DokterSehat.Com- Hari Raya Idul Adha identik dengan penyembelihan hewan kurban. Daging kurban ini kemudian dibagi-bagikan ke kaum yang tidak mampu atau masyarakat sekitarnya. Meskipun bisa memberikan rasa bahagia karena membuat banyak orang bisa mengolah makanan dari bahan daging yang nikmat, sayangnya ada banyak sekali mitos yang terkait dengan daging kurban yang belum tentu bisa dipastikan kebenarannya.

Berbagai mitos yang terkait dengan daging kurban
Daripada khawatir dengan berlebihan atau melakukan cara-cara yang tidak tepat untuk mengolah daging kurban, sebaiknya kita mengenal beberapa mitos tentang daging kurban yang belum tentu benar.
Berikut adalah mitos-mitos tersebut.
-
Daging kurban tidak perlu dicuci sebelum dimasak
Banyak orang yang percaya bahwa daging kurban, baik itu kambing, domba, sapi, kerbau, atau jenis daging lainnya tidak perlu dicuci sebelum dimasak atau disimpan di dalam kulkas. Mereka menganggap daging kurban yang harus melalui proses pencucian akan lebih rentan mengalami penurunan kualitas dan akhirnya membusuk.
Sayangnya, anggapan ini tidaklah benar. Pakar kesehatan menyebut daging kurban tetaplah harus dicuci, meskipun rupanya terlihat bersih dan higienis. Daging kurban berpotensi kotor karena ditempatkan di tempat yang tidak higienis saat proses penyembelihan. Jika tidak dicuci, dikhawatirkan daging akan memiliki kotoran, kuman, dan hal-hal lain yang kurang baik.
-
Kuman pada daging kurban tidak berbahaya
Anggapan lain yang juga dipercaya oleh masyarakat terkait dengan daging kurban adalah kuman yang ada pada daging ini tidak perlu dikhawatirkan dengan berlebihan karena toh daging kurban akan dimasak dengan suhu yang tinggi. Biasanya, hal ini dilakukan oleh mereka yang percaya jika daging yang dicuci akan menjadi lebih keras saat dimasak.
Masalahnya adalah proses pencucian daging tidak hanya untuk menghilangkan kuman atau kotoran, melainkan juga membuang berbagai macam racun atau zat sisa yang bisa jadi tidak akan mengalami perubahan apapun meski sudah dimasak. Karena alasan inilah sebaiknya memang kita tetap mencuci daging kurban hingga bersih.
-
Daging kambing kurang sehat dibandingkan dengan daging sapi
Banyak orang yang mengaku kurang senang dengan daging kurban dari kambing dibandingkan dengan daging sapi karena menganggap daging kambing bisa menyebabkan datangnya kolesterol tinggi dan hipertensi. Padahal, pakar kesehatan menyebut hal ini tidak tepat.
Kandungan kolesterol yang ada pada daging kambing lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi. Sementara itu, daging domba kadar kolesterolnya cenderung setara dengan yang ada pada daging sapi. Alih-alih mengkhawatirkan pemilihan jenis daging, kita justru harus lebih cermat dalam mengolah daging-daging tersebut.
Jika kita memakai garam dalam jumlah yang banyak, mengolahnya dengan santan, menggorengnya, atau bahkan menambahkan tepung, bisa jadi mengonsumsi daging kurban, apapun jenisnya akan membuat risiko terkena hipertensi dan kolesterol tinggi akan meningkat.
-
Aroma daging kambing lebih prengus dari daging sapi
Selain ketakutan tentang risiko kolesterol tinggi dan hipertensi, banyak orang yang tidak suka dengan daging kambing atau daging domba karena baunya yang dianggap lebih prengus dibandingkan dengdan daging sapi.
Pakar kesehatan menyebut munculnya bau prengus ini disebabkan oleh proses penyembelihan atau pengulitan yang kurang baik sehingga membuat daging tercampur aroma yang berasal dari isi perut. Keberadaan aroma ini juga tidak akan membuat daging kambing atau domba kurang sehat dibandingkan dengan daging lainnya.
-
Daging kurban bisa memicu asam urat
Sayangnya, anggapan bahwa daging kurban seperti daging sapi atau kambing bisa menyebabkan penyakit asam urat memang benar. Keberadaan purin di dalam daging merah cenderung tinggi sehingga jika dikonsumsi dengan berlebihan, akan menyebabkan penumpukan zat asam urat di dalam tubuh. Zat inilah yang bisa memicu peradangan dan gejala-gejala asam urat yang menyerang persendian.