Terbit: 3 June 2016
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Belakangan media Indonesia diramaikan dengan isu pengebirian kimiawi (chemical castration) menyusul maraknya aksi pelecehan seksual dan pemerkosaan terhadap wanita dan anak-anak. Pengebirian kimiawi yang telah didukung oleh Perppu yang baru saja ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo mungkin masih asing di telinga sejumlah masyarakat awam. Namun, bagi Anda yang telah menonton film The Imitation Game, mungkin tidak asing dengan istilah tersebut.

Pengebirian Kimiawi (Chemical Castration)

Pengebirian sendiri merupakan suatu prosedur untuk menurunkan kadar testosteron pada pria. Testosteron merupakan hormon yang memiliki fungsi androgenik dan fungsi anabolik. Fungsi androgenik berupa pembentukan karakteristik seksual sekunder pada pria dan menghasilkan gairan seksual, sedangkan fungsi anabolik berupa pembentukan otot dan tulang.

Tujuan dilakukan pengebirian adalah agar pria (dalam kebanyakan kasus adalah pelaku pemerkosaan dan pelecehan seksual) kehilangan gairah seksual (libido) dan menjadi tidak subur. Pengebirian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pembedahan maupun dengan obat-obatan (kimiawi). Pada prosedur pengebirian dengan pembedahan, testis pria diambil sehingga efek yang ditimbulkan bersifat permanen. Sedangkan pengebirian kimiawi dilakukan dengan cara memberikan obat-obatan secara rutin setiap jangka waktu tertentu untuk menurunkan kadar testosteron dalam tubuh.

Pengebirian kimiawi untuk mengatasi pelecehan seksual dan pemerkosaan telah dilakukan di beberapa negara bagian Amerika Serikat, sebagian negara di Eropa, Korea Selatan, dan saat ini Indonesia. Selain diberikan untuk tujuan pengebirian, obat-obatan anti-androgen digunakan sebagai penghambat sel kanker pada penderita kanker prostat stadium lanjut yang tidak dapat dilakukan pembedahan.

Obat-obatan yang digunakan dalam pengebirian kimiawi, antara lain adalah:

  • Medoxyprogesterone acetate (MPA), obat ini sebenarnya digunakan oleh wanita sebagai kontrasepsi pada wanita berupa suntikan yang diberikan tiap 3 bulan. Pada pria, ia bekerja sebagai anti-androgen.
  • Cyproterone acetate
  • Analog luteinizing hormon-releasing hormone (LHRH), pada awal pemberian obat ini kadar testosteron akan meningkat kemudian menurun dengan hasil akhir serupa pengebirian. Pemberian obat ini harus dilakukan berulang dengan selang waktu tertentu. Untuk mencegah peningkatan testosteron di awal pemberian, dapat dicegah dengan obat-obatan anti-androgen.
  • Antagonis luteinizing hormon-releasing hormone (LHRH), langsung menyebabkan penurunan kadar testosteron. Obat ini juga digunakan sebagai terapi kanker prostat stadium lanjut. Pemberiannya setiap bulan dalam bentuk injeksi.
  • Estrogen dan Ketoconazole, juga dapat digunakan apabila obat-obatan di atas tidak efektif.

Terdapat beberapa efek samping yang tidak dapat dihindari akibat berkurangnya kadar testosteron dalam tubuh. Apalagi testosteron merupakan salah satu hormon yang penting bagi tubuh. Efek samping pemberian obat anti-androgen, antara lain: flushing, impotensi, osteoporosis, atrofi otot, ginekomastia, anemia, berat badan naik, perubahan mood, dan meningkatnya risiko penyakit jantung.


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi