layak didapatkan. Meremehkannya tidak akan meningkatkan hubungan dan hanya akan menambah kemarahan serta rasa frustrasinya.

6. Mengikuti Support Group

Merawat orang tua kembali seperti anak kecil sering kali membuat Anda frustasi. Namun melampiaskan kekesalan pada orang tua bukanlah ide yang baik. Curhatlah pada teman atau temukan support group pendukung yang berfokus pada bagaimana menghadapi orang tua dengan kondisi ini. Temukanlah orang-orang yang mengalami situasi serupa serta ceritakan pengalaman, kekhawatiran, dan strategi Anda.

 

  1. Kernisan, Leslie. 4 Things to Try When Your Aging Parent Seems Irrational. https://betterhealthwhileaging.net/qa-4-things-when-aging-parent-irrational/. (Diakses pada 17 September 2021).
  2. Pardue-Spears, Carol. 2021. How to Deal With Stubborn Aging Parents. https://familymattershc.com/how-to-deal-with-stubborn-aging-parents/. (Diakses pada 17 September 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi