Belakangan ini di media sosial viral video yang menunjukkan seorang wanita mengisap vape di dalam kereta api. Video ini langsung menjadi perdebatan warganet. PT KAI bahkan sampai mengeluarkan reaksi terkait dengan hal ini dan menegur sang wanita.
Penumpang Mengisap Vape di Dalam Kereta
Dalam video yang diunggah oleh pemilik akun Instagram milik @elsacindymayora, terlihat sang wanita mengisap vape sambil tertawa. Dia juga menunjukkan tanda larangan merokok di belakang kursi kereta dan menuliskan keterangan ‘Dilarang Melarang Elsa” sambil mengeluarkan asap vape.
Video ini langsung viral di media sosial dan mendapatkan kecaman para warganet mengingat ada aturan yang jelas soal larangan mengisap rokok atau vape di dalam gerbong kereta. PT KAI pun diketahui sudah menghubungi sang penumpang demi melakukan teguran.
Sementara itu, sang pemilik akun meluruskan adanya video lain yang menyebut Elsa meminta maaf sambil menangis saat diciduk oleh polisi. Dia menyebut video tersebut tidak ada karena sebelumnya dirinya sudah ditegur oleh PT KAI. Ia memastikan bahwa masalah ini sudah selesai.
Berbahayakah Menjadi Perokok Pasif Vape?
Meski sama-sama bisa menghasilkan asap, vape cenderung menghasilan asap jauh lebih banyak. Hanya saja, pengisap vape menganggap asap vape ini jauh lebih ringan dari asap rokok konvensional karena memiliki aroma yang lebih harum. Mereka juga menyebut dampak dari asap vape tidak seburuk asap rokok konvensional.
Berbeda dengan asap rokok konvensional yang terbuat dari hasil pembakaran produk tembakau, asap vape sebenarnya adalah uap vape yang dipanaskan. Hanya saja, pakar kesehatan Tobias Schripp dari Fraunhofer Institute, Jerman, menyebut kita tidak bisa hanya menganggap asap vape sebagai uap air saja.
Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan-kandungan seperti propilen glikol, gliserin nabati, nikotin, dan berbagai bahan kimia lain seperti perasa. Bahan-bahan inilah yang kemudian saat dipanaskan menghasilkan asap khas vape yang tebal dan memiliki aroma.
Tak hanya uap air, kita juga bisa mengisap kandungan lain di dalam asap vape seperti nikotin yang sangat halus, hidrokarbon, dan berbagai senyawa polutan organik lainnya. Masalahnya adalah kandungan-kandungan ini ternyata berpotensi karsinogenik atau menyebabkan datangnya masalah kesehatan.
Meskipun hasil penelitian yang terkait dengan vape masih sering menunjukkan hal yang bertolak-belakang, dalam realitanya pakar kesehatan menyarankan kita untuk tidak menganggap remeh asap vape. Hal ini disebabkan oleh partikel di dalam asap vape cenderung sangat halus dan berpotensi menyebabkan asma, penyempitan pembuluh darah, dan lain-lain.
Sebagai contoh, kandungan propilen glikol yang sebenarnya sudah mendapatkan izin dari semacam BPOM di Amerika Serikat, FDA. Dalam realitanya, ada beberapa penelitian yang menghasilkan fakta bahwa paparan dari hal ini bisa memicu iritasi pada mata, tenggorokan, dan saluran pernapasan. Bahkan, paparan jangka panjang bisa jadi menyebabkan datangnya asma.
Sementara itu, dr. Thomas Sussan dari Blomberg School menyebut paparan asap vape bisa menyebabkan peradangan dan kerusakan protein. Bahkan, penelitian yang dilakukannya menghasilkan fakta bahwa paparan asap vape memicu infeksi pernapasan dan gangguan sistem imun tubuh pada tikus percobaan.
Asap Vape Lebih Baik dari Asap Rokok
Meskipun secara umum asap vape lebih ringan dan tidak lebih berbahaya dibandingkan dengan asap rokok konvensional, pakar kesehatan menyarankan kita untuk tidak menjadi perokok vape pasif. Jika kita sering terpapar, bisa jadi akan mengalami dampak buruk bagi kesehatan.
Selain itu, tidak semua orang nyaman dengan paparan asap vape meskipun memiliki aroma yang tidak seberat asap rokok. Melihat fakta ini, sebaiknya memang kita menghargai orang lain dan tidak sembarangan mengisapnya. Apalagi jika di sekitar kita ada banyak orang.
Sumber:
- Caba, Justin. 2017. Secondhand Smoke Goes Electronic With Damaging Free Radicals From E-Cig Vapor. medicaldaily.com/secondhand-smoke-goes-electronic-damaging-free-radicals-e-cig-vapor-320740. (Diakses pada 27 Desember 2019).