DokterSehat.Com – Setelah beberapa bulan lalu dunia olahraga dikejutkan oleh kasus doping yang menimpa petenis jelita Maria Sharapova, kini dunia olahraga, khususnya bidang sepakbola juga dihebohkan oleh sebuah kasus doping yang menimpa Mamadou Sakho, pemain salah satu klub dengan basis pendukung terbesar di Indonesia, Liverpool. Yang menjadi menarik dari kasus ini adalah, alih-alih Sakho memakai doping karena memang ingin meningkatkan performanya dengan tujuan curang, Ia justru mengaku hanya memakai obat pembakar lemak, sebuah obat yang biasanya ditujukan untuk membantu seseorang menurunkan berat badan. Ia pun mengaku tidak tahu-menahu jika obat yang dikonsumsinya ternyata termasuk dalam doping yang dilarang di dunia olahraga. Melihat adanya kasus ini, tentu akan menarik untuk mengetahui bagaimana obat pembakar lemak bisa dianggap sebagai doping dalam dunia olahraga.
Badan Anti Doping Dunia, WADA, mengklasifikasikan obat pembakar lemak yang dikonsumsi Sakho sebagai fat-burning PED (performance-enhancing drug). Memang, obat ini memiliki fungsi utama sebagai salah satu produk pembantu diet yang berfungsi untuk membakar lemak, melangsingkan tubuh, sekaligus menurunkan berat badan. Biasanya, obat ini berbentuk pil yang mudah untuk dikonsumsi. Yang menarik adalah, obat ini diyakini mampu membuat performa seorang atlit bisa meningkat dengan signifikan. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
WADA berkata jika sebagian obat pembakar lemak ternyata termasuk dalam golongan anabolic steroid. Hal ini berarti, obat ini tidak hanya akan mampu membakar lemak, namun juga bisa membuat daya tahan seseorang meningkat, pemulihan otot berlangsung dengan lebih baik, dan membuat kondisi fisik seseorang meningkat. Jika kita mengkonsumsi obat ini, kita bahkan bisa mendapatkan massa otot dengan instan dan cepat saat berolahraga.
Seorang komentator olahraga dari koran The Mirror, Mark Lawrenson berujar bahwa sebenarnya masalah doping yang menimpa Mamadou Sakho ini bisa menjadi perdebatan karena memang hal ini tidak serta merta dianggap sebagai hal yang curang. Seringkali atlet kurang mengetahui apa saja yang Ia konsumsi sehingga kasus ini sebaiknya menjadi pembelajaran banyak pihak, baik itu atlet, klub, hingga dokter atau ahli nutrisi yang berhubungan dengan atlet, untuk lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi obat atau suplemen yang beresiko menyebabkan kasus doping. Satu hal yang pasti, tidak semua obat pembakar lemak bisa dikategorikan sebagai doping dan juga dianggap cukup aman untuk dikonsumsi oleh semua orang.
Image Source: Skysports.com