Tak hanya memakan korban jiwa, ribuan orang harus mengungsi karena menjadi korban banjir di berbagai wilayah di Indonesia. Mereka kini mengalami berbagai masalah, termasuk dalam hal pengadaan air minum. Akhirnya, banyak pengungsi yang kemudian memilih untuk mengonsumsi air hujan yang dianggap lebih bersih.
Berbahayakah Minum Air Hujan?
Jika dibandingkan dengan air tanah yang sedang kotor karena dipenuhi dengan lumpur atau berbagai macam kotoran yang terbawa oleh bencana banjir, air hujan tentu terlihat lebih bersih dan jernih. Hal inilah yang kemudian membuat banyak korban banjir yang menggunakannya sebagai sumber air minum. Air hujan ini bisa ditampung di dalam ember.
Pakar kesehatan menyebut anggapan ini memang benar, air hujan tentu jauh lebih aman jika dibandingkan dengan air kotor bekas bencana banjir. Hanya saja, air hujan yang dianggap aman untuk dikonsumsi adalah yang langsung jatuh dari langit, bukannya yang ditampung dari atap atau talang air hujan.
Air hujan ini juga sebaiknya disaring dan dimasak terlebih dahulu demi memastikan bahwa berbagai macam debu, kotoran, dan bakteri hilang dari air sebelum diminum. Hal ini berarti, jika ada orang yang menyebut air hujan bisa langsung dikonsumsi, anggapan ini tidaklah benar.
Hal ini disebabkan oleh air hujan yang sebenarnya sudah dipenuhi dengan berbagai kontaminan saat berada di udara. Jika kita tinggal di dekat pabrik kimia, misalnya, bisa jadi kontaminan dan polusi dari pabrik-pabrik tersebut juga bisa mempengaruhi air hujan.
Air hujan yang ditampung dari buangan atap atau talang air juga dikhawatirkan telah terkontaminasi karat atap atau bahan kimia beracun, kotoran hewan, debu, dan berbagai hal lainnya yang membuat air ini tidak baik untuk dikonsumsi. Bahkan, bisa jadi ada kandungan beracun yang membahayakan kesehatan.
Lantas, bagaimana dengan isu kadar keasaman air hujan yang berbeda dibandingkan dengan air tanah? Pakar kesehatan menyebut rata-rata, air hujan memiliki pH dengan kadar 5,6. Hal ini disebabkan oleh interaksi antara air dengan karbondioksida di atmosfer. Hal ini berarti, kadar keasamannya masih aman untuk dikonsumsi.
Jika kita ingin menampung air hujan, pastikan bahwa wadah yang dipakai adalah yang bersih. Setelahnya, diamkan sekitar satu jam agar berbagai partikel yang berat mengendap. Hal ini berarti, kita tidak bisa menggunakan seluruh air hujan yang tertampung.
Pengungsi Membutuhkan Bantuan Makanan dan Minuman
Selain kesulitan untuk mendapatkan air bersih, para pengungsi juga kesulitan untuk mendapatkan makanan. Bahkan, untuk memasak makanan juga sulit karena biasanya kompor atau gas di dalam rumah terendam banjir sehingga tidak bisa lagi digunakan untuk memasak. Melihat fakta ini, banyak orang yang menyarankan kita untuk memberikan bantuan berupa makanan dan minuman siap minum seperti roti atau makanan siap saji dan air kemasan.
Meskipun begitu, di banyak tempat memang kini telah ada beberapa dapur umum yang bisa dijadikan tempat memasak dan menyediakan makanan atau minuman bagi para pengungsi. Hal ini berarti, asalkan disalurkan ke tempat yang tepat, bahan makanan yang harus dimasak sebelum bisa dimakan juga bisa berguna bagi para pengungsi.
Selain itu, para pengungsi juga disarankan untuk menjaga gaya hidup sehat seperti dengan mencuci tangan dengan sabun, khususnya sebelum makan demi mencegah datangnya berbagai macam masalah kesehatan seperti keracunan makanan, diare, dan gangguan pencernaan lainnya.
Sumber:
- Helmenstine, Anne Marie. 2018. Is Rain Water Clean and Safe to Drink?. thoughtco.com/can-you-drink-rain-water-609422. (Diakses pada 4 Januari 2020).