Terbit: 27 February 2018
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com- Dalam keadaan sehat, hidung manusia bisa mencium berbagai macam aroma yang berbeda. Namun, ada juga orang-orang yang sudah tidak mampu mencium aroma apa pun atau hanya bisa mencium jenis aroma tertentu saja. Menurut sebuah penelitian, berkurangnya kemampuan hidung untuk mencium aroma adalah gejala adanya gangguan kognitif otak seperti demensia.

Menurunnya Indra Penciuman, Gejala Demensia?

Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of American Geriatrics Society mengamati 2.906 pria dan wanita yang berusia 57-85 tahun. Periset meminta semua peserta untuk mengindentifikasi beberapa aroma di antaranya mawar, ikan, pepermin dan jeruk. Tidak hanya itu, penelitian ini juga mengamati jenis kelamin, usia, suku, pendidikan, dan riwayat kesehatan.

Lima tahun kemudian, penelitian tersebut menemukan bahwa 4,1 persen dari kelompok tersebut mengalami demensia. Dan hasil penelitian ini menunjukan, mereka yang memiliki masalah dengan indra penciuman dua kali lebih besar menderita demensia.

Sementara itu, profesor Jayant Pinto dari Chicago University mengungkapkan, bahwa hilangnya indra penciuman merupakan sinyal kuat terdapat sesuatu kerusakan yang signifikan. Menurutnya, tes mengenali aroma ini dapat dijadikan indikator untuk mengidentifikasi orang-orang yang sudah berisiko tinggi menderita demensia.

“Kami pikir (menurunnya) kemampuan mengenali aroma secara khusus, tapi juga fungsi sensorik lebih luas, mungkin merupakan tanda awal yang penting, menandai orang berisiko lebih besar mengalami demensia,” kata Pinto

Keterkaitan Antara Demensia dan Indra Penciuman

Indra penciuman diatur oleh sel saraf olfaktorius yang terletak di sistem saraf pusat. Sel-sel tersebut seharusnya mampu memperbarui diri secara terus menerus. Bila Anda tidak bisa mencium aroma, maka sel-sel tersebut sudah tidak mampu memperbarui diri lagi. Ini berarti ada kerusakan yang serius dalam sistem saraf dan sel otak Anda.

Sementara itu, menurunnya kemampuan mengenali aroma juga bisa menjadi tanda adanya penyakit Parkinson atau Alzheimer. Kedua penyakit ini akan memburuk seiring bertambahnya usia. Demensia adalah perkembangan dari penyakit Alzheimer, yang ditandai dengan kerusakan sistem saraf akibat kematian sel otak, sehingga menyebabkan hilangnya memori dan penurunan cara berpikir.

Perlu diketahui bahwa melemahnya indra penciuman bukan berarti seseorang akan menderita demensia. Kendati demikian, jika hal tersebut memang Anda alami, segera perisakan diri ke dokter, pasalnya fungsi sensorik selalu terhubung dengan fungsi otak sehingga pemeriksaan lebih rinci harus dilakukan.

Meski banyak penelitian yang mengungkapkan mengenai bagaimana mencegah dan mengobati demensia, namun mengidentifikasi gejala dan tanda-tandanya sedini mungkin adalah langkah termudah yang bisa Anda lakukan.

Jalan Kaki dan Demensia

Meskipun gangguan demensia ini lebih sering ditemukan pada orang dengan usia 60 tahun ke atas, namun bukan hal yang tidak mungkin penyakit ini menyerang mereka yang lebih muda. Mengenali penyebab dan gejala serta melakukan berbagai langkah pencegahan merupakan cara terbaik guna menurunkan resiko terhadap penyakit ini.

Menurut Dr. Rosa Sancho dari Alzheimer Research UK, untuk mencegah datangnya demensia, Anda harus menjaga gaya hidup sehat dan rutin melakukan aktivitas fisik. Menurutnya, aktivitis fisik seperti berjalan kaki dapat membuat tubuh terjaga kebugarannya. Aliran darah yang semakin lancar karena rutin berjalan kaki akan membuat otak tercukupi kebutuhan pasokan darahnya.

Senada dengan hal ini, menurut Dr. Droug Brown dari Alzheimer’s Society, berjalan kaki selain baik untuk menjaga kesehatan fisik, aktivitas ini baik juga baik untuk menjaga kondisi psikis. Terlebih, jika jalan kaki dilakukan di pagi dan sore hari. Pikiran menjadi lebih segar dan mampu menurunkan stres.

Dr. Brown menyarankan, mereka yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas untuk rutin berjalan kaki dengan rutin seminggu 3 kali dengan durasi tiap olahraga adalah satu jam. Dengan rutin melakukannya, maka kesehatan kognitif pun akan tetap terjaga dan tidak mudah terkena masalah demensia.


DokterSehat | © 2025 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi