DokterSehat.Com- Siapa sih yang tidak suka dengan gorengan? Rasanya yang renyah sangat cocok untuk dijadikan camilan saat mengobrol atau saat menonton televisi. Hanya saja, gorengan juga dianggap sebagai salah satu makanan yang paling tidak sehat sehingga sebaiknya tidak kita konsumsi terlalu sering atau berlebihan. Hal ini disebabkan oleh tingginya minyak yang diserap oleh gorengan.
Seberapa banyak minyak yang diserap oleh gorengan?
Salah satu bahan yang digunakan oleh gorengan adalah tepung. Masalahnya adalah tepung cenderung menyerap minyak dalam jumlah yang banyak, apalagi gorengan memang diolah dengan cara deep fried atau menggunakan minyak dalam jumlah yang banyak.
Minyak yang dipanaskan dalam suhu tinggi ini akhirnya membuat minyak yang diserap oleh gorengan, sehingga memiliki kandungan lemak jahat cukup tinggi yang bisa memicu datangnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, gagal jantung, aterosklerosis, dan lain-lain. Penyakit-penyakit ini berpotensi mematikan.
Menurut pakar kesehatan, kandungan minyak yang diserap oleh gorengan memiliki jumlah sekitar 8 hingga 25 persen dari berat total gorengan tersebut. Jumlah minyak ini bergantung pada jenis gorengan, bentuk gorengan, hingga waktu menggoreng atau suhu yang dipakai untuk memanaskan minyak.
Tingginya Kadar Kalori Gorengan
Gorengan juga terdapat kandungan kalori yang sangat tinggi. Sebagai contoh, jika memakan satu gorengan, maka kita bisa mendapatkan 250 hingga 400 kalori. Hal ini berarti, makan gorengan setara mengonsumsi kalori yang sama dengan nasi sebanyak 2 atau 3 porsi. Karena alasan inilah jika sering makan gorengan, maka kita akan lebih mudah mengalami kenaikan berat badan.
Penyebab Kandungan Minyak Dalam Gorengan Sangat Tinggi
Selain karena diolah menggunakan minyak, terdapat banyak faktor yang menyebabkan kandungan minyak pada gorengan cukup tinggi. Faktor-faktor ini meliputi bahan atau jenis gorengan hingga teknik pengolahannya.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan minyak yang diserap oleh gorengan sangat tinggi:
1. Kadar air dari bahan gorengan
Penelitian menghasilkan fakta yang menarik tentang cara mengolah makanan dengan memakai minyak goreng yang ternyata terkait erat dengan banyaknya kadar air dari sebuah makanan. Jika kadar air dari gorengan ini cukup tinggi, maka kandungan air ini akan digantikan dengan minyak setelah digoreng. Hal inilah yang membuat kandungan minyak dalam gorengan sangat tinggi, dan gorengan cenderung “basah” saat disentuh atau dibiarkan dalam waktu yang lama.
2. Kepadatan gorengan
Proses bergantinya kadar air menjadi minyak di dalam gorengan ternyata terkait dengan kepadatan, luas permukaan gorengan, hingga bentuk dan struktur dari gorengan tersebut. Sebagai contoh, jika gorengan ini memang cenderung memiliki banyak pori-pori, maka pori-pori ini akan terisi oleh minyak saat kita menggorengnya. Selain itu, gorengan dengan bentuk yang tebal juga cenderung memiliki kadar minyak pada gorengan yang lebih banyak. Sebagai contoh, bakwan memiliki kandungan minyak yang lebih banyak dari tempe goreng yang diiris tipis, bukan?
3. Lamanya proses menggoreng
Menurut penelitian, jika kita menggoreng makanan dengan suhu yang tidak terlalu tinggi justru membuat proses penyerapan minyak dalam gorengan jauh lebih banyak. Hal ini disebabkan oleh penggunaan api yang tidak begitu besar akan membuat proses penggorengan lebih lama dan akhirnya membuat proses pembentukan pori-pori pada makanan menjadi lebih banyak. Hal ini berarti, penggunaan api dengan suhu tinggi bisa membuat proses penyerapan minyak pada gorengan tidak begitu banyak.
Meskipun kita sudah berusaha untuk meminimalisir proses penyerapan minyak dalam gorengan saat memasaknya, tetap saja di dalam gorengan memiliki kandungan minyak dan lemak yang cukup tinggi. Melihat fakta ini, ada baiknya memang kita tidak lagi mengonsumsinya dalam jumlah yang banyak atau terlalu sering demi menjaga kesehatan.
Bahaya Gorengan Meningkatkan Risiko Penyakit
Beberapa penelitian pada orang dewasa telah menemukan terdapat hubungan antara makan gorengan dan risiko penyakit kronis. Secara umum, mengonsumsi lebih banyak makanan yang digoreng berisiko terkena diabetes tipe 2, penyakit jantung dan obesitas.
1. Penyakit jantung
Mengonsumsi makanan yang digoreng dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, kolesterol HDL yang rendah, dan obesitas, yang semuanya merupakan faktor risiko penyakit jantung.
Faktanya, dua penelitian observasional yang besar menemukan bahwa semakin sering orang makan gorengan, semakin besar risiko terkena penyakit jantung karena kandungan minyak dalam gorengan. Satu studi menemukan bahwa wanita yang makan satu atau porsi lebih ikan goreng per minggu memiliki risiko gagal jantung 48% lebih tinggi, dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi 1-3 porsi per bulan.
Di sisi lain, makan ikan bakar atau panggang berisiko lebih rendah. Studi pengamatan lain menemukan bahwa diet tinggi makanan gorengan berisiko serangan jantung yang jauh lebih tinggi.
Sementara itu, mereka yang mengonsumsi banyak buah-buahan dan sayuran dapat menurunkan risiko secara signifikan.
2. Diabetes
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa makan makanan yang digoreng membuat Anda berisiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2. Itu karena kandungan minyak dalam gorengan.
Satu studi menemukan bahwa orang yang makan makanan cepat saji lebih dari dua kali per minggu dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan resistensi insulin, dibandingkan dengan mereka yang memakannya kurang dari sekali seminggu. Selain itu, dua penelitian observasional besar menemukan hubungan yang kuat antara seberapa sering peserta makan makanan goreng dan risiko diabetes tipe 2.
Mereka yang mengonsumsi 4-6 porsi makanan digoreng per minggu adalah 39% lebih mungkin mengembangkan diabetes tipe 2, dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi kurang dari satu porsi per minggu.
Demikian pula, mereka yang makan gorengan tujuh kali atau lebih per minggu adalah 55% lebih mungkin untuk mengembangkan diabetes tipe 2, dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi kurang dari satu porsi per minggu.
3. Kegemukan
Makanan yang digoreng mengandung lebih banyak kalori karena minyak pada gorengan daripada yang tidak digoreng, sehingga banyak makan gorengan secara signifikan bisa meningkatkan kalori.
Penelitian menunjukkan bahwa lemak trans dalam makanan yang digoreng mungkin memainkan peran penting dalam penambahan berat badan, karena lemak trans dapat memengaruhi hormon yang mengatur nafsu makan dan penyimpanan lemak.
Sebuah studi pada kera menemukan bahwa bahkan tanpa adanya kalori tambahan, konsumsi lemak trans secara signifikan meningkatkan lemak di perut. Jadi, masalahnya mungkin jenis lemak, bukan jumlah lemak.
Faktanya, sebuah penelitian observasional yang mengkaji diet 41.518 wanita selama delapan tahun menemukan bahwa peningkatan asupan lemak trans sebesar 1% menghasilkan kenaikan berat badan 1,2 pon (0,54 kg) pada wanita dengan berat badan normal.
Di antara wanita yang kelebihan berat badan, peningkatan 1% dalam asupan lemak trans menghasilkan kenaikan berat badan 2,3 pon (1,04 kg) selama studi. Sementara itu, peningkatan asupan lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda tidak terkait dengan kenaikan berat badan.
Terlepas dari apakah itu karena minyak yang diserap oleh gorengan mengandung kalori tinggi atau lemak trans, beberapa penelitian observasional telah menunjukkan hubungan positif antara asupan dan obesitasnya.
Minyak Goreng yang Lebih Aman dan Alternatif Cara Memasak
Jika menikmati makanan yang digoreng, pertimbangkan untuk memasaknya di rumah menggunakan minyak yang lebih sehat atau metode menggoreng alternatif.
1. Menggunakan minyak yang sehat
Jenis minyak yang digunakan untuk menggoreng sangat memengaruhi risiko kesehatan yang terkait dengan makanan yang digoreng. Beberapa minyak dapat bertahan pada suhu yang jauh lebih tinggi daripada yang lain, membuatnya lebih aman untuk digunakan.
Secara umum, minyak yang diserap oleh gorengan sebagian besar terdiri dari lemak jenuh dan tak jenuh tunggal adalah yang paling stabil saat dipanaskan.
Berikut ini termasuk minyak yang paling sehat.
-
Minyak kelapa
Lebih dari 90% asam lemak dalam minyak kelapa jenuh, yang membuatnya sangat tahan terhadap panas. Bahkan, penelitian telah menunjukkan bahwa bahkan setelah delapan jam menggoreng terus menerus, kualitasnya tidak menurun.
-
Minyak zaitun
Minyak zaitun kebanyakan mengandung lemak tak jenuh tunggal, membuatnya relatif stabil untuk memasak dengan suhu tinggi. Satu analisis menemukan bahwa manfaat minyak zaitun dapat digunakan untuk menggoreng hingga 24 jam sebelum oksidasi yang signifikan mulai terjadi.
-
Minyak alpukat
Komposisi minyak alpukat mirip dengan minyak zaitun. Ini juga memiliki toleransi panas yang sangat tinggi, menjadikannya pilihan yang bagus untuk menggoreng. Menggunakan minyak yang lebih sehat ini dapat mengurangi beberapa risiko yang terkait dengan makan makanan yang digoreng.
2. Alternatif penggorengan tradisional
Anda mungkin juga ingin mempertimbangkan beberapa metode memasak alternatif, agar minyak dalam gorengan sangat sedikit, di antaranya:
- Menggunakan oven: Metode ini dengan memanggang makanan pada suhu yang sangat tinggi (450 ° F atau 232 ° C), yang memungkinkan makanan menjadi renyah menggunakan sedikit atau tanpa minyak.
- Menggoreng dengan udara panas atau air fryer: Anda juga bisa menggoreng makanan di penggorengan dengan udara panas. Mesin ini bekerja dengan mengedarkan udara yang sangat panas di sekitar makanan. Makanan yang digoreng dengan cara ini menjadi renyah di luar dan sangat lembap di dalam, mirip dengan makanan yang digoreng secara tradisional, tetapi menggunakan minyak 70-80% lebih sedikit.