Terbit: 6 October 2021
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Benjolan di kening atau dahi sering kali menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa orang. Lantas, apakah benjolan di dahi pertanda kondisi yang serius? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Mengenali Berbagai Penyebab Benjolan di Kening

Penyebab Potensial Benjolan pada Kening

Pembengkakan yang terjadi di bawah kulit umumnya merupakan gejala sementara dari cedera. Namun, benjolan di dahi dapat terbentuk dengan cepat karena banyak pembuluh darah di area tersebut.

Pada beberapa kasus, benjolan yang muncul di kening terbentuk tanpa cedera. Hal ini biasanya terkait dengan pertumbuhan tulang atau jaringan tidak normal, kondisi yang umumnya tidak berbahaya.

Meski sebagian besar benjolan yang muncul di dahi tidak perlu dikhawatirkan, benjolan dapat terbentuk dengan berbagai alasan. Oleh karena itu, konsultasi dengan dokter diperlukan untuk menentukan penyebabnya agar Anda mendapatkan perawatan yang tepat.

Berikut ini adalah beberapa penyebab umum benjolan di kening, di antaranya:

1. Cedera Kepala

Cedera kepala (trauma kepala) yang disebabkan karena jatuh, tabrakan, atau terkena benda keras adalah penyebab utama hematoma. Benjolan yang muncul biasanya berubah menjadi hitam atau biru setelah satu atau dua hari.

Saat pembuluh darah kecil di bawah kulit terluka, darah bocor ke jaringan sekitarnya sehingga menyebabkan pembengkakan.

Jika pembengkakan tidak mengecil dalam beberapa hari, konsultasi dengan dokter diperlukan. Meski begitu, hematoma biasanya hilang dengan sendirinya dan tidak memerlukan pengobatan.

2. Kista

Kista adalah kantung berisi cairan yang terbentuk tepat di bawah kulit dan biasanya lunak saat disentuh. Terdapat beberapa jenis kista yang bisa muncul di dahi.

Salah satu kista lebih umum terbentuk ketika sel-sel keratin bergerak lebih dalam ke kulit dan membentuk kantung. Keratin adalah protein alami yang terdapat di kulit.

Biasanya sel-sel keratin naik ke permukaan dan mati. Saat bergerak ke arah lain, keratin dapat mengelompok dalam kista yang membengkak.

3. Osteoma

Osteoid osteoma adalah tumor jinak osteoblas (sel tulang) yang berukuran kecil yang dapat menyebabkan benjolan di jidat. Biasanya, osteoma tumbuh perlahan dan tidak memiliki gejala lain.

Akan tetapi, jika pertumbuhannya mengganggu dari sudut pandang penampilan atau menyebabkan beberapa gejala (seperti masalah penglihatan atau pendengaran) karena lokasinya, Anda mungkin membutuhkan perawatan medis.

4. Lipoma

Lipoma adalah pertumbuhan jaringan lemak yang dapat berkembang di bawah kulit. Keadaan ini menyebabkan benjolan lunak. Selain di dahi, lipoma cenderung terbentuk di leher, bahu, lengan, punggung, paha, dan perut.

5. Malformasi Tengkorak

Jika Anda mengalami patah tulang wajah atau cedera tengkorak lainnya, ada kemungkinan benjolan dapat terbentuk di dahi saat tulang sembuh dan menyatu.

Kadang-kadang ketika operasi dilakukan untuk memperbaiki patah tulang, penyembuhan tulang yang tidak tepat masih bisa terjadi. Ini bisa berarti operasi kedua diperlukan untuk membantu memastikan tulang sembuh dengan benar.

6. Infeksi Sinus

Dalam kasus yang jarang terjadi, infeksi sinus yang serius (sinusitis) dapat menyebabkan pembengkakan di sekitar dahi dan mata. Biasanya, sinusitis menyebabkan rasa sakit di dalam dan di sekitar rongga sinus, tetapi tidak ada tanda-tanda peradangan yang terlihat.

7. Gigitan Serangga

Jika serangga seperti nyamuk atau lebah, menggigit atau menyengat jidat Anda, area tersebut dapat berubah menjadi benjolan dan terasa tidak nyaman. Benjolan gigitan serangga dapat bervariasi dalam ukuran, bentuk, dan warna tergantung pada serangga, lingkungan, dan reaksi kulit.

Kapan Waktu yang Tepat untuk ke Dokter?

Tidak semua benjolan pada jidat memerlukan penanganan medis. Sering kali pembengkakan, nyeri, atau kemerahan akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari. Namun, jika benjolan disertai dengan beberapa gejala lain, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.

Beberapa gejala lain itu antara lain:

  • Hilang kesadaran.
  • Kelesuan abnormal.
  • Kejang.
  • Kebingungan atau disorientasi.
  • Gangguan bicara, pendengaran, atau penglihatan.
  • Kelemahan atau mati rasa.
  • Keluarnya cairan dari telinga atau hidung.
  • Perbedaan ukuran pupil.
  • Muntah berulang.
  • Sakit kepala parah.

Gejala-gejala di atas umumnya terkait kasus cedera atau kecelakaan, di mana hal tersebut mengindikasikan cedera otak. Dalam kasus lain, keadaan itu dapat mengindikasikan kondisi otak yang mendasarinya. Evaluasi medis diperlukan jika seseorang mengalami gejala ini.

 

  1. Malka, Sarah. 2020. Bump on the Head: Causes and When to See a Doctor. https://www.khealth.com/learn/headache/bump-on-head/. (Diakses pada 6 Oktober 2021).
  2. Roland, James. 2018. What’s Causing This Bump on My Forehead, and Should I Be Concerned?. https://www.healthline.com/health/bump-on-forehead. (Diakses pada 6 Oktober 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi